Dalam era modern yang semakin mengedepankan integritas dan keberlanjutan, bisnis berbasis syariah mendapatkan perhatian besar sebagai solusi yang tidak hanya menjanjikan keuntungan, tetapi juga keberkahan. Namun, agar dapat dikategorikan sebagai bisnis syariah, ada sejumlah prinsip dan ketentuan yang harus dipenuhi. Berikut ini adalah beberapa poin utama yang menjadi tolok ukur dalam bisnis syariah, tantangan yang dihadapi, serta solusi untuk mengatasinya.
1. Sertifikasi Syariah sebagai Jaminan Kepatuhan
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis syariah adalah mendapatkan sertifikasi syariah dari otoritas berwenang, seperti Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Sertifikasi ini menjadi bukti bahwa produk atau layanan yang ditawarkan telah melewati kajian mendalam oleh para ahli syariah. Contohnya, produk-produk dari Bank Syariah Indonesia (BSI) sudah terjamin bebas dari unsur riba dan gharar setelah mendapatkan sertifikasi dari DSN-MUI.
2. Menghindari Praktik Gharar
Dalam Islam, transaksi harus didasarkan pada kejelasan dan transparansi. Praktik gharar, yaitu ketidakpastian atau spekulasi berlebihan, sangat dilarang. Misalnya, kontrak yang tidak jelas dalam pembayaran klaim di sektor asuransi dapat menjadi contoh gharar. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan bahwa semua perjanjian jelas, adil, dan dipahami oleh kedua belah pihak.
3. Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di perusahaan sangat penting untuk memastikan semua aktivitas bisnis sesuai dengan prinsip syariah. DPS berfungsi sebagai pengawas sekaligus penasihat dalam hal produk, layanan, dan operasional perusahaan. Namun, tantangan utamanya adalah memastikan DPS berfungsi secara aktif dan tidak hanya bersifat simbolis.
4. Dokumentasi dan Implementasi Evaluasi Syariah
Hasil evaluasi syariah yang dilakukan oleh DPS harus terdokumentasi dengan baik. Dokumentasi ini diperlukan untuk menjaga transparansi dan mempermudah implementasi rekomendasi DPS dalam kegiatan operasional. Misalnya, audit syariah yang dilakukan Bank Syariah Mandiri setiap tahun menjadi dasar perbaikan berkelanjutan.
5. Menjaga Prinsip Keadilan dalam Hubungan Bisnis
Salah satu nilai utama dalam bisnis syariah adalah keadilan, baik terhadap karyawan maupun mitra kerja. Perusahaan harus memberikan upah yang layak, menghindari eksploitasi, dan menjaga transparansi dalam kontrak. Dengan begitu, hubungan bisnis tidak hanya menguntungkan secara material tetapi juga mencerminkan nilai-nilai etika Islam.