Dalam tradisi budaya Sunda pada abad ke 16 naskah yang berjudul Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Mengedepankan pesan moral bahwa tidak ada kekuasaan yang abadi kecuali Yang Maha Kuasa. Keruntuhan para Resi terjadi akibat kutukan dari Yang Maha Kuasa.
Kisah Populer yang berasal dari Cirebon dan kisah ini tersebar hingga penjuru Nusantara dengan beragam macam judul dan sebutan yang berbeda, di Pulau Jawa khususnya Jawa Barat pada zaman Panembahan Ratu, cicit Sunan Gunung Jati. Pagelaran Wayang yang dikenal dengan 'Wayang Menak Priangan". Dalam Lakon jenis wayang ini mengisahkan keistimewaan tokoh Amir Hamzah sebagai pesan moral keagungan moral Pemimpin.
Para "strukturalism" menjadikan ini sebagai sebuah refleksi tentang pembangunan peradaban dari pergeseran cara pandang yang bersifat informatif baik kalangan ulama di abad 17 hingga intelektual kaum feodal seperti snouck Hurgronje.
Transformasi Sosial masyarakat Jawa menjadi lebih terstruktur dan masif dalam perjalanan waktu semakin tinggi menalar pesan Moral Budaya.
Dalam tradisi Jawa ada tradisi "Macapat" yang di Jawa Barat terkenal dengan Tradisi "Beluk" tentang pembacaan naskah Wawacan pada masyarakat Sunda.
Wawacan menjadi Pola didik tradisi untuk mengenal tentang kebijaksanaan dan kearifan menjadi Pemimpin, yang mengusung pendidikan dalam tiap-tiap lakon.
Semisal tentang wawacan Lokayanti yang menjadi ciri khas dari karakteristik yang dimiliki oleh tokoh Amir Hamzah.
Alkisah, seorang Raja Arab bernama Sultan Amir Hamzah, mempunyai seorang anak yang diberi nama Raden Repatmaja (Iman Suwangsa), mempunyai paras tampan dan baik budinya, hasil buah perkawinannya dengan istrinya bernama siti munigar, selain itu, tersebut seorang raja kafir di negeri Dulangemas, bernama Lokayanti, yang terkenal pula kesaktiannya. Ia dikaruniai seorang putri cantik yang diberi nama putri Hadamningrat. Pada suatu waktu Lokayanti memanggil putrinya, untuk membicarakan tentang perjodohannya dengan Raden Nirman putra seorang raja bernama Nursewan dari negeri Madayin. Ketika itu, Putri Hadamningrat menyetujui permintaan ayahandanya.Â
Setelah mendapat persetujuan dari putrinya, ia mengutus Patih Lokantara untuk mengantarkan Hamningrat ke negeri Madayin. Sultan Amir Hamzah mendengar kabar, tentang perkawinan Raden Nirman dengan putri Hadamningrat. Kabar itu, membuat Sultan Amir Hamzah segera menyuruh Raden Repatmaja pergi ke Negeri Madayin untuk memberikan tanda mata kepada Raja Nursewan. (Wawacan Lokayanti, Sumber Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Jawa Barat)
Kisah menghasilkan Kasih yang merepresentasikan sikap kewibawaan dan perhatian seorang pemimpin dalam lakon wayang, dalam kaidah bahasa Arab ini menjadi "uswah" atau yang kita sebut sebagai "Contoh atau teladan" bagi masyarakat dalam mengenal dan mempelajari sifat dan sikap kepemimpinan yang bijaksana. yang juga secara tidak langsung menjadi Sinergitas Budaya Nusantara dan Arab.