Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Money

NATO (Need Action to be Operated)

22 Mei 2011   17:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_109671" align="alignleft" width="210" caption="Adi Supriadi"][/caption]

Aturan Allah SWT adalah sesuatu yang sangat tinggi, Mulia dan Agung. Untuk mendapatkan pemahamannya diperlukan usaha yang tidak sederhana dan tidak ringan. Apalagi untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Sehingga proses pemahaman ini merupakan perjuangan dakwah tersendiri yang mesti mendapat porsi.

Ada tiga aspek yang telah Rasulullah tunjukkan kepada kita yakni aspek nilai-nilai, aspekkeilmuan dan aspek aplikasi. Pada tatanan nilai-nilai Rasulullah adalah manusia pilihan Allah yang telah menyampaikan nilai-nilai absolute ban sakral yang memberi makna pada setiap bidang kehidupan. Nilai, norma dan hukum sebagai petunjuk ekonomi yang beilau sampaikan bersifat universal. Nilai-nilai teknis kemudian dikembangkan disetiap zamannya.

Pada tataran ilmiah beliau mencontohkan tentang wawasan yang aplikatif. Prinsipnya ilmu untuk amal. Bekalan ilmiah teknis beliau mendapatkan dari kontak sosiai dan pengalaman. Untuk itu beliau mendorong umatnya untuk belajar mesti sampai ke negeri Cina. Beliau belajar berdagang dari pamannya juga kepada saudagar Khadijah, bahkan kepada pembantunya Maisaroh. Dalam bertani beliau belajar dari orang Madinah, perihal perkawinan kurma yang berhasil.

Pada tataran aplikasi, kecemratan beliau telah membawa keberhasilan. Dalam kemitraan dagang dengan Khadijah beliau berhasil menjadi pedagang komoditas ekspor ke Syiria. Dengan keberhasilan itu beliau mendapatkan prosentase keuntungan lebih besar

Aspek nilai-nilai dan keilmuan. ditengah-tengah kita sudah banyak tumbuh sekolah-sekolah yang terus menggali dan menelaah. Dengannya lahir ribuan ahli dengan keragamannya. Baik dan sisi nilai-nilai dari sekolah-sekolah berbasis diniyah atau ekonomi Islam. Ataupun dari sekolah-sekolah berbasis kompetensi teknik dan operasional.

Namun ditataran apkkasi masir minim dilakukan kegiatan-kegiatan yang membuat ekonomi Islam semakin dirasakan sebagai solusi. Bagaimana kenyataan pahit ditampakkan kepada kita, umat Islam belum bisa melahirkan solusi ditengah himpitan kesulitan ekonomi yang ada. Bahkan tidak sedikit mereka malah menjadi bagian dari masalah yang ada.

Sekali lagi, ini harus memberi perhatian kepada kita, bahwa keyakinan kita bahwa Islam adalah solusi (rahmatan lil’alamin), tidak boleh hanya sekedar kalimat retorika dakwah (atau sama dengan tabligh) saja. Tapi harus terlahir sebagai amal sholih

Berbentuk perjuangan untuk melaksanakan kata-kata itu. Yang sedemikian beratnya sehingga kita bertradapan dengan berbagai masalah dan hambatan. Yang sedemikian beratnya sehingga kita terus berharap kepada Allah agar ditunjukkan jalan keluar. Yang sedemikian beratnyasehingga kita menjadi paham dengan sunatullah keberhasilan. Dengan itulah kita mengatakan bahwa kita adalah orang yang berserah diri.

Rasulullah sangat menjunjung tinggi kesejahteraan ekonomi rakyat. Beliau bangga melihat umatnya berkecukupan ditengah pembangunan. Mereka diperintahkan untuk berkontribusi bagi pembangunan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Kepada yang belum berkecukupan diperintahkan untuk tidak henti-hentinya terus berusaha (sabar). Kepada yang berkecukupan beliau senantiasa memerintahkan untuk memberikan kontribusi. Hanya itu saja dua pelaku ekonomi yang diakui Rasulullah, yakni kalangan berkecukupan yang kontributif (alghaniyyul syakir) dan orang yang berkekurangan yang rajin berusaha (alfakirul shabir). Bila tidak masuk dua tipe ini, maka ia adalah beban atau bahkan perusak ekonomi.

*) Artikel ini diambil dari Buku Be A Smart Worker yang saya tulis Pada Tahun 2007, Semoga Bermanfaat

Bandung , 23 Mei 2011

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun