[caption caption="Chaim Weizman & Emir Hussein (facebook.com/assyarkhan) "][/caption]
Oleh : ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan
Twittter : @assyarkhan
3 Januari 1919 merupakan hari yang paling bersejarah awal cikal bakal jatuhnya Palestina ke tangan Israel. Perang Dunia Pertama telah menyaksikan bagaimana semangat mementingkan kelompok dan golongan memporak-porandakan dunia Arab setelah berabad lama ia berhasil disatukan oleh Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW di wilayah itu sejak tahun 610 Masehi.
Rentang Juli 1915 - Januari 1916 telah menyaksikan terjadinya aliansi rahasia antara Emir Hussein bin Ali, Sharif di Mekah dan Sir Henry McMahon, British High Commissioner di Mesir untuk menentang Khalifah Turki Ottoman. Persekongkolan Kaum kuffar dengan Munafikin untuk menumbangkan Kekhalifahan Islam di Turki Utsmani dan dan mengembalikan Sistem Khilafah ke Jazirah Arab. Pakta ini tercatat dalam lembaran sejarah sebagai Hussein-McMahon Correspondence.
Akibatnya, pemberontakan terjadi di wilayah-wilayah Arab dari 1916 sampai 1918 dengan bantuan tentara Inggris. Emir Hussein menyatakan dirinya sebagai Raja Arab di Hijaz yang mencakup wilayah-wilayah di Palestina, Suriah, Yordania, Irak dan Jazirah Arab.
Bantuan Inggris pada Pemerintah Hijaz kemudian menyebabkan Pemerintahan Inggris mengundang Emir Faisal, anak dari Emir Hussein, ke Paris Peace Conference 1919 untuk membahas pembagian tanah-tanah Arab setelah Perang Dunia Pertama .
Di sinilah ditandatanganinya Perjanjian Faisal-Weizmann pada 3 Januari 1919 yang terjadinya pengakuan atas Perjanjian Balfour 1917 oleh Raja Arab untuk mengizinkan migrasi massal warga Yahudi dari berbagai Negara ke Negara Palestina. Upaya ini dilakukan organisasi Zionis Dunia untuk menjadikan Palestina sebagai tanah Air Yahudi dan terbentuknya Negara Israel Raya di Bumi Al-Quds. Emir Faisal mewakili Raja Arab dan Chaim Weizmann mewakili Organisasi Zionis Dunia. (Catatan : Pada akhirnya Chaim Weizmann ditunjuk sebagai Presiden Israel yang pertama atas jasa-jasanya mewujudkan berdirinya negara Israel diatas Negara Palestina yang berdaulat)
Namun, perjanjian ini tidak membuahkan hasil ketika Emir Hussein dan Emir Faisal mengetahui tentang rincian perjanjian rahasia antara Inggris dan Perancis untuk membagi tanah Arab dengan cara mereka sendiri (lihat Perjanjian Sykes-Picot 1916). Raja Arab memprotes akan tetapi itu hanyalah sia-sia. Nasi telah menjadi bubur. Jazirah Arab telah dikuasai Inggris dan Prancis pada waktu itu melalui perjanjian yang telah dibuat.
Akhirnya Emir Hussein digulingkan oleh Keluarga Saud (Kini pemerintah Arab Saudi) dan Emir Hussien menghabiskan sisa hidupnya di Yordania. Emir Faisal pula memerintah sebentar di Suriah sebelum dikirim jauh ke Irak.
Zionis Dunia pula akhirnya berhasil mendirikan Negaranya diatas Negara orang lain yaitu Palestina sementara dunia Arab kini dibagikan kepada negara-negara yang terpisah oleh perbatasan yang masing-masing memikirkan negarany sendiri-sendiri dengan kedok Nasionalisme. Keserakahan kekuasaan telah menghancurkan kesatuan ummah sampai kita rela bersekongkol dengan musuh untuk menjatuhkan satu sama lain.
Palestina kini menjadi peringatan Allah SWT akan kebusukan keserakahan kelompok dan golongan yang pada akhirnya "membunuh" kesatuan ummah ini hampir seratus tahun yang lalu. Jika perpecahan ummah telah menyebabkan Palestina terlepas dari genggaman Ummat Islam, maka hanya dengan kesatuan ummah saja Ummat Islam akan mampu mengembalikan Palestina kepada umat ini.