Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sajian Kuliner dalam Politik : Selera dan Cita Rasa Politik

6 Januari 2023   23:37 Diperbarui: 7 Januari 2023   04:10 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apalagi sajian Kuliner setelah Sate, Bakso dan Nasi Goreng yang pernah menjadi rebusan dan gorengan secara politik. Sebagai suatu simbolis yang merepresentasikan sebuah praktek komunikasi politik untuk pereratan dan perikatan dengan simbol sarat makna. 

Identitas Kuliner kini bukan hanya menjadi simbol bagi hasil masakan berupa santapan seperti pada umumnya, melainkan meluas menjadi simbol dalam bahasa Politik. 

Tidak menutup kemungkinan kelak Gado-gado akan menjadi kuliner politik selanjutnya untuk mengapresiasikan suatu aliansi Politik dalam merebut kekuasaan yang dianggap menghasilkan warna-warni dukungan politik.

Sebuah progres yang identik dengan Makan memakan dalam kondisi dan situasi politik menjadi keunikan tersendiri dalam cita rasa dan selera politik dalam negeri. 

Tentang Siapa yang menjadi koki dalam simbol politik, Pengantar dan Penyaji makanan merupakan bias-bias dalam kode dan mode trendi dalam politik jaman jahiliyah, lhoo kok...!!! karena kurangnya memahami bahasa akademis secara komunikasi politik sehingga kuliner menjadi target dan sasaran pendekatan untuk saling santap menyantap dalam proses makan memakan dengan teman semeja makan.

Namun pada perspektif berbeda, apabila dinalar secara psikologis politik, penggunaan Kuliner dalam Komunikasi Politik dapat menjadi indikator kuat sebagai simbol makna kelaparan dan kerakusan para tokoh untuk menikmati setiap makanan yang tersaji saat itu, tata cara dan pemilihan menu menjadi kode-kode politik yang terkesan jadul dan terbelakang.

Kemudian, Untuk dapat menikmati sajian cita rasa kuliner politik bukanlah hal yang mudah, harus membutuhkan  koki yang handal yang mampu mengolah bahan, seperti menggoreng untuk mendapatkan rasa enak meskipun belum tentu terasa enak, dapat dimaklumi keenakan hanya sebagai nilai secara politis di meja makan.

Cara penyajian yang khas pada Kuliner Politik adalah dengan menyediakan Media Massa, agar kebersamaan dalam menikmati hasil masakan dapat dipublis dan mendapatkan respon dan nilai politis yang dituju bagi target dan sasaran, meskipun itu tidaklah begitu efektif.

Apakah Anda minat menikmati sajian kuliner politik ? Mungkin Anda dapat menghubungi para petinggi partai untuk dapat memasak melayani anda sebagai rakyat bukan hanya melayani tokoh politik semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun