Mohon tunggu...
Adista Pattisahusiwa
Adista Pattisahusiwa Mohon Tunggu... Jurnalis - Time Is Running Out

I'm Journalist

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2019, Apa yang Dibanggakan?

13 Mei 2019   02:27 Diperbarui: 17 Mei 2019   19:22 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adista Pattisahusiwa

Manakah sesungguhnya pemilu serentak 2019 yang dibanggakan, setelah melihat dan mendengar ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), tewas.

Bahkan ada belasan penyakit penyebab meninggalnya petugas KPPS itu di berbagai wilayah Indonesia.
Adapun penyakit tersebut yakni infarct myocard, gagal jantung, koma hepatikum, stroke, respiratory failure, hipertensi emergency, meningitis, sepsis, asma, diabetes melitus, gagal ginjal, TBC, dan kegagalan multiorgan.
Pemilu yang mestinya Bangsa Indonesia menyambut pesta demokrasi lima tahunan itu dengan penuh kegembiraan, malah justru berdukacita.
Selain itu, pemilu 2019 yang diharapkan berjalan aman damai lancar jujur dan adil. Tapi yang kita alami justru sebaliknya, rakyat ditimpa kebingungan setelah melihat hasil situng sementara KPU berbeda jauh panggang dari api. Tidak sama persis data formulir C1 dari setiap TPS seluruh wilayah Indonesia dengan data dari KPU itu sendiri.
Data masuk di Sistem Informasi Perhitungan Suara (Situng) KPU sudah mencapai 78%. Namun, menurut Tim BPN Prabowo - Sandi, ada 25 juta kesalahan data Input di situng KPU tersebut.

Jadi, mestinya sekarang Ini hati rakyat Indonesia berbunga bunga, penuh perasaan aman setelah melewati pemungutan suara pada 17 April lalu.

Tetapiyang kita rasakan justru sebaliknya, rakyat malah turun ke jalan berunjuk rasa protes ke KPU dan Bawaslu karena merasa suara mereka dicurangi.


Tokoh militer Letjen TNI (purn) Safrie Sjamsoeddin pun ikut turun gunung ke Bawaslu, karena mantan komandan Grup A Paspampres era Soeharto itu tidak rela kedaulatan suara rakyat dirampok begitu saja.
"Saudaraku, Jika hak Rakyat Dizalimi, teruslah berjuang sampai Allah menghentikan," tweet eks Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI tahun 2002--2005 itu di akun twitternya.
Rakyat Indonesia telah memilih calon presiden periode 2019-2024, apa yang mereka pilih pemimpin itu diharapkan bisa mempersatukan semua kekuatan untuk menyelamatkan nasib ratusan juta rakyat Indonesia akibat depresi perekonomian bangsa selama beberapa tahun terakhir.
Tetapi yang kita lihat justru dinamika politik yang berkembang di masyarakat, sudah sampai ke tahap mengkhwatirkan, dikarenakan statement beberapa elite kekuasaan yang dinilai sangat meresahkan warga.
Menuju penetapan hasil pemilu pada 22 Mei 2019 mendatang, marilah kita selalu menjaga persatuan dan kesatuan antara sesama umat beragama di Indonesia.
Karena Islam dan NKRI bukanlah sesuatu yang perlu dipertentangkan, melainkan harus menjadi kekuatan utama bagi bangsa Indonesia kedepannya.
Marhaban ya Ramadhan

(Adista Pattisahusiwa, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun