Sebagai seorang perantau di Jakarta yang selalu mudik ke kampung halaman di Jogjakarta sekali dalam sebulan, tentu saya sudah sangat akrab dengan bandara di Jakarta terutama Bandara Soekarno-Hatta. Sempat iseng mencatat jumlah penerbangan yang saya lakukan di 2015 dari dan ke Jakarta berjumlah 30 penerbangan. Rata-rata dalam sebulan lebih dari 2 penerbangan yang saya alami, dengan kebanyakan terjadi di Bandara Soekarno-Hatta.
Waktu tempuh dari yang awalnya 1 jam menjadi 3 jam
Dari kantor dan tempat tinggal saya di Sunter untuk menuju ke Bandara Soekarno-Hatta berjarak sekitar 30km, yang artinya dengan kecepatan tempuh normal kendaraan di tol 60km/jam, jarak tersebut dapat ditempuh dengan waktu 30 menit. Sayang sekali akses akan transportasi publik ke bandara dari Sunter cukup terbatas, pool Damri terdekat adalah Kemayoran atau Rawamangun, sehingga mau tidak mau harus ditempuh dengan kendaraan pribadi atau taxi.Â
Waktu tempuh 30 menit tadi ternyata hanya hitungan semu di atas kertas, karena kita semua tahu kemacetan tol Jakarta sangat tidak dapat diprediksi dan meningkat terus dari waktu ke waktu. Masa-masa awal saya di Jakarta sekitar tahun 2011, waktu tempuh ke bandara dari Sunter di Jumat sore hari dengan menggunakan taxi adalah 1 jam. Sehingga dengan jam pulang kantor jam 16.30 WIB dan flight langganan ke Jogja jam 19.00 WIB, saya cukup jalan dari kantor jam 17.00 WIB, sampai bandara jam 18.00 WIB, masih bisa check in dan menunggu dengan santai. Berangsur-angsur waktu tempuh ini bertambah terus, jika di 2014 saya pernah ketinggalan pesawat padahal sudah menyediakan spare waktu 2 jam, kemarin hari Kamis (24/3) sore, dengan spare waktu 3 jam akhirnya saya ketinggalan pesawat lagi.
Kemacetan justru terjadi di area dalam bandara
Perjalanan di tol dalam kota sebenarnya tidak macet dan masih dalam kategori ramai lancar. Kemacetan justru terjadi begitu memasuki tol bandara, titik macetnya ada di loket pembayaran tol. Kemacetan yang juga parah adalah kemacetan mendekati terminal 1 dan 2, dimana banyak sekali mobil yang akan drop off penumpang antri memasuki terminal tersebut. Antrian drop off inilah yang menyebabkan jika waktu normal cukup 10 menit dari pembayaran tol sampai ke terminal, kemarin ketika saya ketinggalan pesawat ditempuh dalam waktu lebih dari 1 jam.
Banyaknya jumlah penerbangan dan semakin murahnya tiket, ditambah lagi kultur travelling yang semakin lama seakan menjadi kebutuhan pokok masyarakat Jakarta, membuat bandara semakin padat dari hari ke hari. Pembukaan Bandara Halim Perdanakusuma yang menerima penerbangan sipil, seakan-akan tidak memberi efek signifikan untuk mengurangi kepadatan Bandara Soekarno-Hatta.
Solusi Transportasi Publik: Kereta Bandara
Satu-satunya solusi adalah dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan taxi yang digunakan oleh para penumpang dengan transportasi publik yang sekali angkut dapat mengangkut banyak orang dan tepat waktu. Kereta bandara merupakan kebutuhan mendesak mengingat Bandara Soekarno-Hatta berdasarkan data 2015 yang dilaporkan oleh Airport Council International, menempati urutan ke 15 sebagai bandara tersibuk di dunia.
Hampir semua bandara utama di dunia memiliki kereta ekspress ke bandara. Kereta bandara yang pernah saya naiki adalah kereta bandara di Singapore, dari pusat kota ke Changi Aiport kereta tersebut membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan frekuensi jalan setiap 7-15 menit. Harga tiket ke bandara juga sangat murah hanya 2 SGD (Rp20.000). Kereta bandara lainnya yang pernah saya naiki adalah kereta bandara di Hongkong. Kereta dari pusat kota Hongkong ke Hongkong Airport membutuhkan waktu sekitar 24 menit dengam frekuensi jalan setiap 10 menit. Memang harga tiketnya cukup mahal 100 HKD (Rp170.000), tetapi harga jika saya naik taxi ke bandara sendiri juga sekitar Rp150.000 di luar tol.
Kereta Bandara akan selesai di Semester I 2017
Untungnya hal ini sudah disadari pula oleh pemerintah. Saat ini sedang direncanakan akan dibangun kereta yang menghubungkan Bandara Soekarno-Hatta dengan pusat kota Jakarta. Ada 3 proyek terkait kereta ke bandara ini yaitu: Kereta Commuterline Bandara yang digarap oleh PT KAI, Kereta Ekspress Bandara yang digarap oleh Kementrian Perhubungan, dan Kereta Inter Terminal Link yang digarap oleh Angkasa Pura.
Bahkan Jokowi menegaskan bahwa Kereta Bandara ini harus selesai paling lambat Semester I 2017. Harapan kita agar proyek ini tepat waktu seharusnya dapat terwujud, mengingat banyak sekali proyek infrastruktur yang bisa diselesaikan di zaman pemerintahan Jokowi ini. Meskipun lagi-lagi hambatan klasik pembangunan infrastruktut di Indonesia, pembebasan lahan, masih saja terjadi. Semoga tahun depan dengan adanya kereta ekspres bandara, kemacetan menuju bandara dapat berkurang dan waktu tempuh ke bandara menjadi lebih singkat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H