Mohon tunggu...
Adi Setiawan
Adi Setiawan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Era Baru di Perekonomian Global

26 April 2023   08:46 Diperbarui: 26 April 2023   09:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perekonomian global memasuki era baru. Era rezim suku bunga tinggi dan kelangkaan modal. Likuiditas global menurun, investor menyesuaikan kepemilikan asetnya (rebalancing portofolio chanel), mengalihkannya ke aset keuangan AS. 

Majalah ekonomi terkemuka yang berbasis di Inggris, The Economist, edisi 10—16 Desember 2022, menurunkan tulisan berjudul “The New Rules”. Tulisan tersebut dimulai dengan kalimat provokatif “welcome to the end of cheap money.” Likuiditas perbankan Emerging Market Economies (EMEs) menyusut. Likuiditas perbankan Indonesia tertinggi pada Januari 2022, sekitar Rp1.021,181 triliun menjadi Rp575,242 triliun pada September 2022.

Suku bunga acuan The Fed, Federal Fund Rate (FFR) naik agresif karena tingginya inflasi AS. FFR naik dari 0,25%—0,50% pada Januari 2022 menjadi 4,25%—4,50% pada 14 Desember 2022. Tingkat inflasi AS dan Zona Euro (ZE) masih tinggi. Hal ini memberikan sinyal bahwa bank sentral AS, The Fed dan European Central Bank (ECB) akan menaikkan suku bunga hingga inflasi mendekati 2%, sesuai target kedua bank sentral. The Fed diperkirakan menaikkan FFR menjadi 4,75%—5,0% awal 2023. Sementara suku bunga ECB naik dari 0,5% pada Juli 2022 menjadi 2,5% pada 14 Desember 2022. Suku bunga ECB diperkirakan naik menjadi 3% awal tahun 2023.

Tekanan Resesi

Perekonomian global memasuki resesi akibat pandemi Covid-19 tahun 2020. Resesi dimulai pada kuartal kedua. Pertumbuhan ekonomi tiga perekonomian terbesar dunia, AS, China, dan ZE negatif selama dua kuartal berturut-turut. Negara maju dan EMEs secara bersamaan mengambil kebijakan kontra siklus pada masa pandemi Covid-19. Kebijakan suku bunga rendah, stimulus fiskal sangat besar, lebih dari US$4 triliun, setara 20% GDP global tahun 2020.

Perekonomian global segera keluar dari resesi pada kuartal ketiga 2020. Setelahnya inflasi naik sangat ekstrem di negara maju. Inflasi AS mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun terakhir, 9,1% Juni 2022 dan ZE 10,6% Oktober 2022. Inflasi AS bersifat persisten. Pemicunya, gangguan rantai pasok akibat pandemi Covid-19, pergeseran konsumsi dari jasa ke barang, kebijakan moneter longgar, stimulus fiskal, shortage pasar tenaga kerja, tekanan harga makanan dan energi akibat perang Ukraina.

Inflasi tinggi membuat kebijakan moneter dan fiskal berubah dari longgar menjadi ketat. The Fed dan ECB menaikkan suku bunga acuan dengan sangat agresif. Setiap negara bersamaan mengurangi stimulus fiskal secara drastis. Kebijakan moneter dan fiskal ketat menjadi ancaman baru perekonomian global. Secara teknis, perekonomian AS kembali memasuki resesi pada kuartal kedua 2022. Pertumbuhan ekonomi AS dua kuartal awal, tahun 2022, secara berturut-turut negatif 1,6% dan 0,6%.

Perekonomian ZE diperkirakan memasuki resesi pada kuartal pertama 2023. Pertumbuhan ekonomi ZE positif 0,8% kuartal kedua, menjadi 0,3% kuartal ketiga, dan diperkirakan negatif 0,4% kuartal keempat 2022.

Resesi adalah pertumbuhan negatif Gross Domestic Product (GDP) selama dua kuartal berturut-turut. Sejarah resesi global dimulai dari pertumbuhan negatif tiga perekonomian utama dunia, AS berkontribusi 25%, China 18%, dan ZE 13% terhadap GDP global.Turbulensi ekonomi global berkurang, tekanan resesi menurun pada kuartal ketiga 2022. Pertumbuhan ekonomi AS dan China negatif pada kuartal kedua, kemudian positif pada kuartal ketiga 2022. Namun, ZE diperkirakan tumbuh negatif pada kuartal keempat 2022.

Era Baru

Kekurangan likuiditas, inflasi dan suku bunga tinggi menjadi tantangan baru perekonomian global ke depan. Korporasi dan individu berinvestasi dalam rezim suku bunga tinggi dan kelangkaan modal (The Economist).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun