Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Antara Saya dan Empuss Miaw yang Akhirnya Bunuh Diri

17 September 2011   03:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:53 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_131792" align="alignleft" width="340" caption="Ilustrasi : SITAM, Kucingku yang bunuh diri"][/caption]

Empuss Miaw, Seorang Kompasianer yang baik dan bersahabat. Dari Kompasiana hingga ke Facebook kita saling menyapa, Empuss Miaw yang Saya kenal adalah Kompasianer yang paling setia, lihatlah bahwa Empuss Miaw selalu ada disemua tulisan saya. Betapa Setianya Dia….

Hal ini membuat Saya terbayang memory indah 20 Tahun yang lalu, Saya memiliki “Sahabat” seekor Kucing yang lucu, Saya panggil namanya “SITAM” karena kulitnya yang hitam pekat tanpa satupun ada bulu yang berwarna putih. Sejak 1992, saya mendapatkannaya masih anak-anak, berlari-lari kecil, memutar badannya, mengejar tali yang saya mainkan. Betapa lucunya Empuss Miaw yang saya panggil Sitam ini.

Tahun-tahun berlalu rentang dari 1992-1995, Sitam menemani saya belajar, apapun yang saya minta dia selalu menurut, sangat mengerti, bahkan ternyata seperti halnya di TV-TV ada Empuss yang bisa diajak bicara, Sitam pun sama, seakan-akan sangat mengerti curhat saya, saat saya jatuh cinta saya cerita padanya, saat saya ingin mendapatkan sebuah buku saya ceritakan padanya, bahkan ada satu keajaiban, dialah yang membunuh Kelabang atau Kaki Seribu yang ada di atas kasur saya, entahlah apakah Empuss ini memiliki rasa “cinta” seperti manusia saya sungguh tidak bisa mengerti.

Dia mengelus-ngeluskan kepala jika saya bercerita kesedihan seakan-akan dia ingin memberikan hiburan, dia mengantar saya hingga ke pagar rumah saat saya berangkat sekolah, bahkan dia menantikaan saya pulang tiap jam 1 Siang di pagar rumah, dia belum makan sama sekali, terlihat dari perutnya yang kempis, saat saya makan siang Sitam duduk di depan saya, saya ambilkan segenggam nasi dan sepotong ikan, dia hanya mengamati dan sekali-kali memandang wajah saya. “Sitam, Dimakan makananya”, dengan sahutan “Miawwwww….” Barulah Sitam memakan nasinya, artinya walaupun disiapkan makanan dia tidak akan memakannya jika tidak disuruh makan.

Dia menemani saya membaca buku ketika siang hari sampai saya tertidur, dan Sitampun tertidur. Dia bisa disuruh “Jangan Disini” atau “Sitam Di dekat pintu sana” maka dia sangat setia menurutinya. Betapa sayangnya saya pada Empuss…Subhanallah.

Hingga Akhirnya, Saya harus meneruskan pendidikan SMA saya ke Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Tidak mungkin saya membawa “Sitam”, apalagi Bibi saya sangat tidak suka dengan Kucing. Dengan menangis Saya harus meninggalkannya.

Tahun 1996, Entahlah. Ketika Saya pulang kampung buat bertemu orang tua, Empuss sudah tidak, Empuss saya cari kemana-mana tidak ditemukan sampai akhirnya Ibu saya mengatakan “Adi, Jangan Kau cari lagi emmpuss dimana, Empuss sudah bunuh diri”. “Ha! Bunuh Diri” teriak Saya.

Ibu saya menjelaskan bahwa “Empuss Miaw” itu sangat setia pada majikannya, ingatlah selama perjalanan 3 tahun , Sitam selalu menurut bukan? Ketika dia merasa tidak ada lagi yang memberi makan, memberikannya susu, dia hanya merasa pantas diberi oleh saya, demikian kata ibu saya.

Ibu saya menceritakan bahwa setiap hari Sitam tidur di kasur saya, bahkan tidak mau dipindahkan, diberi makaan tidak mau, diberi minum susu tidak mau, bahkan sudah kehilangan gairah untuk hidup. Itulah cara Kucing menunjukan kesetiaannya, hingga akhirnya dengan cara itulah dia bunuh diri, dia tidak mau makan dan tidak mau minum, dia mati dalam cinta, dia pergi meninggalkan rumah dan tidak pernah kembali lagi, sampai akhirnya ada tetangga menemukan Sitam terkapar , Bunuh Diri.

Semoga kelak, Di Akhirat Di Syurganya ALLAH SWT, Saya bisa bertemu dengan Sitam kucing kesayanganku, Sang Pengawal Setia yang telah mematikan kelabang untuk menyelamatkan majikannya. Ya Allah, tidak kuat hamba menahan air mata ini……

Catatan :

Buat Hawa (Kompasianer), Soal Kesetiaan Empuss Miawwwww Jagonya. (Hawa langsung nanya saya mungkin : Maksud Elo?!)

Bandung, 17 September 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi), Direktur Rabbani Hamas Institute Indonesia, dapat dihubungi 085860616183 / 081809807764 / YM : assyarkhan / FB : adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype : adikalbar / PIN BB : 322235A9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun