Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlukah Lagu Garuda Pancasila Diganti?

2 November 2011   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:08 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_141197" align="aligncenter" width="348" caption="Garuda Pancasila"][/caption]

Mengapa Indonesia Tidak Maju atau Sulit menjadi Negara Maju? Apa karena kita salah dari awal dalam pendirian Negara Ini? Inilah yang menggilitik untuk diteliti secara budaya dan seni, artinya memang ini tidak ilmiah. Suatu ketika saya ketika numpang taksi, Sang Supir menyeletuk “Indonesia Tidak Akan Pernah Maju”, saya bertanya kenapa pesimis begitu, jawaban dari sang Supir begini “ Pejabat dan Pemimpin kita itu semua sudah tahu jika Indonesia itu tidak akan pernah bisa dibuat Maju, maka akhirnya mereka lebih memilih menjadi kaya (Memperkaya Diri)”. Lama saya berfikir tentang hal ini, segitunyakah kondisi real bangsa ini? Dulu saya sudah menulis tentang sebuah Optimisme tentang bangsa kita dengan Artikel “BANGKITLAH BANGSAKU, HARAPAN ITU MASIH ADA”, dan sekarang yang menjadi renungkan saya adalah ketika pagi tadi (Rabu, 2 Nopember 2011) saya melalui Jalan Gatot Subroto tepatnya di depan Mall Bandung Super Mall (BSM) Bandung, saya mendengar lagu Garuda Pancasila.

Garuda pancasila Akulah pendukungmu Patriot proklamasi Sedia berkorban untukmu Pancasila dasar negara Rakyat adil makmur sentosa Pribadi bangsaku Ayo maju maju Ayo maju maju Ayo maju maju

Coba kita kaji lagu ini bait perbait :

Garuda Pancasila

Akulah Pendukungmu

Dua baris kalimat diatas menandakan sebuah gambaran tentang bangsa kita yang hanya mengutamakan Simbol dan mengabaikan esensi/substansi, kebanyakan diantara kita hanya suka menjadi pendukung (Supporter) bahkan tidak mengerti sekalipun yang penting dukung saja, maka dulu lahirlah Pasukan Berani Mati ketika membela Gusdur, Cap Stempel Darah ketika membela Megawati, Makna “Akulah Pendukungmu” menandai kita hanya menjadi bangsa Supporter yang rame berkomentar tanpa berbuat apa-apa, bangsa yang hanya menjadi penonton di tribun tanpa pernah bisa menjadi pemain, bangsa yang hanya senang ribut tatkala apa yang didukung dikalahkan lawan, lihat saja ketika Pilkada-Pilkada di Indonesia dan Permainan Sepakbola

Dibait lagu Garuda Pancasila selanjutnya :

Patriot Proklamasi

Sedia Berkorban Untukmu

Kita hanya bangga menjadi orang yang memproklamasikan diri tanpa harus berbuat untuk itu, kita hanya bangga menjadi orang yang memproklamasikan atau mengumumkan bahwa kita Anti Korupsi tetapi tetap saja korupsi, kita hanya bangga dengan memproklamasikan dan mengumumkan ke public bahwa kita membela hak rakyat tetapi tanpa melakukan apapun, bahkan berbuat sebaliknya “Membunuh” Rakyat dengan mengambil hak-hak mereka. Kita hanya bangga menjadi Bangsa Proklmasi, bahkan kita rela berkorban apapun untuk orang-orang yang berani memproklamasikan A, Memproklamasikan B, tanpa mengerti apa yang mereka proklamasikan. Makanya Partai-Partai baru selalu laku dijual oleh Politisi-Politisi Busuk Itu

Pancasila Dasar Negara

Rakyat Adil Sentosa

Pribadi Bangsaku

Pancasila hanya menjadi dasar Negara, tidak menghasilkan apa-apa untuk Rayat Indonesia, Undang-undang hanya dibuat untuk diumumkan bukan untuk dilaksanakan dan kita hanya bercita-cita menjadi bangsa/rakyat yang adil dan penuh kesentosaan, cita-cita itulah yang menjadi pribadi bangsa kita, bangsa kita hanya menjadi bangsa pemimpi tanpa bisa merealisasikannya, bangsa yang senang dengan janji-janji walaupun tidak ditepati dan itulah Kepribadiaan Bangsa Kita. Makanya Sinetron yang banyak memberikan mimpi rumah mewah dan kehidupan wah menjadi santapan nomor satu bangsa kita dan penonton dikalangan penonton yang miskin.

Yang lebih parah adalah bait terakhir :

Ayo Maju Maju

Ayo Maju Maju

Ayo Maju Maju

Ayo Maju bermakna dorongan untuk apa-apa yang sulit untuk bergerak, sebuah ajakan untuk maju, saya bayangkan bagaimana seorang HRD yang sulit memotivasi karyawan untuk maju-maju, berbuih-berbuih kata AYO KITA MAJU, sebuah pertanda sulitnya orang yang didorong untuk maju, yang tidak memiliki kemauan kuat untuk maju, harus terus diajak dan disuapi. Mungkin beginilah Kondisi Bangsa kita, Anda bayangkan ketika Anda menjadi Leader dan mengajak tim kerja Anda Ayo Maju, Ayo Bangkit ada sebuah pertanda bahwa kondisi tim Anda dalam kondisi lemah semangatnya, tidak mau bergerak, malas dan tidak termotivasi, Maka butuh kata-kata Ayo Maju-Ayo Maju-Ayo Maju. Maka jangan heran jika training motivasi menjadi sangat laku di Indonesia, karena orang butuh dorongan orang lain tanpa bisa mendorong dirinya sendiri.

Apa Perlu Lagu GARUDA INDONESIA Diganti? Saya nantikan Jawaban Anda

Bandung, 2 Nopember 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Seorang Writer,Trainer,Public Speaker dan Entertainer. Punya Kakek Seorang Penulis, Ibu Seorang Penulis dan Istri Seorang Penulis. Pernah Menjadi Jurnalis Sekolah, Kampus, dan Radio. Tulisan baru terbit di KayongPost, Pontianakpost, Banjarmasinpost, Tanjungpurapost, Sriwijayapost, Balipost, Acehpost, Kompas, Republika, Sabili dll. Cita-cita ingin menjadi Jurnalis AlJazeera atau CNN dan bisa menulis jurnal di TIMES dan wartawan Washingtonpost. Anda dapat menghubungi via 081809807764 / 085860616183 / YM: assyarkhan , adikalbar / FB: adikalbar@gmail.com / Twitter : @assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype: adi.rabbani / PIN BB : 322235A9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun