Mohon tunggu...
Dini Kusumawardhani
Dini Kusumawardhani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

an architecture graduate who currently working as a writer and journalist for architecture publication.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

IN-DO-NE-SIA: Prok prok prok prok prok! MA-LAY-SIA: Huuuu!

21 November 2011   10:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:23 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakabaring Aquatic Stadium

Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa teman pergi menonton final cabang olahraga berenang untuk dua nomor : 200m individual medley putra dan putri di Aquatic Stadium, Jakabaring Sport City. Indonesia dan Malaysia sama-sama menjadi finalis pada saat itu. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Jakabaring Aquatic Stadium"][/caption] Merinding sekali rasanya ketika komentator final menyebutkan nama finalis asal Indonesia karena sontak semua penonton yang membanjiri tribun langsung bersorak satu suara sebangsa : IN-DO-NE-SIA [PROK PROK PROK PROK PROK] !!! Sorakan penuh gairah tersebut langsung berubah drastis menjadi HUUUUUUUUUUpanjang ketika nama finalis asal Malaysia yang disebutkan. Kejadian ini tidak hanya terjadi di final putri, namun juga putra. Dalam pertandingan final itu, finalis putri Indonesia finish di urutan ketiga dan mendapat medali perunggu, sedangkan finalis putri Malaysia berhasil bertengger satu tingkat dan mendapat medali perak. Bahkan, finalis putra Indonesia tidak berhasil meraup satu medali pun, sedangkan finalis putra Malaysia berhasil merebut medali perunggu. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Hasil Pertandingan Final Swimming 200m Individual Medley Putra (dok. adinwardhani)"]

[/caption] Hati saya sungguh sedih karena seringkali melihat dan mendengar langsung betapa penonton Indonesia tak pernah absen mengejek dengan seruan "HUUUU" panjang kepada atlet Malaysia selama SEA Games ini berlangsung. Hanya ke Malaysia! Tidak ke Thailand. Tidak ke Vietnam. Tidak ke Singapura. Tidak pula ke negara peserta yang lain. Ada apa dengan orang Indonesia? Kita kesal karena Malaysia seringkali merebut warisan kebudayaan kita sebagai milik mereka? Lalu kemana Indonesia selama ini? Hak cipta terhadap beberapa motif batik saja baru disahkan dua tahun lalu oleh UNESCO. Kita kesal karena Malaysia selalu berusaha mencaplok daerah perbatasan kita dan menjadikannya milik mereka? Lalu kemana Indonesia selama ini? Sistem pertahanan kita pun masih sangat lemah dalam menjaga setiap pulau terdepan dan daerah perbatasan. Kesejahteraan masyarakat di sana pun masih dipertanyakan. Kita kesal karena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan di Malaysia? Lalu kemana Indonesia selama ini? Lapangan pekerjaan di dalam negeri pun masih sangat terbatas. Pendidikan saja belum merata. Kalau sudah tahu faktanya demikian, masih tidak malu untuk terus menyalahkan orang? Jika ingin jadi pembenci, jadilah pembenci yang sebenar-benarnya. Tidak usah kuliah di Malaysia. Tidak usah liburan ke Malaysia. Tidak usah berteman dengan orang Malaysia. Sekalian saja begitu. Tapi nyatanya, masih banyak pelajar Indonesia yang menempuh studi di Malaysia, karena dirasa mutu pendidikannya lebih baik dan jarak yang dekat. Nyatanya, Kuala Lumpur masih menjadi destinasi akhir pekan dan liburan banyak orang Indonesia, karena fasilitas hiburan disana lebih menyenangkan dan lebih lengkap kabarnya. Nyatanya, berbagai universitas di Indonesia masih sering melakukan kerjasama dengan universitas di Malaysia. Tak bisa dipungkiri, dalam beberapa hal Indonesia masih menyukai Malaysia. Indonesia masih butuh dengan Malaysia. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Kuala Lumpur : Masih Menjadi Destinasi Liburan Favorit Sebagian Warga Indonesia"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Workshop on Cultural Landscape Design 2009. Kerjasama antara Arsitektur Universitas Sriwijaya dan Arsitektur Lansekap Universiti Teknologi Malaysia (dok.adinwardhani"]
dokumentasi pribadi. workshop on cultural landscape in architecture with Universiti Teknologi Malaysia. 2009
dokumentasi pribadi. workshop on cultural landscape in architecture with Universiti Teknologi Malaysia. 2009
[/caption] Itulah kenapa saya pribadi selalu berusaha menahan diri untuk tidak ikut-ikutan melayangkan seruan mengejek ke atlet Malaysia jika sedang menonton pertandingan. Saya selalu berusaha untuk tidak terprovokasi untuk menyebut Malaysia dengan Maling-sia atau menulis dengan m-ALAY-sia di jejaring sosial. Karena saya sadar, bukan begitu caranya untuk membela Indonesia. Karena saya sadar, saya akan sakit hati juga kalau Indonesia disebut dengan julukan-julukan yang memiliki arti jelek atau ditulis dalam cara yang jelek. Kalau sudah seperti ini, siapa sebenarnya yang sedang menyulut emosi? Memang lebih mudah menyalahkan orang, daripada introspeksi. SEA Games tinggal dua hari lagi, hanya menyisakan beberapa partai final lagi, termasuk partai panas antara Indonesia dan Malaysia di cabang olahraga sepakbola. Selalu masih ada waktu bagi masyarakat Indonesia untuk menjadi tuan rumah yang baik dengan menjadi penonton yang sportif. Buka mata, buka telinga. Bahwa masalah dalam konteks kebangsaan seperti warisan kebudayaan, daerah perbatasan dan tenaga kerja itu tidak akan selesai hanya dengan seruan"HUUUUUU" yang sangat panjang kepada mereka. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Danu dan Luny, salah satu National Olympic Committee (NOC) Services Staff di Kepanitiaan Lokal SEA Games 2011 di Palembang. Berfoto bersama Bang Joe, staff NOC Headquarter Malaysia (dok. Luny Harashta)"]
NOC Services staffs with Bang Joe, NOC Headquarter Staff of Malaysia
NOC Services staffs with Bang Joe, NOC Headquarter Staff of Malaysia
[/caption] Ini olahraga, teman. Tujuan kita adalah untuk mempererat hubungan baik antar bangsa. Kalau dari diri pribadi masih susah untuk tidak mengata-ngatai, hubungan baik saudara serumpun ini akan selalu jauh panggang dari api. Kita pun tak akan pernah jadi pemenang sejati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun