Mohon tunggu...
Adi Setiawan
Adi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Ilmiah

Menyalurkan Karya Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Strategi Jitu Mencetak Generasi Religius dan Nasionalis Ala Puskohis dan Mabes TNI

13 Agustus 2024   20:35 Diperbarui: 13 Agustus 2024   20:39 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Pemaparan strategi mewujudkan generasi religius&nasionalis; Dok Penulis) 

PUSKOHIS, 11/8/2024 Direktur Pusat Studi Konstitusi dan Hukum Islam (PUSKOHIS) Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta Ahmad Muhamad Mustain Nasoha S.H. ,M.H. ,M.A. yang akrab dipanggil Gus Mustain, didaulat oleh Markas Besar TNI untuk menjadi Ahli Hukum, kedepan akan banyak kegiatan yang akan diikuti Direktur Puskohis serta jajaran Pengurus Puskohis Bersama Markas Besar TNI, Adapun kegiatan pertama adalah Gus Mustain Nasoha mendapatkan amanah menjadi pembicara dalam Seminar Nasional yang bertajuk Membangun Wawasan Kebangsaan NKRI Mewujudkan Generasi Religius & Nasionalis yang diadakan Mabes TNI bekerja sama dengan Majelis Mujahidin Indonesia.

Selain Gus Mustain Nasoha yang ditunjuk sebagai pembicara utama dalam Seminar yang diadakan di Hotel Solo Grand City ini, acara ini juga menghadirkan pembicara utama lain perwakilan dari Markas Besar TNI Letnan Kolonel Amiruddin, S.Ag., M.Si dan Pimpinan Pusat Mejelis Mujahidin Indonesia M. Shobbarin Syakur, B.Sc.


Dalam paparannya, Gus Mustain Nasoha ini mengatakan bahwa "Saya sebagai Ahli Hukum yang ditunjuk oleh Mabes TNI berpendapat bahwa NKRI adalah harga mati, penyebutan nama NKRI tanpa mencantumkan kalimat Islam atau Negara Syariah tidaklah bertentangan dengan tujuan bernegara yang diinginkan Nabi Muhammad SAW, Sebagaimana telah disebutkan didalam banyak referensi Kitab Tarikh seperti Kitab Al-Bidayah wa al-Nihayah karya Imam Ibnu Katsir, Mu'jamul Udaba' karya Imam  Yaqut al-Hamawi, Kitab Tarikh al-Umam wa al-Muluk karya Imam Abi Ja'far Muhammad Ibn Jarir At Tabari dan lain sebagainya, yang mana saat itu Nabi Muhammad kurang setuju Ketika para sahabat mengusulkan perubahan nama Kota Yasrib menjadi Negara Syariat Madinah, atau Negara Islam Madinah. Cukup dengan nama negara Madinah saja. Yaitu Negara yang menjunjung tinggi Keadilan, Tegaknya HAM dan Demokrasi."


" Kemudian Pancasila adalah dasar negara yang final dan mengikat serta telah menjadi Konsensus Bersama para Ulama Nusantara, pada tahun 1984 terjadi diskusi Panjang se  Nusantara di Jawa Timur, hampir saja Deadlock tentang apakah Ideologi Pancasila itu benar, apakah Asas tunggal Pancasila itu tidak melanggar syariat, karena beberapa ulama berpendapat harusnya Ideologi Islam. Saat itu tampilah seorang Ulama nasionalis yaitu KH. Ahmad Siddiq Jember yang menyatakan bahwa kata beliau di Al Quran itu ada dua kata yaitu Agama dan Asas ( Ideologi ), kalau Agama harus Islam ( Surat Ali Imran Ayat 19 ) sedangkan asas disebutkan beberapa kali yang intinya adalah penamaan asas itu tidak ditentukan, asalkan asas ini mengajak kepada ketaqwaan maka sudah tepat menurut syariah Islam ( Surat At Taubah ayat 108 dan 109 )." Kata Dosen Pancasila yang juga menjadi Pengurus Bidang Konsultasi Hukum, LPBH PWNU Jawa Tengah ini.


"Tentang Cinta Tanah Air dan Nasionalisme, itu merupakan hal wajib bagi setiap orang beriman kepada Allah, ratusan argumentasi bisa kita dapatkan baik dalam Tafsir maupun Hadist. Antara lain surat Al-Qashash ayat 85 yang Artinya: "Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali." (QS. Al Qashash: 85). Para mufassir dalam menafsirkan kata "" terbagi menjadi beberapa pendapat. Ada yang menafsirkan kata "" dengan Makkah, akhirat, kematian, dan hari kiamat. 

Namun menurut Imam Fakhr Al-Din Al-Razi dalam tafsirnya Mafatih Al-Ghaib, mengatakan bahwa pendapat yang lebih mendekati yaitu pendapat yang menafsirkan dengan Makkah. Syekh Ismail Haqqi Al-Hanafi Al-Khalwathi (wafat 1127 H) dalam tafsirnya Ruhul Bayan mengatakan: Artinya: "Di dalam tafsirnya ayat (QS. Al-Qashash:85) terdapat suatu petunjuk atau isyarat bahwa "cinta tanah air sebagian dari iman". Rasulullah SAW (dalam perjalanan hijrahnya menuju Madinah) banyak sekali menyebut kata; "tanah air, tanah air", kemudian Allah SWT mewujudkan permohonannya (dengan kembali ke Makkah)..... Sahabat Umar RA berkata; "Jika bukan karena cinta tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek (gersang), maka sebab cinta tanah air lah, dibangunlah negeri-negeri". 

Begitu juga surat An-Nisa' ayat 66. Menurut Syekh Wahbah Al-Zuhaily dalam tafsirnya al-Munir fil Aqidah wal Syari'ah wal Manhaj menyebutkan "Di dalam firman-Nya ( ) terdapat isyarat akan cinta tanah air dan ketergantungan orang dengannya, dan Allah menjadikan keluar dari kampung halaman sebanding dengan bunuh diri, dan sulitnya hijrah dari tanah air."

Kemudian Strategi untuk membentuk generasi masa depan yang religius dan Nasionalis menurut Gus Mustain Nasoha ada 4:
1. Integrasi Nilai dalam Kurikulum : Mengacu pada model Finlandia dan pemikiran Ki Hajar Dewantara, nilai religiusitas dan nasionalisme harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan. Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah [2]:208, "Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan," strategi ini menekankan pentingnya pengajaran holistik untuk membentuk identitas siswa yang kuat.
2. Program Ekstrakurikuler Tematik : " Saya mencontoh Jepang dan prinsip John Dewey, program ekstrakurikuler yang berfokus pada keagamaan dan nasionalisme, seperti kemah kebangsaan, memperdalam karakter siswa. QS. An-Nahl [16]:90, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan," menginspirasi pengembangan karakter melalui kegiatan praktis.
3. Peran Keluarga dan Komunitas " Saya Terinspirasi dari model Skandinavia dan pandangan Emile Durkheim, peran keluarga dan komunitas diperkuat untuk menginternalisasi nilai religius dan nasionalis. QS. Luqman [31]:17, "Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan salat dan bersabarlah," menekankan pentingnya pendidikan nilai dalam lingkungan keluarga."
4. Keteladanan Pemimpin : " Saya tertarik untuk mengikuti pendekatan Amerika dan teladan Bung Karno, pemimpin dan tokoh masyarakat dijadikan model yang menginspirasi generasi muda. QS. Al-Ahzab [33]:21, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu," menjadi landasan pentingnya keteladanan dalam membangun karakter bangsa."
"4 strategi jitu dari saya ini insyaallah akan mampu membentuk generasi yang religius dan nasionalis dengan mengacu pada praktik terbaik dari negara maju, tokoh-tokoh terkemuka, serta landasan nilai yang diajarkan dalam Al-Qur'an." Pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun