Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demi Jabatan Cawapresnya Jokowi, Jusuf Kalla Jilat Megawati?

5 April 2014   06:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 1832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318588" align="aligncenter" width="576" caption="Jusuf Kalla Bela Jokowi (idegue.blogspot.com)"][/caption]

Penulis : Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan / Adi Supriadi

Twitter : @assyarkhan

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belakangan mendapatkan serangan dari lawan-lawan politiknya yang menggugat soal penjualan sejumlah asset negara waktu masih menjabat sebagai presiden RI. Politisi Gerindara Fadli Zon mengritik Mega melalui puisi-puisi ciptaannya, sedangkan Fahri Hamzah, Wasekjen PKS, mengritik Mega melalui akun twitternya.

Entah apa yang ada dibenak Jusuf Kalla saat ini, apakah kursi jabatan Wakil Presiden masih menjadi "impianya" saat tidak lagi dipakai oleh SBY dan kalah bertanding dengan kandidat lainnya pada Pemilu 2009 yang lalu, Kini Jusuf Kalla seperti sedang "Mengemis" kepada Megawati agar menjadi Cawapresnya Jokowi pada Pilpres 2014 mendatang.

Perlu diketahui bahwa saat Megawati menjabat sebagai Presiden RI waktu itu, Jusuf Kalla menjadbat sebagai Menkokesra, kemudian Belakangan JK mundur dari kabinet Gotong Royong Megawati karena tidak suka dengan keputusan Megawati menjual asset negara, kemudian JK dan Golkar berkoalisi dengan SBY dari Partai Demokrat untuk menjadi Capres dan Cawapres pada tahun 2009 dan menang mengalahkan Megawati.


Kini, Jusuf Kalla menjilat Megawati dengan mengatakan bahwa kebijakan menjual sebagian asset negara itu berawal dari krisis ekonomi di akhir kekuasaan Alm Soeharto. Pemerintah saat itu, hingga zaman pemerintahan Gus Dur di bawah pengaruh IMF. Kata JK, lembaga pengutang ini dibawa ke Indonesia oleh Alm Soeharto.

"Sehingga kesalahan utamanya menjamin semua bank, banking guarantee.  Akhirnya semua kerusakan ekonomi itu ditanggung pemerintah jadinya. Jadi kebijakan awal yang keliru," kata JK kepada wartawan usai pertemuan pimpinan Ormas Islam di Kantor MUI Pusat, Jl Proklamasi, Jakarta, Kamis (3/4/2014) kepada media dan wartawan.

IMF saat itu, kata JK, membantu semua langkah yang dtempuh pemerintah. Termasuk memberi persetujuan pinjaman hingga 25 milyar dollar. Kondisi ini berlangsung hingga pemerintahan Gus Dur.

"Sampai zamannya Bu Mega maka untuk menutupi APBN terpaksa menjual asset yang ada," terang Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini.

Kondisi negara pada zaman Mega ini, dipersamakan JK dengan kondisi keluarga yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Bila keluarga itu tidak lagi bisa berutang, maka terpaksa menjual asset yang ada.

JK (Jusuf Kalla) yang pernah tidak setuju dengan kebijakan Megawati kini membela Megawati jika tidak ingin disebut menjilat demi kursi Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Jokowi.

"Itu masalah lama, yang semuanya akibat krisis. Kita tidak sengaja ingin menjual, ini akibat krisis," Bela Jusuf Kalla untuk Megawati.

Saat ini memang Jusuf Kalla sedang digadang-gadang untuk menjadi Cawapresnya Jokowi pada Pemilu 2014. Tetapi sangat disayangkan jika demi jabatan itu JK menjual kredibilitas dirinya yang pernah mundur dari jabatan Menteri di era Megawati jadi Presiden.

[caption id="attachment_318589" align="aligncenter" width="225" caption="Jokowi - JK (kaskus)"]

1396627418994584622
1396627418994584622
[/caption]

Pembelaan atau Jilatan JK ini sangat lucu, seolah-olah seperti orang mabuk dan mencoba menjadi pahlawan kesiangan untuk Sang Raja PDI-P namun yang pasti pembelaan Jusuf Kala pada Megawati ini harus dibayar mahal dengan taruhan harga dirinya yang murah dimata berjuta rakyat dan segala resiko yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt.

Padahal sudah sekian lama kasus penjualan obral murah aset-aset negara dan berbagai keputusan Megawati saat menjadi Presiden yang sangat merugikan negara (rakyat) sangat terbukti merugikan Negara, seperti yang diungkap Fachri Hamzah dari PKS :

Megawati menjual Satelit Indosat dengan murah sehingga kita dimata-matai negara tetangga.

Megawati menjual Aset-aset kami (Kasus BLBI) yang dikelola BPPN dengan MURAH (hanya 30 persen dr nilainya) ke Asing

Megawati menjual Kapal Tanker VLCC milik Pertamina lalu Pertamina kau paksa sewa kapal VLCC dengan mahal

Megawati menjual Gas Tangguh dengan murah (banting harga) ke CHINA (hanya 3 dolar AS per mmbtu), Lalu sekarang Kau teriak-teriak Selamatkan Migas, Sudah Lupa ?

Megawati membuat UU Outsourching yang merugikan kaum buruh wong cilik, anehnya sekarang kau koar2 atas nama buruh dan wong cilik, Sudah Lupa ? Kata Fachri Hamzan dalam Twitternya.

Megawati memberikan SP3 (Penghentian Perkara) dan SKL untuk Bandit-Bandir BLBI Perampok Uang Rakyat, Sudah Lupa ?

Kurang lebih seperti itu yang dikatakan Fachri Hamzah dalam Twitternya. Seharusnya jika Jusuf Kalla ingin benar-benar membela dapat dilakukannya ketika Megawati menjadi Presiden. Sangat disayangkan selevel Pak Yusuf Kalla terlalu emosional terkesan tidak bijak memahami luka hati nurani rakyat atas kepemimpinan Megawati, Kalau alasannya hanya ingin mengejar ambisi jabatan dunia mejadi cawapresnya Jokowi lantas mengorbankan Nuraninya,luar biasa Saya ucapkan Innalillahi wa innaillaihi rojiun

Ini benar-benar Aib untuk JK dan awalnya Saya berharap penuh pada JK sepertinya sejak saat ini tidak lagi, Karena hanya Demi jabatan JK menjilat Megawati agar kelak disandingkan dengan Jokowi dalam Pemilihan Presiden Juli 2014 mendatang. Prihatin.

Jakarta, 4 April 2014

Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun