Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Umar & Pemabuk yang Salah Tafsir

5 Juni 2012   17:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:22 3419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338917475785494329

[caption id="attachment_186029" align="aligncenter" width="614" caption="AlQur-an mengajarkan Amar Ma"][/caption]

Follow Me : @assyarkhan

Menarik untuk mengupas sebuah tulisan dari A. Dardiri Zubairi dua hari ini, ya sebuah tulisan yang berjudul "Kisah Umar & Pemabuk, Sebuah Renungan Untuk FPI" menjadi Terekomendasi  karena sejalan dengan misi Admin Kompasiana walaupun sebenarnya kisah tersebut salah tafsir maksud dan ibrohnya oleh Saudara A. Dardiri Zubairi. kisah yang diambil A Dardiri Zubairi yang menafsirkan kisah tersebut salah total. A Dardiri Zubairi memulai tulisannya dengan kisah Khalifah Umar bin Khattab dengan seorang Pemuda, berikut kisahnya :

"Alkisah, Khalifah Umar bin Khathab bertemu dengan seorang pemuda yang sedang mabuk minuman keras. Khalifah yang dikenal sangat tegas ini spontan hendak menangkap pemuda itu dan menjatuhi hukuman sesuai yang berlaku. Tiba-tiba, sang pemuda ini memperolok Umar begitu rupa. Hal inilah yang menjadikan Umar surut ke belakang. Ia mengurungkan niatnya menangkap dan melepaskannya begitu saja.

Seorang sahabat heran, “wahai Amirul Mukminin, mengapa pemuda itu engkau lepaskan begitu saja ketika memperolokmu?”

“Aku takut jika hukuman yang akan aku jalankan nanti terpengaruh oleh kemarahanku. Hal ini yang akan menyebabkan penyelewengan dar atauran yang telah digariskan Allah. Tegasnya, aku tidak mengehendaki jika suatu hukuman terpengaruh dengan emosi atau bercampur dengan kepentingan pribadi,” begitu kata Umar.

(diambil dari buku Imam Ahmad Ibnu Nizar, Nabi Sulaiman dan Burung Hudhud, Diva Press,Yogyakarta,2009)

Dari kisah ini, A Dardiri mencoba mengulasnya panjang lebar, tapi inti tulisannya ada di paragraph pertama dan kedua, berikut petikannya :

"Membaca kisah di atas saya langsung teringat pada FPI atau kelompok lain yang mengatasnamakan perang melawan kemaksiatan dengan cara-cara kekerasan. Datang langsung ke lokasi dengan membawa pentungan dan tak jarang merusak. Orang-orang berhamburan. Berlari dalam ketakutan. Seketika itu wajah agama seperti berubah menjadi sangar.

Seorang Khalifah yang dikenal keras dan tegas seperti Sayyidina Umar masih sangat hati-hati menegakkan hukum. Sebagai seorang Khalifah tentu gampang baginya untuk menyeret dan menghukum pemabuk dengan berat. Tapi semua itu diurungkan. Olok-olok pemuda menjadikan Umar melihat “ke dalam” . Ke ruang bathinnya. Tindakan tegasnya dipertanyakan ulang karena hawatir bercampur dengan amarah, nafsu, atau kepentingan pribadi. Sifat-sifat ini laten. Begitu gampang merasuk pada tindakan atas nama hukum, agama, atau melawan kemaksiatan sekalipun. Bayangkan, seorang Khalifah lho.

Ulasan dan kesimpulan terhadap kisah ini merupakan penyesatan dan tidak sesuai dengan maksud dan ibroh dari kisah yang sebenarnya. Dimana kisah ini sebenarnya mirip dengan kisah Ali Bin Abi Thalib seorang Sahabat Rasulullah SAW yang dalam peperangan  Ali Bin Abi Thalib RA diludahi salah satu musuh Allah Swt dalam perang tersebut, kemudian saat akan memenggal kepala sang musuh, Ali mengurungkan niatnya, Kemudian Ali  Bin Abi Thalib RA mengitari lapangan peperangan untuk sekedar membuang jauh rasa sakit hati karena telah diludahi salah seorang musuh. Setelah berkali-kali berputar lapangan, Ali bin Abi Thalib baru melanjutkan peperangan dan tetap saja memenggal kepala musuh Allah Swt tersebut.

Setelah peperangan Selesai Ali Bin Abi Thalib RA Ditanya oleh Sahabat yang lain mengapa melakukan hal itu. Ali Bin Abi Thalib menjawab :

"Aku tak mau saat memenggal kepalanya dalam kondisi tidak ridha karena ALLAH, aku khawatir niatku memenggal kepalanya bukan karena ALLAH tetapi karena dia meludahiku"

Satu hal yang perlu dicatat adalah ALI BIN ABI THALIB RA tetap memenggal kepala musuh Allah tersebut setelah rasa sakit hati karena diludahi itu hilang.Jadi, maksud dari kisah ini lebih kepada Luruskan Niat saat amar ma'rif nahi mungkar bukan soal cara melakukanamar ma'ruf nahi mungkar.Artinya, tidak boleh menghukum seseorang karena landasan dendam pribadi atau sakit hati tetapi karena ALLAH.

Dalam kisah Umar Bin Khattab dengan Pemabuk itu sama sekali bukan soal cara melakukan Nahi Mungkar tetapi kisah dimana yang memberikan pesan Akhlaq Islam bahwa jika melakukan perintah ALLAH  termasuk Mencegah Kemungkaran jangan dalam kondisi ada dendam pribadi kepada siapapun. Umar Khawatir pemberian hukuman terhadap pemuda tersebut bukan karena ALLAH melainkan karena di perolok pemuda tersebut. Dan kondisi ini memang tidak dibenarkan dalam Islam, sampai disini belum selesai, coba baca jawaban Umar Bin Khattab saat ditanya:

Aku takut jika hukuman yang akan aku jalankan nanti terpengaruh oleh kemarahanku. Hal ini yang akan menyebabkan penyelewengan dari atauran yang telah digariskan Allah. Tegasnya, aku tidak mengehendaki jika suatu hukuman terpengaruh dengan emosi atau bercampur dengan kepentingan pribadi

Umar mengatakan ini karena sebelum proses penangkapan pemuda itu, Umar sudah terlebih dahulu diolok-olok oleh pemuda pemabuk tersebut, Umar khawatir hukuman terhadap pemuda itu bukan karena ALLAH tetapi karena dia diolok-olok. Jawaban Umar sudah benar dan ini bukan kaitannya dengan cara NAHI Munkar ala FPI, bukan sama sekali. Pertanyaanya begini? Adakah Dendam pribadi dari FPI misalnya ketika melakukan Nahi Munkar? Ini harus dibuktikan tertlebih dahulu, misalnya ada sekelompok pemabuk mengolok2 FPI baru kemudian FPI melakukan penggrebekan terhadapnya, baru dapat dikatakan sama. Kenyataanya kan tidak begitu.

Sampai disini Penulis melihat, Tulisan A Dardiri Zubairi tersebut merupakan bagian dari cara-cara kaum Liberal Sekuler memutar balikan maksud dari sebuah kisah Sahabat,Penulis berpesan berhati-hati dalam memuat kisah Sahabat terlebih IBROH dari kisah tersebut diselewengkan dan disalah gunakan demi faham sesat yang sedang disebarkan. Luruskan Niat Sebelum Menulis. Jangan karena kebencian yang tak mendasar terhadap FPI jadinya memutar balikan kisah Sahabat Rasulullah SAW. Wallahu ‘alam. Pertanggungjawabannya Dunia Akhirat lo Pak Dardiri

Catatan :

Saya Bukan FPI, Tapi Saya perlu meluruskan sesuatu yang Salah. Saya Menulis ini untuk meluruskan maksud dari kisah yang disampaikan oleh A Dardiri Zubairi, agar Ummat dan Bangsa tak tersesatkan oleh Pemikiran Liberal Sekuler.

Bandung, 6 Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun