Mohon tunggu...
Adi Setiawan
Adi Setiawan Mohon Tunggu... Programmer - Orang biasa yang tidak ada istimewanya bapak dari 1 istri dan 3 anak

Nama lengkap saya Adi Setiawan tapi kebanyakan orang memanggil saya "OECOEP"(UCUP) memang seperti jaka sembung (ngga nyambung) tapi itu harus saya syukuri krn itu nama pemberian nenek saya, katanya waktu kecil saya sering sakit2an jadi diberi nama Yusuf (nabi paling ganteng) tapi karena tinggal dikampung malah jadi ucup . saya bekerja di Bank Terbesar di indonesia, motto jangan jadikan hidup sebagai penyesalan jadikan hidup sebagai perjuangan , berani mati itu baik tapi berani hidup itu 1000X lebih baik. web gue http://www.adioecoep.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Sang Malaikat maut

28 Februari 2012   13:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13304352261576143289

Senja merah merona diatas Gedung tinggi, Seiring dengan kicauan sang merpati yang suka ingkar janji, Buaian kata tlah membuat hancur isi hati sang Bidadari, Tak kala sang Malaikat tak bersayap sang pengobral janji, Teteskan Air mata tanda kesedihan hati, menikam jantung menggelepar mati, kini hanya bisa sesali diri, ketika ikuti bisikan setan tentang alibi, demi kenikmatan sesaat kini engkau khianat, mengikuti ajaran sesat bercampur bangsat, disaat semua terasa nikmat sesaat, kau lupa apa itu namanya Sholat kau kata nanti akan tobat ,tapi siapa yang tau kapan akan masik liang lahat, padahal engkau orang terlaknat bergaya malaikat tapi sepertinya kau tau kapan itu kiamat Lagak mu seperti bedebah bangsat kau anggap semua bakal selamat, yang penting sekarang ambil dulu yang nikmat nanti baru kau tobat aku tahu sebentar lagi kau akan hancur karena tiada waktu untuk kau kabur karena namamu sudah tercatat oleh sang penggali kubur itulah siksa untuk orang yang takkabur dunia akhirat akan babak belur jangan lah berjudi dengan umur isilah hidupmu dengan tafakur jangan menunggu jika usiamu sudah uzur atau menunggu gajah bertelur karena hidup itu mesti bersyukur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun