Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), di Senayan, adalah stadion sepak bola kebanggaan Indonesia. Stadion sama bergengsinya dengan stadion-stadion kelas satu di negara lain. Di Asia Tenggara, mungkin bisa disamakan dengan Stadion Rajamangala di Bangkok, Thailand. Di Inggris, asal muasal permainan sepak bola, GBK setara nilai gengsinya dengan Stadion Wembley yang ternama. Di Brasil, ada juga lapangan ternama dan sangat dibanggakan, bernama Stadion Maracana. Di Madrid, Spanyol, ada Santiago Bernabeu.
Gengsi GBK setara dengan "persembahan" stadion itu terhadap sejarah sepak bola Indonesia. Di stadion GBK, tim Indonesia pernah menang 5-2 atas Korea Selatan, pada turnamen Anniversary Cup 1972. Ini catatan histori yang entah kapan bisa diulangi lagi, karena Korsel sudah sedemikian meroket menjauhi Indonesia. Di stadion ini pula puluhan klub pernah menuai sukses, baik sebagai juara Perserikatan tempo dulu, Galatama, maupun liga era sekarang, yang sebetulnya gabungan Perserikatan-Galatama, namun tidak matang sehingga tidak memadai dari sisi kualitas.
Namun, meski gengsi Stadion GBK sama dengan Maracana di Brasil, Wembley di Inggris, Santiago Bernabeu di Spanyol, hingga Rajamangala di Thailand, perlakuan kita jauh lebih buruk ketimbang perlakuan negara-negara lain itu. Bukti nyata adalah saat kampanye pemilu sekarang ini. Partai-partai politik peserta pemilu, yang setiap hari menggembar-gemborkan pembelaan mereka terhadap kepentingan rakyat, tidak menunjukkan kepedulian mereka terhadap Stadion GBK. Dengan semena-mena, mereka menginjak-injak rumput stadion kebanggaan kita. Jangan salahkan warga kebanyakan yang datang sebagai simpatisan. Mereka datang karena ada pemimpin parpol, ada tokoh yang menjanjikan perubahan dan segala macamnya itu.
Para tokoh itulah yang harus bertanggungjawab atas kerusakan rumput stadion GBK. Jika mereka peduli pada kemerosotan prestasi sepak bola, seharusnya, sekali lagi seharusnya, mereka tidak mengadakan rapat akbar di stadion utama GBK. Celakanya, tokoh-tokoh politik dari partai-partai ternama seperti Golkar, PDI-P, Partai Demokrat, Partai Gerindra, juga PKS, asyik saja berkampanye di stadion itu. (Maaf jika ada parpol yang kampanye di situ tapi belum disebutkan. Saya tidak punya daftar lengkapnya. Mohon rekan-rekan menambahkan jika punya daftar lebih lengkap, terima kasih).
Maaf, jika mereka benar-benar tokoh politik yang peduli kepada prestasi sepak bola nasional, yang secara tak langsung membuktikan betapa mereka peduli kepada sepak bola sebagai tontonan idola sebagian besar masyarakat kita, justru mereka harus menyerukan agar stadion GBK hanya digunakan untuk pertandingan sepak bola. Â Sekaligus, meminta kepada pengelola GBK agar menolak peruntukan stadion untuk kepentingan di luar sepak bola. Itu baru tokoh yang layak dipilih dalam pemilu...
Ini sekadar urun rembug saja. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Saya akhiri dengan ungkapan, "rambut sama hitam, isi kepala lain-lain." Jika ada yang kurang sepakat, kita bisa bersepakat untuk tidak sepakat. Salam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H