Demokrasi Analogi yang sarat Rasis dan cenderung Diskriminasi terhadap ras dan profesi, dianggap layak untuk digunakan oleh komunitas akal sempit kepada para pengikutnya, yang terus berusaha menambal persoalan yang kini ditangkap publik sebagai ujaran kebencian terhadap ras dan profesi.
Para gerombolan menterjemahkan dengan segala cara agar tidak menjadi sarapan dan serapan publik, setelah menyambut rasa kepercayaan diri dalam skema penyusunan personil penyelenggara, kuota rasio yang duduk dengan bekal omnibus dan lajur buzz, linieritas yang ditujukan untuk memecah dan membelah potensi bibit kekuasaan sebelum kontestasi.
Dengan memaksakan gerombolan menerima "Garpu" untuk makan bakso dalam hiasan kue tanpa "Garnis" dalam doktrin Mulok (Muatan Lokal) meskipun kelemahanan garpu disadari tidak akan mampu secara optimal meraih seluruh isi elemen dan kuah pada semangkuk bakso untuk dinikmati.
Dalam Ilmu Pengetahuan Alam kita mengetahui bahwa Dikotil dan Monokotil akan menumbuhkan Batang dan melahirkan bibit biji-bijian,
Para Cheff mengetahui bahwa kombinasi didalam semangkuk bakso penyedap rasa untuk kuah hanya sekedarnya, mie dan bakso menjadi dominan menempati volume mangkuk, karena volume kuah kan menyesuaikan quantity ruang dalam setelah tauge dan kol beserta bihun ikut tercampur didalamnya, pada tarikan jangka panjang pasca iedul adha manusia muslim berqurban menyajikan daging berlebihan akan memberikan efek over protein dan efek jenuh, karena tidak tersedia obat penurun tensi, sehingga akan mempengaruhi kinerja jantung.
selain otak, ternyata jantung memiliki bahasa dan logikanya tersendiri, asupan obat yang salah akan mengakibatkan rasa nasi kebuli dan bakso tidak menjadi selera yang diburu sebagai sesuatu yang primer menikmati daging pasca iedul adha, bisa dikatakan proses ejakulasi dini tanpa hasil.
Lutut Lagi Lutut Lagi Kapan pakai Kepalanya dalam bahasa iklan, membuat seonggok tulang terbang tanpa sayap meskipun minim dalam kemampuan menerjemahkan dan meninggalkan persoalan drama kuota Ka'bah berjalan dengan lutut tanpa kepala.
Komisi telekomunikasi dalam sandi barcode menambah proses pemerasan pajak tanpa disadari yang dinikmati gerombolan yang sibuk menyiasati taman bunga kasbon, yang roboh dalam ekspektasi dan kalkulasi ibu-ibu dan kakek-kakek dipusara danau Toba yang menanti terkebiri keharusan menyisakan bakso berisi daging dalam dunia digital metaverse dan utang belulang.
Analogi dalam Narasi Drama Kepagian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H