Sesi bedah kitab ini semakin hidup dengan pandangan kritis dari pembanding. Pembanding dalam paparan ini adalah, KH. AM. Mustain Nasoha dari Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) NU Jawa Tengah, yang menyoroti aspek sosial dan kebangsaan dari kitab ini. Menurutnya, Fadhoilul Qur'an bukan hanya mengulas keutamaan spiritual Al-Qur'an, tetapi juga menggambarkan peran sosial Al-Qur'an yang seharusnya menjadi landasan dalam bermasyarakat dan bernegara. "Al-Qur'an adalah fondasi nilai sosial yang harus kita bangun dalam interaksi antarindividu. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang, perlu kita bawa ke dalam kehidupan bermasyarakat. Santri harus mampu menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi kemajuan bangsa," ujar KH. Mustain Nasoha.
Dalam paparan ilmiahnya, KH. AM. Mustain Nasoha dari Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah menekankan peran penting Al-Qur'an dalam pembentukan nilai sosial, moral, dan kebangsaan. Beliau menggarisbawahi bahwa Al-Qur'an bukan hanya kitab suci untuk ibadah, tetapi juga fondasi untuk membangun tatanan sosial yang adil. Mengacu pada Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulum al-Din, KH. Mustain menyatakan bahwa setiap ayat Al-Qur'an mengandung hikmah yang mendidik umat menjadi masyarakat beradab, dengan Al-Ghazali menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk menuju akhlak yang luhur.
Lebih lanjut, KH. Mustain menyoroti pentingnya pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an, khususnya bagi santri sebagai calon pemimpin yang dapat menjadi teladan dalam moral dan integritas. Ia juga membahas pandangan Imam Al-Baidhawi dalam Anwar at-Tanzil, yang menyatakan bahwa Al-Qur'an memberi tuntunan komprehensif untuk ibadah dan muamalah. Menurut Al-Baidhawi, Al-Qur'an berfungsi memperbaiki perilaku manusia demi menciptakan masyarakat harmonis. Di akhir paparannya, KH. Mustain mengajak hadirin merenungkan kemuliaan Al-Qur'an yang terletak pada pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengutip Syekh Muhammad bin Sulaiman, penulis Fadhoilul Qur'an, yang menyatakan bahwa keutamaan Al-Qur'an tampak pada mereka yang mengamalkannya dengan ikhlas.Â
KH. Mustain menyimpulkan bahwa kitab ini adalah pedoman praktis bagi umat Islam, tidak hanya untuk ibadah tetapi juga dalam kehidupan sosial. Paparan beliau mendapat apresiasi dari hadirin, yang terlibat dalam diskusi tentang pentingnya menghayati nilai-nilai Qur'ani untuk memperkuat karakter bangsa dan menjaga persatuan dalam kebhinekaan. KH. AM. Mustain Nasoha dari LPBH NU Jawa Tengah memberikan masukan agar Kitab Fadhoilul Qur'an relevan dengan konteks kekinian, menekankan bahwa pemahaman Al-Qur'an harus merambah aspek sosial, moral, dan kemasyarakatan. Beliau mengutip Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam al-Itqan fi Ulum al-Quran, yang menyarankan bahwa pengajaran Al-Qur'an perlu merespons perkembangan zaman untuk mencakup isu sosial dan kemanusiaan kontemporer.
Selain itu, KH. Mustain mengutip Imam Fakhruddin al-Razi di Kitab Mafatih al-Ghayb yang menggarisbawahi pendekatan multidisipliner dalam memahami Al-Qur'an untuk menyelesaikan persoalan masyarakat. Sebagai penutup, KH. Mustain menekankan agar Fadhoilul Qur'an dapat menjadi pedoman moral bagi santri, sesuai pandangan al-Qurtubi bahwa Al-Qur'an adalah sumber akhlak sebagaimana kata Imam al-Qurtubi di Kitab Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an sehingga mereka dapat berkontribusi positif bagi masyarakat.
Sedianya aka nada pembanding ke 2, akan tetapi karena KH. Moh. Zainal Abidin ada halangan maka beliau tidak bisa hadir. Setelah Acara diadakan Mudarosah Qiroah Sab'ah yang dipimpin langsung oleh KH. AM. Mustain Nasoha.
Serangkaian kegiatan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, pengasuh pondok pesantren, perwakilan organisasi masyarakat, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, dan masyarakat umum. Diskusi interaktif antara peserta dan pembicara menambah semangat dan nilai edukatif dari peringatan Hari Santri Nasional ini, yang dirayakan dengan penuh khidmat dan kebersamaan. Melalui kegiatan yang penuh nilai ini, JQH NU Surakarta berharap dapat menginspirasi para generasi muda, khususnya para santri, untuk terus mendalami ilmu Al-Qur'an dan menjaga nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
Peringatan Hari Santri Nasional ini diharapkan menjadi momentum bagi para santri untuk semakin menghayati peran mereka dalam berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa. Di tengah tantangan globalisasi, semangat santri untuk mengamalkan ajaran Al-Qur'an menjadi penting sebagai pilar moral yang kokoh dalam menghadapi perubahan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H