Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 20 Juni 2024 mencapai 16.368 IDR per USD. Ini adalah peningkatan yang signifikan dalam dua bulan terakhir, di mana pada pertengahan April, nilai tukar sudah tembus 16.000 IDR per USD. Kenaikan nilai tukar ini mencerminkan pelemahan rupiah yang perlu kita waspadai.
Pelemahan rupiah memiliki dampak yang luas dan mendalam. Salah satu efek langsungnya adalah peningkatan harga impor. Ketika nilai tukar rupiah melemah, biaya untuk mengimpor barang-barang kebutuhan pokok dan bahan baku industri menjadi lebih tinggi. Hal ini berpotensi memicu inflasi, yang pada gilirannya dapat menekan daya beli masyarakat dan meningkatkan biaya produksi domestik.
Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengungkapkan bahwa pelemahan mata uang terhadap dolar AS bukan hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh banyak negara lainnya. Sebagai contoh, mata uang Thailand, baht, juga mengalami pelemahan sebesar 6,41 persen.
"Semua negara sekarang ini mengalami hal yang sama, tertekan oleh kurs dolar, ketidakpastian global menghantui semua negara, tapi menurut saya masih di angka 16.200 - 16.300 masih dalam posisi yang baik," tuturnya.
Pernyataan Presiden menunjukkan bahwa pelemahan mata uang bukanlah fenomena yang unik bagi Indonesia. Banyak mata uang non-dolar AS, terutama dari negara-negara berkembang, juga mengalami pelemahan. Namun, meskipun ini adalah fenomena global, kita tidak boleh mengabaikan dampaknya terhadap ekonomi domestik.
Pada Rapat Kinerja Bank Indonesia dengan Komite IV DPD RI pada 11 Juni 2024, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 4,93% sejak awal tahun. Meski begitu, Destry menegaskan bahwa depresiasi rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lain.
"Rupiah depresiasinya year to date itu 4,9 (persen). Posisi pada 7 Juni dibandingan akhir tahun 2023, kita terdepresiasi 4,93 persen. Depresiasi terbesar itu terjadi pada bulan April, dimana pada April sampai 2,49 persen. Overall dari awal Januari sampai 7 Juni 4,93," jelas dia.
Pelemahan rupiah menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia membutuhkan perhatian serius dan tindakan cepat dari pihak berwenang. Langkah-langkah strategis yang terkoordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan sektor swasta sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, kerja sama yang baik antar semua pihak terkait akan menjadi kunci untuk mengatasi dampak negatif pelemahan rupiah. Langkah-langkah yang tepat dan terarah akan membantu Indonesia melewati masa-masa sulit ini dan menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang.
Salah satu langkah yang dapat diambil adalah memperkuat sektor ekspor. Dengan meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional, Indonesia dapat memperbaiki neraca perdagangan yang dapat membantu menstabilkan nilai tukar rupiah. Pemerintah perlu mendorong investasi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor, terutama untuk barang-barang yang dapat diproduksi secara lokal.