Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berani Hidup Kok Penakut

1 Desember 2011   06:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:58 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_146719" align="aligncenter" width="600" caption="Berani Hidup Kok Penakut (Ilustrasi)"][/caption]

Menarik dengan apa yang ditulis oleh Neny Silviana seorang Kompasianer bandung calon terpavorite Kompasiana tahun 2011 dalam artikel yang berjudul“Catatan Harian Seorang Kompasianer Nominator Terpavorite 2011”, mengisnpirasi saya untuk menulis, Alhamdulillah. Sekilas saya membaca ada kekhawatiran dari Neny Silviana dengan terpilihnya sebagai nominator banyak teman-teman kompasianer jadi membencinya. Membaca tulisan Teh Neny begitu saya memanggilnya, ada kemungkinan yang akan terjadi, yang pertama memang dari hati nurani adanya rasa takut yang kedua tulisan teh neny ini bisa menjadi Anti marketing yang dapat mendongkrak terpilihnya the Neny he..he.. (Bercanda Teh Neny).

Saya akan lebih cendrung ingin membahas rasa takut dari the Neny terkait takut dibenci oleh sahabat Kompasianer, karena saya paling greget dengan yang penakut. Hampir semua tulisan saya mengundang Pro dan Kontra, terlebih mereka yang sudah memang tidak akan suka dengan apa yang saya tulis di Kompasiana ini, semakin parah ketika ada yang menyebut saya sebagai Penulis yang Berdakwah, semakin tidak sukalah mereka yang anti dakwah. Tetapi bagi saya, apapun bisa terjadi tidak usah terlalu dipikirkan toh semua kita akan mati juga, tidak ada yang akan bertahan lama dan abadi. Baik saya maupun Anda pembaca tulisan saya ini akan MATI. Jadi saya katakan saya siap mati dengan apa yang saya lakukan termasuk menulis.

Salah satu perjalanan saya dari SMA yang masih saya ingat sampai hari ini adalah ketika saya berani mengatakan “TIDAK” kepada Kepala Sekolah, saat kepala sekolah menghukum saya dan rekan-rekan saya ketika tidak mengikuti Upacara Bendera Proklamasi di Halaman Kantor Bupati. Menjadi persoalan bagi saya dan terasa tidak adil ketika saya ikut dihukum tanpa Kepala Sekolah tahu alasan mengapa saya tidak ikut upacara, saat itu saya sakit selama kurang lebih 2 bulan dan masuk tepat tanggal 18 Agustusnya dan dihari yang sama semua Siswa yang tidak ikut upacara 17 agustus di Jemur, saya melakukan pembelaan, dan terjadilah perdebatan sengit antara saya dengan kepala sekolah dan pada akhirnya saya dibolehkan untuk meneruskan pelajaran.

Masih di SMU Muhammadiyah, ketika saya membuat Tim Mading dan saya ditunjuk Ketuanya, saya dipanggil Guru Biologi yang marah-marah ketika melihat tulisannya tidak ada dimading, saya berusaha menjelaskan bahwa tulisannya sedang kita rapihkan agar teratur masuk ke kolom atau rubrik yang tepat, Guru biologi saya waktu itu tidak terima dan saya mengatakan di depan guru lainnya “ Pantesan Saja Sekolah Kita Tidak Akan Maju-Maju”, saya katakana saya tidak takut jikapun toh harus dikeluarkan dari sekolah ini karena apa yang saya lakukan benar.

Ketika kuliah tidak jarang saya mendapat nilai C ketika dosen tidak senang karena argumennya terbantahkan dan dapat dipatahkan walaupun bisa menjadi A setelah saya menjalankan berjibun tugas dari Dosen yang tidak suka karena kritisnya saya, Saya katakana lagi saya tidak takut pada siapapun kecuali hanya pada ALLAH SWT saja.

Ketika saya mahasiswa disebabkan tulisan saya di Pontianakpost dan khutbah Jum’at saya yang berjudul “FIR’AUN DI SEKITAR KITA” dalam rangka mengkritisi kepemimpinan nasional Megawati dan Bupati daerah Saya Morkes Effendi, saya dipanggil dan di interogasi Kepala Satpol PP, dan Kasat Intel Kodim di Kota saya, Siaran Radio saya diawasi bahkan beberapa kali siaran radio saya di datangi intel, Bupati mengirim Preman-preman untuk menjebak, terror sms dan terror ancaman akan dibunuh sudah saya terima, sekali lagi saya katakana tidak akan menyerah sebelum kebatilan di muka bumi ini lenyap.

Tulisan saya tentang membongkar perjudian di pentas dangdut membuat masyarakat membubarkan kontes dangdut dan banyak preman datang ke secretariat PB Gema Ibnul Khatab dimana saya ketuanya saat itu, kaca-kaca dilempari batu, sekali lagi tidak takut.

Tulisan-tulisan saya di Media Citizen Kabar Indonesia mengantarkan saya bertemu dengan Ownernya dan menyampaikan bahwa banyak dari BIN menanyakan kepada Owner Kabar Indonesia bahwa mereka minta data lengkap ADI SUPRIADI, saya jawab berikan saja dan owner Kabar Indonesia mengatakan bahwa teruskan menulis seperti itu hingga kebenaran itu tampak dimuka bumi dimana kita diminta ALLAH untuk menjaganya.

Beberapa tulisan saya di Kompasianapun mengundang Kontra terutama tentang “ZIONIS” dan LIBERAL SEKULER, sampai ada yang menyebarkan PIN BB dan NO HP saya ke Komunitas GAY di forum-forum Internet, tidak sedikit yang menanyakan kepada saya apakah saya GAY? Saya tidak perlu sakit hati dan saya tidak perlu takut, saya sudah melakukan sesuatu dan saya siap bertanggungjawab dengan resiko apapun. Saya tetap menjabat tangan Anda ketika kita ketemu dalam Pertemuan Kompasianer.

Karena tulisan Saya “Bermainlah Di Panggung Sandiwaramu” saya dipanggil atasan saya dan kemudian say hampir dipecat, karena tulisan itu membuat owner perusahaan tersinggung. So What. Jikapun toh harus dipecat, hadapi saja. Karena tidak ada niat sedikitpun buat menyinggung siapapun.

Bahkan tulisan terakhir saya tentang SBY-HATTA yang berjudul “Mengejutkan, SBY Gembira TIMNAS Dikalahkan Malaysia “ dihapus Admin, entahlah diminta orang-orang SBY atau ISTANA NEGARA atau Admin sudah diancam atau lebih dalam lagi Admin menjaga saya dari tindakan yang tidak diinginkan dari orang-orang yang tersinggung. Wallahu ‘alam.

Intinya dari semua itu adalah kita sudah hidup kawan, kita sidah berani untuk hidup maka tidak perlu lagi kita takutkan, apapun yang terjadi dalam hidup kita seperti cacian, makian, hinaan, tudingan, cemoohan itu adalah bagian dari cara ALLAH dan Alam semesta mendewasakan kita, disanalah awal kesuksesan paling nyata adanya.

Sebelum saya tutup saya ingin ingatkan sahabat pada sebuah cerita menarik, Seekor anak katak sangat TAKUT saat langit tiba-tiba gelap.

“Bu, Apa kita akan binasa. Kenapa Langit tiba-tiba Gelap?” tanya anak katak sambil berpegangan erat pada ibunya. Sang Ibu menjawab “ Bukan Anakku, itu bukan tanda kebinasaan kita. Justru itu pertanda baik untuk kita” jelas induk Katak dan anak katak mulai tenang.

Namun ketenangan itutak berlangsung lama. Tiba-tiba angin kencang bertiup. Lagi-lagi suatu pemandangan menakutkan bagi sang anak katak “Ibu, itu apalagi? Apa yang kita tunggu? Ayo kita pergi dari sini.” Seru sang anak katak pada induknya sambil bersembunyi.

“Anakku, itu Cuma angin, itu juga pertanda kalau yang kita tunggu sebentar lagi datang” tambah ibunya dengan tenang.

“ BLARRR” Suara Petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih menjadikan suasana begitu menakutkan.

“Sabar Anakku!” Ucap ibunya. “Itu Cuma petir aja, itu tanda ketiga kalau apa yang kita tunggu sebentar lagi datang!Keluarlah sayang....Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah karena hujan tak lama lagi datang” Uangkap sang Induk dengan tenangnya.

Anak katak itupun keluar dari balik tubuh induknya. Ia mendongak, memandangi langit hitam, angin meliuk-liuk, sambaran petir yang keras, tiba-tiba anak katak itu berteriak kencang “Ibu…Hore….Hujang datang…Horeee”

Sahabat Pembaca, anugrah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak kita inginkan. Ia tidak datang denganiringan music yang indah, tidak dengan dayang-dayang dan penari rupawan, tidak disegarkan dengan wangi-wangian. Tidak!

Saat itulah tidak sedikit manusia yang pada akhirnya dipermainkan keaadan. Mirip dengan apa yang terjadi pada anak katak tersebut. Diliputi ketakutan yang sangat, padahal itu tanda-tanda hujan akan turun.

Ini hidup kawan, seperti itulah adanya, tugas kita adalah BERANI, jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi aja, paling juga mati. Yakinlah di setiap kesukaran akan ada jalan.

Alhamdulillah, tulisan ini rampung dalam 10 menit, Saya memecahkan record atas nama saya sendiri, wkwkwkwkw. BERANI HIDUP KOK TAKUT, BERANILAH, HADAPI SAJA APAPUN YANG TERJADI.

Bandung, 1 Desember 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Seorang Writer,Trainer,Public Speaker dan Entertainer. Punya Kakek Seorang Penulis, Ibu Seorang Penulis dan Istri Seorang Penulis. Pernah Menjadi Jurnalis Sekolah, Kampus, dan Radio. Tulisan baru terbit di KayongPost, Pontianakpost, Banjarmasinpost, Tanjungpurapost, Sriwijayapost, Balipost, Acehpost, Kompas, Republika, Sabili dll. Cita-cita ingin menjadi Jurnalis AlJazeera atau CNN dan bisa menulis jurnal di TIME dan Wartawan Washingtonpost. Anda dapat menghubungi via 085860616183 / YM: assyarkhan , adikalbar / FB: adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype: adi.rabbani / PIN BB : 322235A9

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun