Mohon tunggu...
Adis Setiawan
Adis Setiawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa | Penulis Lepas

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nisan Kuburan Yang Menjadi Saksi Toleransi

19 April 2019   18:20 Diperbarui: 13 Agustus 2020   17:55 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dulu waktu penulis masih kecil main bola di lapangan --sisa tanah kuburan Ngebong Tlangu (kuburan Non Muslim, soalnya ada salipnya). Tidak sengaja bolanya di tendang ke arah kiper dan kena nisan (Pathok-an Kuburan), yang berbentuk salip, pada waktu itu nisan-nya dibuat dari kayu tak sengaja kena bola dan copot dari tanah kuburan --penulis minta maaf kepada keluarganya kalau baca tulisan ini.

Kita --bersama teman-teman, langsung dibetul-kan lagi, karena masyarakat begitu toleransi dan sederhana, sudah yang penting dibetul-kan lagi dan kita bertanggung jawab atas kenakalan kami waktu kecil, dan mohon ampunan karena ketidak sengajaan itu.

Kalau zaman sekarang, mungkin bisa digoreng menjadi isu dan diviralkan di media media sosial. Elit politik pasti jadi ikut mengomentari --mengambil keuntungan agar popularitas dan elektabilitas naik. Jadinya, langsung menebar permusuhan antar agama, kejadian ini hanya "seadainya". Apabila kampung penulis yang begitu sederhana, kalau dikasih isu seperti itu bisa saling bersitegang antar tetangga, antar teman, apa lagi dengan keluarga yang di kubur dikuburan Ngebong, jadi marahan akhirnya kita kehilangan lapangan bola karena bersitegang dengan yang punya lapangan -- lapangan sisa tanah kuburan. Percoyo kono, ura yo kono, dulu kampung saya begitu sederhana dan toleransi, punya sopan santun-nya tingkat tinggi.

Sebenarnya lapangan itu memang bagian dari kuburan, mungkin seandainya kalau keluarga yang di kubur disana --ngebong, tidak terima sudah dari dulu dilarang main bola ditanah bagian dari kuburan itu. Padahal tanahnya pun berbentuk sangsekedang, tinggi, terus agak rendah, dan lebih rendah lagi. Tetapi kami masih saja mainan bola dilapangan itu, mistar gawang-nya saja miring, bukan lurus seperti layaknya lapangan sungguhan. Gawang di pasang di sudut lapangan, jadi ketika melakukan serangan ke kiper musuh, bukan lurus tapi menyilang --soalnya kipernya berada di sudut.

Di situ --ngebong, dulu sudah kita anggap tempat "sport center ngebong" yang ramai, tanah yang di atas kuburan di bikin lapangan voli, dan tanah yang sejajar dengan kuburan di bikin lapangan bola. Samping kanan kiri buat bermain layangan, ada kebun binatangnya juga --beberapa warga ada yang mengembala sapi dan kambing di situ. Terkadang pulang-pulang dari olahraga kita kena ranjau telpong dan mendil --kotoran sapi dan kambing.

Kuburan ini memang center dari semua kegiatan masyarakat Tlangu, Ngebong bisa juga buat jaduman --duduk-duduk ganteng di kijing kuburan. Kuburan sudah di bangun seperti "bok" --Bok adalah semacam bangunan di samping kuburan, layaknya pondasi, seperti monumen, jadi bisa buat duduk, sambil di situ kita bisa melihat ada permainan bola sepak dan bola voli.

Karena sesama umat beragama saling toleransi, yang bermain olahraga dikuburan itu kebanyakan muslim dan yang punya kuburan non muslim. Tidak pernah adanya kasus marah-marahan, atau bersitegang soal pengguanaan tanah kuburan yang di jadikan lapangan. Sudah biasa, justru kuburan menjadi ramai dan tidak kelihatan angker, sangat toleransinya kami.

Waktu penulis masih kecil sudah mengamalkan toleransi, kita sering ikut pemakaman mereka --melihat pemakaman yang di kubur pakai peti, sudah biasa bukan untuk pencitraan me-naikkan popularitas. Memang warga yang di kubur punya toleransi dengan cara mengizinkan kita mainan ditanah kuburannya. Jadi, kita ikut saja toleransi kepada mereka --tolong jangan ajari penulis soal apa itutoleransi ya.

Soal nisan yang dari kayu itu hanya untuk sementara --kuburan baru, nanti lama-lama kuburanya akan dibangun, karena sebagian dari keluarganya orang yang mampu dalam finansial. Kalau di tradisi muslim mungkin kuburan umur beberapa tahun, baru boleh di bangun kijing --ada hitunganya bagi yang setuju dengan pendapat, ada juga yang tidak setuju dan dilarangnya kuburan bangun. Atas dasar alasa, takut tanahnya jadi sempit, padahal yang mau mati sudah ngantri.

Untuk kuburan non-Muslim ketika sudah dibangun, kuburan menjadi di kasih pagarnya, ada yang di bangun pakai batu bata, jadi kuat seadainya masih ada yang main bola di sana --Ngebong, tidak akan kenapa-kenapa seandainya nisan kuburan kena bola, sudah kokoh dan tak segaja pula, semoga kesalahan penulis dulu waktu kecil di maafkan.

Kepada keluarga yang dikubur disana --Ngebong, penulis meminta maaf seandainya membaca tulisan ini, karena ini adalah kegelisahan penulis akan kelakuan nakal waktu kecil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun