Dukungan penyetaraan perempuan dengan laki-laki sudah didengungkan oleh banyak pihak. Tetapi dalam prakteknya, masih banyak daerah yang menomorduakan perempuan. Contohnya, disadari atau tidak, kebanyakan posisi-posisi penting seperti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari tingkat desa hingga provinsi, diduduki oleh kaum pria. Jumlah perempuan dalam posisi itu sangat minim.
Minimnya jumlah kaum hawa yang mengisi jabatan SKPD, menjadi perhatian tersendiri bagi Calon Gubernur Sumatra Selatan Syahrial Oesman. Karena itu, ketika memberikan ceramah dihadapan Relawan Perempuan SO di Ogan Ilir, Jumat (04/08), Syahrial menyampaikan bahwa jika dalam proses pencalonan legislatif saja keterwakilan perempuan dimasukkan dalam aturan, sudah seharusnya hal yang sama juga berlaku untuk penentuan kepala SKPD dan sejenisnya.
Mantan Gubernur Sumsel periode 2003-2008 ini menyatakan sudah waktunya pemerintah tidak menyepelekan peranan perempuan. Dan bukti nyata dari itu adalah diberikannya kesempatan yang sama bagi perempuan untuk duduk dalam jabatan SKPD. Tentu saja pemerintah harus mempertimbangkan pula kemampuannya, tidak hanya jumlahnya.
Bagi Syahrial peran perempuan dalam pembangunan Sumsel di masa mendatang sangat penting. Sentuhan perempuan dalam membangun wilayah akan memberi nilai lebih karena peran harian mereka di rumah tangga sebagai pendidik utama. Untuk itu, sudah waktunya pemerintah mempertimbangkan aspek gender dalam penempatan posisi pejabat negara.
Peraih Bintang Maha Putra Utama tahun 2007 itupun menekankan pentingnya para tokoh perempuan di desa untuk maju dalam setiap pemilihan kepala desa. Hal itu sangat penting, karena ikut kontestasi dalam pemilihan desa adalah bagian dari pengkaderan politik. Kedepan, Syahrial ingin melihat jabatan kepala desa, RT/RW tak lagi dikuasai oleh kaum laki-laki.
Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, Syahrial sudah memiliki beberapa rencana. Pertama, pendidikan yang bisa dinikmati oleh seluruh perempuan Sumsel dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, juga pendidikan non formal.
Syahrial percaya melalui sekolah kesetaraan cita-cita itu akan tercapai. Ia mencontohkan dunia kesehatan, para dokter, yang mana laki-laki dan perempuan setara, itu karena sekolah.
Kedua, membuat regulasi yang sengaja diarahkan untuk memperlebar peran aktif perempuan dalam pembangunan. Syahrial yakin bahwa pekerjaan proyek pengeboran atau pekerjaan pertambangan lainnya perempuan bisa dilibatkan.
Ketiga, membangun sinergitas dan jejaring di mana perempuan Sumsel bisa merumuskan langkah dan program untuk meningkatkan peran aktifnya dalam nalar dirinya, bukan logika kepentingan yang bias jender.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H