Ilustrasi Kepemimpinan (hondokorian.wordpress.com)
Follow Me : @assyarkhan
Gubernur yang Gagal (Bagian Akhir dari 4 Tulisan)
Keempat : Lebih Senang Menjadi Diktator Ketimbang Demokratis
Seorang Gubernur yang pantas dijadikan teladan dan layak memimpin adalah seorang yang bukan hanya mampu dan berpengalaman dalam mengelola pemerintahan tetapu seorang yang mampu memberikan contoh dan keteladanan serta mampu menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya termasuk disekitar rumahnya. Seorang yang bijaksana dan tidak arogan, tidak menggunakan kekuasaanya untuk berbuat sewenang-wenang.
Dalam bukunya, Jhon C Maxwell, seorang ahli kepemimpinan, pembicara, dan penulis mengatakan, '' Rasa puas terhadap diri sendiri adalah hal yang seharusnya paling ditakuti bagi seorang pemimpin.” Karakter seorang Gubernur atau calon Gubernur mencerminkan bagaimana dia memimpin kelak, Berdasarkan buku Jhon C Maxwell ini bahwa rasa puas terhadap diri bentuk dari Narsismie, dan cinta diri, merasa puas dengan pernah memimpin sebuah kota atau sebuah provinsi merasa perlu untuk memimpin lagi, dan rasa puas ini biasanya hanya bentuk dari “penyakit” narsis tadi bukan kepada apa yang sebenarnya yang terjadi dilapangan, menurut pendukungnya semuanya bagus. Seperti halnya pendukung Persib misalnya, Kalah menang Persib Aing. Artinya apa, Pendukung Kandidat Pilkada itu cendrung ‘buta”, tidak akan pernah ada kekurangan pada apa yang didukungnya, demi target sebuah “kue” kekuasaan. Makanya jangan heran, bagi pendukung-pendukung apakah Fauzi Bowo, Alex Noerdin maupun Joko Widodo selalu dukungan fanatik bukan dukungan kritis. Sehingga jangan coba-coba mengkritisi apa yang mereka dukung, di gebukin atau di keroyok seperti kasus Persija Vs Persib dan Persija VS Persebaya beberapa waktu lalu. Gambaran inilah yang belum lepas dari karakter Bangsa kita.
Kembali ke Pokok bahasan kita, Karakter Narsisme, Arogan dan merasa puas dengan keberhasilan sebelumnya dan memproklamirkan “Ini Gue Udah Sukses Memimpin Sebelumnya”, jika mengkristal karakter seperti ini akan membuat semua orang disekitarnya adalah Supporter, Supporter atau Fans tergantung apa yang dikatakan oleh Bintang. Merasa Bintang, maka ada yang tidak sejalan dan sepandangan, Sikat.
Seorang Calon Gubernur atau Gubernur seharusnya memberikan visi dan misi serta menanamkan nilai-nilai kepercayaan kepada semua orang disekitarnya. Sedangkan Gubernur atau Cagub yang arogan adalah orang yang kerap memberikan dua pilihan pada pendukungnya ketika ia sedang membuat sebuah kebijakan baru. Mereka selalu dihadapkan dengan pilihan: Lo Mau Ikut Jangan Membantah atau Ga mau Ikut keluar dari tim pendukung Gue. Kalo Mau Ikut Ga Mau Out.
Pada dasarnya, tidak semua pendapat yang dikemukan oleh seorang Gubernur/Calon Gubernur harus disetujui dan dilaksanakan. Faktanya, dengan menghilangkan semua perdebatan dan perbedaan dalam memandang sudut pandang, seseorang terkadang berperan sebagai faktor perusak yang menghalangi untuk mendapatkan kesempatan untuk membenahi dan memperbaiki permasalahan. Pemimpin seperti ini biasanya membungkam dan menutupi sebuah permasalahan sebelum hal itu muncul ke permukaan, dan hal itu sangat berpengaruh terhadap pecahnya sebuah organisasi atau Lembaga Pemerintahan
Ketika Seorang Pemimpin merasa dirinya adalah “Dewa” dan tidak adalah yang memberikan peringatan, karena semua orang yang berbeda pandangan, Sikat dan dimusnahkan. Maka sesungguhnya sebuah Negeri dalam perjalanan menuju kehancuran
Bagaimana Jakarta, Sudah Siap Memilihkah? Matangkan Pilihan Anda.
Bandung, 13 Juni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H