Dongeng Si Hati dan Si Iman
Tengah malam itu, Si Hati terbangundari tidurnya . Ia terkejutmelihat Si Tubuhmasih terlelap. Ia duduk termenung di sudutkamar lalu berkata “ Man, seandainya kau bisa ku ajak bicara ? “
“ oh tentu… itu bukan hal yang sulit, Kawan. “ kata Si Iman tiba-tiba menyahuti , lalu Iadudukdi samping Si Hati dan menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat Si Tubuh tak ikut beranjak.
“ rupanya kau juga terbangun” Hati kembali berkata.
“apa yang ingin engkau bicarakan denganku , Kawan ? “tanya Iman.
“ apa yang membuatmu sekurus itu , Man ? “ jawab Hati dengan tanya smbil memandangi Si Iman yang tak berlemak sedikitpun.
“ karena sesuatu halyang membuatmu juga jadi sekeruh sekarang. Yah aku rasa kamu juga tahupenyebabnya. “ jawab Iman santai.
Sementara Si Tubuh masih tetap mendengkur,
“ kasihan Dia “ucap Hati.
“ siapa?” tanya Iman.
“ Dia “ tunjuk hati pada Si Tubuh.
“ kenapa?”
“ Diaakan celaka karena terlalu pelupa”
“ pelupa bagaimana maksudmu?”
“ pelupa, Ia terlalu sering lupa, lupa tujuan kita disini yang sebenarnya. Ia lupa bahwa kita hanya sedang singgah dan tugas kita sekarang adalah ibadah .Ia lupa bahwasetelah ini kita harus melewati kubur, ia lupa hari perhitungan itu pasti datang. Ia lupabahwa perjalanan kita akan berujung akhirat. Ia bahkan lupa pada kita dua sahabat yang harus dirawatnya.Bukan hanya lupa bahkan Ia sama sekali tak peduli. Lihat saja tingkahnya, Ia pikir sahabat barunya yang bernama SiIngin itu baik hingga semuanya Ia usahakan demi Si ingin. Tapi kita?” keluh Hati mendengus.
“ ya seperti itulah dia, egois” masih kata Hati kini dengan nada marah.
“ lihatlah Aku.Kotor seperti ini. Penuh iri, dengki, sombong, munafik,dan selalu berprasangka buruk.Aku terlalu mudah patah, sakit, dan kecewa hanya karenapujian atau hinaan. Aku mudah terbakar oleh amarah. Aku tak pernah mengalami ketenangan.Setiap hari hanya gelisah dan rasa tak puas yang aku produksi. Lelah rasanya berkawan dengan mahluk semacam itu.” Sambung Si Hati yang tampak ingin terus mengeluh.
“ bisakah Kau bantu aku , Man ?”kini Hati mulai meminta Iman bersuara.
“ Aku terlalu kurus mana mungkin bisa membantumu. “ ujar Iman menolak.
“ Akusemakin kecil dan lemah seiring bertambahnya waktu. Nasibku jauh lebih buruk darimu, Hat.Karenawaktu akan melenyapkan aku dari sini jika terus menerus dibiarkan seperti ini olehnya. “ ungkap Iman sedih.
“Buh,, , seandainya engkau bisa kita ajak bicara?, mungkin engkaulah yang bisa membantu kami ” gumamHati.Lalu ia terkulai lemas karena sekian lama Tubuh tak mendengar jeritnya. SementaraIman mulai tak telihat.Bersambung_
Karya : Adinzahratussyita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H