Mohon tunggu...
Adistia Bianca Rizki
Adistia Bianca Rizki Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lovablelady - Programmer

Selanjutnya

Tutup

Nature

Krisis Software dan Krisis Perilaku di Era Teknologi

21 Maret 2015   15:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:19 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis Perangkat Lunak (Software Crisis) Pada jaman dimana masyarakat belum mengenal internet dan terbatasnya pengetahuan tentang teknologi, sangat terasa betapa sulitnya untuk memiliki dan menggunakan software. Ilmu pengetahuan tentang bagaimana mengembangkan software tidak dimiliki oleh semua orang pada jaman ini, karena pengetahuan mengembangkan software hanya dimiliki oleh perguruan tinggi yang pada saat itu sudah menggunakan komputer yang sudah memiliki turbo pascal (bahasa pemrograman). Kurangnya ilmu pengetahuan, kurang pesatnya penyebaran informasi, dan mahalnya harga suatu software menjadi penyebab utama terjadinya krisis. Krisis ini dapat dikatakan sebagai krisis keterbatasan software. Perkembangan teknologi terasa sangat lambat dijaman ini karena keterbatasan tersebut, hingga saat dimana sistem operasi yang sebelumnya DOS dan UNIX bergeser menjadi Windows dan Linux yang cara penggunaanya pun lebih sederhana dibandingkan sistem operasi sebelumnya. Dengan terus berkembangnya Windows dan Linux kemudian muncul secara bertahap software dimana sistem operasi dapat terhubung dengan informasi, dan komunikasi (e-mail) yaitu Browser. Meskipun kemunculan Browser menandai kemajuan teknologi yang cukup baik, namun tidak semua masyarakat dapat merasakannya karena faktor ekonomi, software dan komputer pada jaman ini pun masih terbilang cukup mahal bagi beberapa kalangan masyarakat. Berbeda dengan jaman sebelum masyarakat mengenal teknologi, mungkin masyarakat di jaman modern mengatakan bahwa software adalah sesuatu yang mudah untuk didapatkan mulai dari software gratis (freeware), percobaan (trial), berbayar (commercial) sampai dengan software yang disewakan secara online melalui web tertentu. Cara mendapatkan software pun tidak sulit dan sangat beragam seperti memesannya melalui situs tertentu, mengunduhnya melalui beberapa situs, mendapatkan melalui dvd/cd yang dijual luas, hingga membeli atau mengunduhnya melalui beberapa market yang memang sudah tersedia saat ini (Google playstore, Nokia ovi, iTunes, Blackberry world). Legalitas untuk mendapatkannya pun bukan lagi menjadi pandangan yang penting bagi para pengguna, karena beberapa software commercial banyak dijumpai dalam bentuk freeware atau biasa juga dikatakan sebagai software bajakan. Dalam era modern ini software sudah menjadi konsumsi wajib masyarakat, terlebih dengan berkembang pesatnya teknologi. Mulai dari teknologi mobile, internet, bahkan dari televisi dimana grafis yang didalam tampilannya adalah rekayasa grafis software. Namun, dijaman modern ini bagi kalangan pengembang software dapat dikatakan cukup sulit. Karena sebenarnya saat ini kita sedang berada didalam era krisis. Era krisis yang dimaksud bukan disebabkan karena kekurangan software seperti yang terjadi pada jaman sebelum internet diperkenalkan, tetapi sebaliknya. Krisis software ini disebakan oleh kelebihan dalam sisi kompleksitas, ketersediaan yang berlebih (information over flood), estimasi jadwal dan biaya yang sering kali tidak tepat, dan kualitas software yang kurang baik (ditandai dengan banyaknya bug). Selain itu sebenarnya bukan hanya pengembang yang mengalami krisis dalam hal ini, masyarakat pun secara tidak langsung mengalami dampaknya meskipun tidak dirasakan dengan jelas. Seperti seorang mahasiswa yang bingung memilih antivirus apa yang baik untuk komputernya, syndrom multi-account oleh para pengguna social media yang terkadang menjadi spam (contohnya satu orang yang memiliki lebih dari tiga akun), hingga menjadi perang psikis bagi anak dibawah umur jika menggunkan software secara berlebihan dan diluar pengawasan orang tua (misalnya bermain game di tablet hingga lupa waktu belajar dan bermain diluar). Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Software Engineering atau biasa disebut dengan Rekayasa Perangkat lunak merupakan penerapan suatu pendekatan yang sistematis, disiplin dan terkuantifikasi atas pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan perangkat lunak, serta studi atas pendekatan-pendekatan tersebut, yaitu penerapan pendekatan engineering atas suatu perangkat lunak. Software Engineering dapat menjadi suatu solusi untuk mengatasi krisis software yang sedang dialami saat ini karena pada dasarnya krisis software ini memerlukan pendekatan optimal yang dapat dilakukan melalui software engineering ini. Dalam software engineering terdapat tiga komponen yaitu

  • Proses, yaitu hal-hal yang mungkin dilakukan oleh pengembang demi mewujudkan kualitas yang baik dalam software yang dikembangkan. Hal yang sangat menentukan pemilihan suatu proses yang tepat adalah sumber daya (resources), biaya (budget), dan waktu yang dibutuhkan (time).
  • Metode, yaitu langkah-langkah teknis yang mungkin dilakukan bagi pengembang untuk mengembangkan softwarenya. Dapat dikatakan juga bahwa metode merupakan aksi-aksi yang dilakukan, biasanya metode dilakukan berdasarkan pada proses sebagai dasarnya.
  • Tools, yaitu perangkat bantu atau cutting edge yang digunakan pengembang untuk mengembangkan software agar lebih mudah dan tools ini harus sangat disesuaikan dengan kemampuan tim dan tools haruslah benar-benar dibutuhkan tim dalam mengembangkan. Jangan sampai tools menjadi sesuatu yang membuat bingung. Misalnya dari sekian banyak IDE, pilih dengan tepat perangkat mana yang sesuai dengan project yang akan dikerjakan.

Software yang baik adalah software yang bekerja dan dapat digunakan oleh pengguna sebagaimana mestinya. Yang dimaksud bekerja sebagaimana mestinya yang dimaksud disini adalah software dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Namun demikian, bukan hanya sekedar software tersebut sesuai dengan kebutuhan pengguna pada saat itu tapi juga bagaimana software tersebut dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan adanya software engineering ini, pengembang akan lebih mudah mengembangkan softwarenya sesuai dengan kualitas dan kebutuhan pengguna. Krisis Perilaku dan Pertahanan Tradisi Ditengah Era Teknologi Jika software engineering merupakan metode yang dapat menjadi solusi dari krisis software. Apakah ada metode yang dapat dijadikan solusi untuk krisis budaya dan kebiasaan masyarakat? Dengan berkembang pesatnya suatu teknologi juga diikuti dengan berkembangnya intelektualitas dan individualitas masyarakat, kemudian terbentuklah suatu kebiasaan baru yang menjadikan pola budaya masyarakat berubah bahkan secara drastis. Misalnya, dulu sebelum software-software sosial media berkembang dengan pesat seperti saat ini, seorang penumpang angkutan umum masih melakukan interaksi dengan penumpang lain. Interaksi yang dilakukan pun beragam mulai dari menanyakan arah tujuan terakhir angkutan tersebut hingga hanya sekedar mengobrol. Berbeda dengan era saat ini, seorang penumpang angkutan umum lebih banyak melakukan interaksi dengan ponselnya dibandingkan dengan dengan manusia yang ada disekitarnya, jika pada saat itu ada orang asing yang mencoba berinteraksi dengannya mungkin yang terlintas dipikiran orang tersebut adalah ‘Apakah orang ini pencuri? Apakah orang ini berniat jahat?’. Penyebab pikiran buruk seperti itu didasari oleh apa yang ditampilkan oleh media mengenai kejahatan ditempat umum, dimana media menampilkan informasi tersebut melalui sebuah software. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai krisis perilaku. Bukan software mungkin penyebab utama krisis perilaku, tetapi bagaimana pola pikir masyarakat itu sendiri yang menjadikan software tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Awal mula diciptakannya software chatroom seperti line, bbm, whatsapp adalah untuk mempermudah komunikasi dan interaksi antara pengguna yang satu dengan pengguna yang lain. Betapa mulianya tujuan tersebut karena software dapat menjadikan silaturahmi tidak terputus, tapi tidak disangka dibalik hal tersebut juga terdapat hal tidak baik, misalnya pengguna hanya terfokus pada software yang digunakannya untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau keluarga dibandingkan dengan fokus dengan apa yang terjadi disekelilingnya (penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas). Kemudian banyaknya kejahatan-kejahatan terjadi mungkin juga karena tidak digunakannya software sebagaimana mestinya, misalnya sebuah smartphone terbaru diluncurkan dengan berbagai macam kecanggihannya tentu saja akan menarik perhatian banyak kalangan, pengembang mempublish peluncurannya melalui televisi, seorang remaja dengan ekonomi menengah kebawah tertarik dan ingin membelinya namum tidak memiliki uang, dua hal yang mungkin terjadi pertama ia bersabar dan mengurungkan niatnya, kedua ia akan melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya. Segala cara yang mungkin ia lakukan pun beragam mulai dari bekerja keras, menabung, atau bahkan terburuk adalah mencuri. Perkembangan teknologi software merupakan salah satu tanda dari sebuah modernisasi. Modernisasi yang pada akhirnya menjadikan masyarakat menjadi individual, dan maraknya kejahatan demi mendapakan gaya hidup modern, namun dengan mempertahankan tradisi dapat menjadi solusi praktis untuk mencegah individualisme yang berlebih dan kejahatan ditengah era modern ini. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Berkembangnya software terkadang menjadi konflik dalam beberapa kalangan masyarakat, seperti berkembangnya software untuk mengakses audio dan video yang disalah gunakan oleh beberapa pengguna untuk mengakses video porno, kemudian menjadi pertentangan oleh beberapa komunitas agama dan terjadi sebuah konflik yang tidak jarang konfik tersebut akan berkembang jika tidak diatasi dengan cara yang benar. Namun demikian, ada beberapa pengembang yang memikirkan bagaimana agar software dapat terus berkembang pesat namun tidak mengubah tradisi yang ada dalam masyarakat. Misalnya Al-quran dalam bentuk .APK dimana Al-quran ini biasanya juga disediakan dalam bentuk audio, software  ini sangat membantu pengguna mempertahankan tradisi mengaji meskipun sedang dalam perjalanan. Jika tradisi dan perkembangan software dapat dijalankan dengan seimbang maka tidak akan ada konflik dan kejahatan. Software dan pengembangannya bukan suatu kesalahan, karena dalam pengembangan software merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memerlukan logika. Mengikuti tradisi bukan berarti berhenti untuk berkembang untuk lebih maju, tetapi perlu adanya pengkajian dalam masyarakat untuk mengimbangi antara kebutuhan dengan keinginan. Software dapat menjadi kebutuhan ketika software digunakan sebagaimana ia seharusnya digunakan dan software hanya menjadi keinginan ketika pengguna tidak benar-benar membutuhkan software tersebut untuk keperluannya (seperti anak 3 tahun yang sebenarnya tidak perlu diberikan tablet karena boneka adalah kebutuhannya, bukan sebuah tablet dengan radiasi yang belum tentu dapat direspon dengan baik oleh tubuhnya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun