Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Radikalisasi Pemikiran George Orwell dan Antonio Gramci

24 Januari 2023   04:27 Diperbarui: 24 Januari 2023   04:29 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hanya ada empat cara di mana kelompok penguasa bisa jatuh dari kekuasaan. Entah itu ditaklukkan dari luar, atau memerintah dengan sangat tidak efisien massa diaduk untuk memberontak, atau memungkinkan munculnya kekuatan Kelompok Tengah yang tidak puas atau kehilangan kepercayaan dirinya sendiri dan kesediaan untuk memerintah".

"Sebuah kelas penguasa yang dapat melindungi mereka semua akan tetap berkuasa secara permanen. Pada akhirnya faktor penentu adalahsikap mental kelas penguasa itu sendiri" (George Orwell, 1983: 170).

Kejenuhan menjadi ladang ketidak puasan untuk melakukan pergantian antar waktu tidak membosankan, memenuhi hasrat atas kejenuhan tidaklah mudah, khususnya yang berkaitan dengan kekuasaan yang memiliki ranah sensitifitas yang sangat tinggi.

Pada pandangan George Orwell kita dapat memetik banyak hal dari 4 persoalan, tentang invasi dan infiltrasi, adanya provokasi massa untuk membangkang dan berontak, munculnya kelompok baru yang menjadi kekuatan baru akibat ketidak puasan kehilangan kepercayaan dan mental kepemimpinan.

Refleksi tentang jatuhnya Penguasa dari kekuasaan merupakan hal yang bisa saja terjadi, apalagi ini merupakan gambaran pada persoalan politik yang pernah terjadi di beberapa negara dunia, termasuk di Indonesia.

Proses penaklukan dengan beragam pola dan strategi mulai dengan intrik politik dan hukum hingga pengerahan massa dan militer untuk melakukan proses pergantian rezim.

Carut marutnya System Political Order dalam Lembaga-lembaga negara yang memiliki kecenderungan terlibat dalam kasus korupsi dan pencucian uang, dapat menjadi perantara mosi tidak percaya kepada jalannya Roda Politik pada Sistem Pemerintah dan Pemerintahan.

Transformasional system dalam pranata hukum yang menyesuaikan dengan kondisi dan situasi politik, yang melibatkan birokrat menjadi pemimpin daerah dalam proses pemilihan secara langsung tanpa melalui sistem kendali demokrasi, penunjukan langsung dari pejabat untuk menjabat. Terkikisnya nilai demokrasi menjadi salah satu sumberdaya pemantik konflik secara alamiah.

Sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar utama bagi tersulutnya konflik diranah bawah, secara merata pada seluruh wilayah sebagai revolutionary practice, karena ada tersisip sesuatu kejanggalan dan anggapan ketidak Adilan yang tidak dapat dihindari, semisalnya sengketa pemilihan umum secara serentak yang antri dalam proses penyelesaian.

Bahasan populer George Orwell tentang pria  “Kami mengendalikan kehidupan, Winston, di semua tingkatannya. Anda membayangkan ada sesuatu yang disebut sifat manusia yang akan marah dengan apa yang kita lakukan dan akan berbalik melawan kita. Tapi kita menciptakan sifat manusia. Laki-laki sangat mudah ditempa." Menjadi Quotes yang populer di tahun 1984.

Apabila di-koherensi-kan cara pandang George Orwell dengan pandangan Antonio Gramci yang menyatakan bahwa "sebuah ide hanya akan menemukan momentum transformatif jika telah menjadi ideologi" maka ideologi akan menjadi parameter bagi para Transformer untuk dapat membangun kekuatan sosial dalam beragam ide, seperti ide pergerakan, ide perlawanan atau apapun yang dapat menyebabkan pemberontakan.

Menurut pandangan Gramci Hanya kaum intelektual organiklah yang terlegitimasi secara fungsional, tentunya berangkat dari kalangan kaum intelektual muda yang terdidik dan solid. Seperti pergejolakan revolusi pemuda yang terjadi di Cina sebelum menjadi Republik Tiongkok oleh Mao Zedong dkk dan ide tersebut berhasil menumbangkan Dinasti Kerajaan hingga saat ini cina gagah menjadi Negara Adi Daya.

Menariknya jika kolaborasi cara pandang Gramsci dan  George Orwell bahwa manusia tidak semua dapat menjadi intelektual organik karena tidak semua orang memiliki fungsi intelektual di dalam masyarakat, seseorang dengan kemampuan intelektual yang memproduksi ilmu pengetahuanlah yang akan melahirkan kekuatan untuk membangun tatanan sosial sehingga dapat digunakan sebagai basis perlawanan kepada penguasa yang tiran, untuk bisa jatuh dari kekuasaannya. Cukup dengan membentuk frame work operasional untuk menempa dan menciptakan sifat kemarahan bagi seseorang  yang mudah untuk diprovokasi agar dapat berbalik melawan.

Tulisan ini hanya penalaran pengetahuan tentang pandangan teori perubahan sosial

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun