[caption id="attachment_148071" align="alignleft" width="360" caption="Ust. Rahmat Abdullah (kalamkalbu.wordpress.com)"][/caption]
Saya yakin jika Anda dekat dengan buku-buku harokiyah (gerakan) maka Anda hafal kalimat diatas yang Saya jadikan judul Artikel ini kalimat siapa? Ya, Teruslah Bergerak, Hingga Kelelahan Itu Lelah Mengikutimu adalah kata-kata dari Syaik Tarbiyah KH. Rahmat Abdullah
Mengajak menuju kebaikan adalah tugas kita semua, tugas bagi orang-orang yang menyandarkan apapun perbuatanya hanya untuk ALLAH semata. Cinta menjadi dasar segala aktivitasnya, dari bangun tidur hingga tidur kembali, bahkan ketika sedang tidur sekalipun tetap memikirkan ummat yang Rasulullah cintai.
Teruslah bergerak, walaupun energi kita harus habis karenanya, sampai renta sampai bahkan tak bisa berbuat apa-apa karena kematian telah tiba. Berbuatlah, bersedekahlah hingga tidak ada lagi orang miskin yang tersisa untuk diberi sedekah, inilah yang terjadi pada Khalifah Umar Bin ‘Abdul Aziz, seorang Presiden yang memangkas gaji mentri, membuang kemewahan kepresidenan dan jajarannya, memisahkan urusan pribadi dengan urusan Negara dengan tidak menggunakan uang rakyat pada aktivitas pribadi. Memang, pemimpin seperti ini hadirnya sebentar, begitu banyak yang benci dan harus mati diracun. Tetapi dalam hitungan setahun Umar telah mampu menghapus kemiskinan di Negerinya.
Demikian pula dengan Umar Bin Khattab, untuk ummat, beliau harus mengelilingi Negeri pimpinanya dengan tongkat untuk menopang badan, dan harus wafat dibunuh ketika sedang sholat shubuh. Pastinya, berbuat kebaikan, mengajak untuk mengesakan ALLAH, membuat negeri ini makmur dalam lindungan ALLAH dipastikan banyak yang tidak menyukai dan fahamilah bahwa kematian merupakan taruhannya.
Teruslah bergerak, lelah memang, bosan sudah pasti. Menyakitkan apalagi, tetapi inilah kepahlawanan yang dibangun para pahlawan dan pejuang kita, mereka tidak pernah berhenti meneriakan ‘MERDEKA ATAU MATI, ALLAHU AKBAR” walau dalam kondisi sangat lelah, sakit bahkan mendekati detik-detik kematian.
Walaupun lelah tak pantas rasanya untuk mengeluh, karena mati syahid begitu sangat indah. Teruslah berkarya sahabat dengan karya-karya tulis yang hebat, mencerahkan, memberikan penerangan, membuka mata hati dan mendekatkan pembaca kepada Allah Swt. Karena kemampuan saat ini baru menulis, menulislah sebagai bentuk ibadah kepada Allah, tidak ada kerugian sedikitpun, menyampaikan kebenaran itu memang pahit, bahkan begitu banyak yang tidak menyukai bahkan bisa saja nyawamu berakhir di ujung penamu. Sayang sekali bukan, jika menulis hanya untuk manusia, tanpa mendapatkan apa-apa, teruslah berharap dan berharaplah kepada siapa membuat apa menjadi nyata. Bekerjalah dan biarkanlah Allah, Rasulullah dan orang-orang yang beriman menilai pekerjaan Anda.
Bandung, 8 Desember 2011
Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)
Seorang Writer,Trainer,Public Speaker dan Entertainer. Punya Kakek Seorang Penulis, Ibu Seorang Penulis dan Istri Seorang Penulis. Pernah Menjadi Jurnalis Sekolah, Kampus, dan Radio. Tulisan baru terbit di KayongPost, Pontianakpost, Banjarmasinpost, Tanjungpurapost, Sriwijayapost, Balipost, Acehpost, Kompas, Republika, Sabili dll. Cita-cita ingin menjadi Jurnalis AlJazeera atau CNN dan bisa menulis jurnal di TIME dan Wartawan Washingtonpost. Anda dapat menghubungi via 085860616183 / YM: assyarkhan , adikalbar / FB: adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype: adi.rabbani / PIN BB : 322235A9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H