Mohon tunggu...
Adi Purnama
Adi Purnama Mohon Tunggu... Guru - Tentor Bahasa Jerman

Senang berpetualang mencari ilmu baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendengar Sebelum Berbicara

28 Agustus 2024   13:50 Diperbarui: 28 Agustus 2024   14:14 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam dunia komunikasi, banyak yang memahami bahwa kemampuan berbicara adalah seni. Namun, yang sering terabaikan adalah kenyataan bahwa mendengarkan juga merupakan seni yang sama pentingnya. Banyak orang ingin berbicara, mengutarakan pendapatnya dan didengar oleh orang lain. Namun, hanya sedikit yang benar-benar mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Inilah yang membuat komunikasi kadang menjadi tidak efektif dan bahkan menimbulkan kesalahpahaman.

Berbicara memang merupakan salah satu keterampilan yang sangat dihargai dalam banyak aspek kehidupan. Dalam pekerjaan, di lingkungan sosial atau bahkan dalam keluarga, kemampuan berbicara dengan baik dapat membuka banyak peluang dan membangun hubungan yang kuat. Namun, apa artinya berbicara jika tidak ada yang mendengarkan? Lebih dari itu, apa artinya jika kita hanya ingin didengar tanpa memberikan ruang bagi orang lain untuk berbicara?

Mendengarkan adalah sebuah proses yang jauh lebih kompleks. Mendengarkan bukan hanya tentang mendengar kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicara, tetapi juga tentang memahami makna di balik kata-kata tersebut, memperhatikan emosi dan memberikan tanggapan yang sesuai. Mendengarkan dengan baik membutuhkan perhatian, kesabaran dan empati. Dalam banyak kasus, mendengarkan dengan baik dapat mengubah arah percakapan dan menciptakan koneksi yang lebih dalam antara dua orang.

Adakalanya, kita lebih fokus pada apa yang ingin kita sampaikan daripada mendengarkan apa yang sedang dikatakan oleh orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keinginan untuk terlihat pintar, keinginan untuk memenangkan argumen atau sekadar kebiasaan buruk dalam komunikasi. Namun, ketika kita hanya ingin berbicara tanpa mau mendengarkan, kita kehilangan kesempatan untuk belajar dari orang lain, untuk memahami perspektif yang berbeda dan untuk memperkaya wawasan kita sendiri.

Dalam komunikasi yang efektif, mendengarkan sama pentingnya dengan berbicara. Bayangkan sebuah percakapan dimana kedua belah pihak saling mendengarkan dengan penuh perhatian, memperhatikan kata-kata dan perasaan yang diungkapkan, serta memberikan tanggapan yang tepat. Percakapan semacam ini akan lebih produktif, lebih menyenangkan dan lebih bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Sebaliknya, jika salah satu pihak hanya ingin berbicara tanpa mau mendengarkan, maka percakapan tersebut akan menjadi tidak seimbang dan mungkin bahkan menimbulkan frustasi bagi pihak lain.

Menjadi pendengar yang baik bukanlah hal yang mudah. Tentu saja memerlukan latihan dan kesadaran diri. Salah satu langkah pertama untuk menjadi pendengar yang baik adalah dengan memberikan perhatian penuh pada lawan bicara. Artinya, mengesampingkan pikiran kita sendiri untuk sementara waktu dan fokus sepenuhnya pada apa yang sedang dikatakan. Jangan tergoda untuk memikirkan apa yang akan kita katakan selanjutnya, tetapi cobalah untuk benar-benar memahami apa yang sedang diucapkan oleh orang lain.

Empati juga memainkan peran penting dalam mendengarkan. Dengan mencoba memahami perasaan dan perspektif orang lain, kita dapat merespons dengan cara yang lebih baik dan lebih relevan. Hal tersebut tidak hanya akan membuat lawan bicara merasa didengar dan dihargai, tetapi juga akan memperkuat hubungan kita dengan mereka. Dalam berbagai situasi, mendengarkan bisa lebih efektif daripada berbicara. Misalnya, dalam situasi konflik, seringkali lebih baik untuk mendengarkan terlebih dahulu daripada langsung mencoba membela diri atau menyerang balik. Dengan mendengarkan, kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang situasi dan menemukan cara yang lebih konstruktif untuk menyelesaikan masalah.

Kita juga harus menyadari bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan atau keberanian untuk berbicara dengan lantang. Dalam banyak kelompok atau komunitas, ada orang-orang yang mungkin memiliki pandangan atau ide yang berharga tetapi merasa tidak nyaman untuk menyuarakannya. Sebagai pendengar yang baik, tugas kita adalah menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, di mana setiap orang merasa bahwa suara mereka dihargai dan didengar.

Seni mendengarkan adalah tentang keseimbangan. Komunikasi yang baik adalah tentang memberikan dan menerima. Kita semua ingin didengar, tetapi kita juga harus mau mendengarkan. Seorang pembicara yang baik adalah seorang pendengar yang baik. Dengan melatih kemampuan mendengarkan kita, kita tidak hanya akan menjadi komunikator yang lebih baik, tetapi juga akan memperkaya hubungan kita dengan orang lain dan menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa dihargai. 

Mendengarkan adalah kunci untuk memahami. Hal ini adalah dasar dari semua komunikasi yang efektif dan saling menghormati. Jadi, mari kita berlatih untuk tidak hanya menjadi pembicara yang baik, tetapi juga pendengar yang baik. Karena, komunikasi yang sejati bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun