Parokialisme seringkali diidentifikasi sebagai suatu sifat dan sikap perilaku picik dan dimaknai berpikiran sempit. Â Terbentuknya pola paham parokial akibat pandangan yang hanya berdasarkan persepsi pribadi tanpa adanya suatu bentuk kesadaran bahwa setiap orang juga dapat memiliki metodologi dan cara pandang untuk menilai dan melaksanakan kinerja. Sikap Narsistik dalam pemahaman dan cenderung melahirkan pola eksklusivitas bahwa tentang apa yang dipikirkan dan dilaksanakan oleh penderita dan penganut parokialisme adalah selalu benar.
Sinkronisasi antara Parokialisme akan nampak pada perspektif egosentrism yang tidak dapat menalar secara obyektif suatu sumber informasi yang bersumber dari banyak paradigma (multi paradigma)
Budaya Parokialisme pada suatu sistem kepercayaan cenderung akan melahirkan dan menghasilkan fanatisme dan cenderung menolak sikap Egaliter yang mengedepankan persamaan derajat bahwa kesetaraan sosial manusia sama dalam moralitas dan nilai dasar sebagai manusia.
Parokialisme dapat menjadi suatu Kegagalan membangun misi kesetaraan perimbangan kebijaksanaan nalar dalam kemajemukan, dalam kontekstualitas dapat dibedakan dengan sebuah Sikap Polisentris yang lebih cenderung melakukan praktikum kerja yang baik berdasarkan multi literasi.
Dampak sikap Parokialisme terhadap kebijakan seperti halnya analogi "Urban Sprawl" dalam lingkup pengetahuan tentang  perkembangan penduduk pada tata ruang kota, bahwa Parokialisme menjadi simbol karakter yang menjadikan kota satu dengan kota lainnya berbeda dan cenderung akan mempengaruhi tingkat perkembangan yang tidak terkendali pada penduduk, sehingga terjadi suatu perpindahan dan pergeseran ke kota terdekat atau bisa juga kearah pinggiran kota. Pada peristiwa ini penumpukan konflik dan kemacetan menjadi suatu akibat dikarenakan menjadi pola tuju sasaran dari segala tepi penjuru arah.
Budaya Parokial akan bersentuhan dengan Polikonflik yang biasanya tidak memiliki penyelesaian yang mudah, ini akan menjadikan ketegangan Polisentris dan kesenjangan sosial terhadap kondisi dan situasi perbedaan yang muncul dengan beragam pandangan dan gagasan.
Peng-klasterisasi Budaya Parokial, Budaya Subyek, Budaya Partisipan dalam klasifikasi Budaya Politik hanyalah suatu teoritis yang di teoritis kan oleh Almon & Verba, namun mereka tidak mengemukakan bahwa ada suatu klasifikasi kombinasi kecerdasan, kemajuan dan ketidak pedulian dalam satu paket individu atau pada kelompok tertentu. dikarenakan "Behavioral system" menjadikan Asimilasi 3 Budaya Politik saling mengikis dan saling menghancurkan hingga membentuk satu Budaya baru (AG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H