Mohon tunggu...
Adi Pras
Adi Pras Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Kalau nggak gini-gini aja, ya gitu-gitu aja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Beban Saya sebagai Warga Kampung Inggris Pare

15 Juli 2022   11:50 Diperbarui: 15 Juli 2022   11:57 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: parekampunginggris.co

Seperti yang kita tahu, di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Terdapat suatu tempat unik yang bernama Kampung Inggris Pare. Apa itu? Kampung Inggris Pare merupakan yang ramai dikunjungi anak-anak muda untuk les bahasa Inggris. Di Kampung Inggris Pare ini terdapat banyak lembaga kursus bahasa Inggris yang tersebar. Banyaknya lembaga kursus di Kampung Inggris Pare ini memberikan banyak pilihan bagi mereka yan ingin belajar di sini. Setiap lembga kursus memiliki fokus dan spesialisasi masing-masing. Mungkin kampung Inggris ini bisa dikatakan seperti supermarket yang memberikan banyak pilihan barang yang akan kita beli. Jika kita masuk supermarket saja bisa kalap membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Bisa saja di Kampung Inggris Pare ini juga demikian, ada beberapa orang yang awalnya datang dengan tujuan kursus, lalu dia tetap tinggal di sana dan menjadi tutor di Kampung Inggris Pare.

Saking dikenalnya tempat ini, Kampung Inggris Pare beberapa kali masuk dalam liputan berita televisi, kanal berita online, dan chanel Youtube. Di mana mereka menampilkan kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki oleh orang-orang di sini. Tidak hanya student dan tutor, tetapi juga pedagang-pedagang kaki lima digambarkan memiliki kemampuan speaking  yang mumpuni, harusnya mereka jualan cilok di Amerika atau di Inggris. Bagaimana jadinya jika seorang bapak-bapak memarkir gerobak cilok di depan Kampus Oxford sambil membunyikan "tet tot tet tot" nya yang khas itu, dan berdikusi memakai bahasa Inggris dengan Maudy Ayunda yang menikmati cilok dalam kantung plastik sambil membicarakan masa depan bangsa dan negara.

Nyatanya tidak "semua" orang di kampung Inggris Pare fasih berbahasa Inggris. Apakah mereka berpikir bahwa semua orang di sini adalah tutor atau pernah kursus bahasa Inggris? Beberapa pedagang yang bisa bahasa Inggris itu mungkin saja pernah kursus bahasa Inggris, sehingga mereka fasih. Kita tahu jika sebuah bahasa kita pelajari secara berkelanjutan, seperti anak kecil yang diajarkan berbicara, dan sering mendengarkan orang-orang berbicara, maka anak kecil tersebut akan belajar dengan sendirinya sehingga ia sudah mendapatkan suatu keterampilan komunikasi yang kita sebut sebagai "bahasa", dan orang-oran di sini memakai bahasa Jawa. Beberapa pemilik chanel youtube mencoba mengetes kemampuan bahasa Inggris dari pedagang-pedagang kaki lima di sini, dan hasilnya pun ada yang bisa berbahasa Inggris ada juga yang tidak. Yi iyalah, jika mereka semua fasih berbahasa Inggris, mungkin mereka akan menjadi tutor atau bahkan bekerja di luar negeri. Kita tahu dalam suatu wilayah bahkan kekecil kampung Inggris pun pasti bersifat heterogen, tidak bisa jika semua dipandang sama. Ditambah lagi Kampung Inggris Pare ini berada di provinsi Jawa Timur, saya rasa orang-orang di dini sini lebih fasih bilang "Jancuk" daripada "What's up bro, how are you today". Saya menilai saking kuatnya bahasa Jawa di sini orang-orang yang kursus di Kampung Inggris Pare ini selain bisa bahasa Inggris, juga bisa berbahasa Jawa tanpa mereka sadari. Skill bahasa Jawa ini diam-diam merasuk ke ruang linguistik di jiwa mereka.

Citra yang dibangun di Kampung Inggris Pare ini memang baik, akan tetapi saya merasa sedikit terbebani akan citra ini. Bagaimana tidak, saat saya pergi ke tempat lain dan saya bilang bahwa saya tinggal di Kampung Inggris Pare, seolah-olah saya sudah dianggap menguasai bahasa inggris lengkap dengan nilai TOEFL dan IELTS yang tinggi. Jika demikian mungkin saya sudah berada di perpustakaan kampus ternama di luar negeri hanya untuk berfoto dan menghabiskan waktu sepuluh menit hanya untuk memikirkan caption agar teman-teman saya terkesan. Sebenarnya kemampuan bahasa Inggris saya juga tidaklah terlalu buruk karena saya juga pernah menjalani program kursus pendek di Kampung Inggris Pare. Itu pun terpengaruhi oleh guru saya di SMA, saya ingat beliau saat itu berdiri di sudut depan kelas, melihat anak didiknya yang lebih banyak memiliki keinginan untuk tidur siang daripada membanggakan bangsa ini. Cara berbicara menasehati khas seorang guru, beliau berkata "kalian ini sekolah di Pare, jalan kaki 10 menit sudah sampai di Kampung Inggris. Jika kalian nanti kuliah dan tidak bisa bahasa Inggris, apa kalian tidak malu?" seketika perasaan malu saya mulai muncul, saya rasa perkataan guru saya tersebut ada benarnya. Dan saya pun termotivasi untuk mengambil program kursus yang hanya 10 pertemuan saja. Dan hasilnya pun saya rasa lumayan. Saya yang sedari SMP hingga SMA diajarkan tenses saja tidak paham, di sini saya sudah hafal rumus 16 tenses hanya dalam 3 pertemuan.

Akan tetapi saya merasa beban yang saya sangga ini memberikan saya motivasi untuk terus belajar bahasa Inggris, karena kita semua tahu kemampuan ini penting. Selain untuk menulis caption agar terkesan cerdas dan Aesthetetic, kemampuan bahasa Inggris ini mempermudah saya dalam membaca manual book elektronik, mencari referensi bacaan untuk kuliah saya, juga mengoperasikan komputer. Tidak akan rugi jika kita memiliki apapun keterampilan, karena sejatinya dengan memiliki beragam keterampilan, hidup kita juga akan lebih mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun