Mohon tunggu...
Adi Nugroho
Adi Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Belajarlah kepada Nabi Nuh dan Nabi Yusuf dalam mempersiapkan masa depan...

Educator Specialist in Private Financial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar kepada Sarah yang Terlahir Tak Normal

5 Juli 2021   04:40 Diperbarui: 5 Juli 2021   06:19 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malukah kita yg terlahir normal?

Apa yg hebat dengan profil seorang ibu muda, Sarah Talbi? Ia di kenal di jagat maya karena ia menginspirasi banyak orang. Link ini salah satunya. Menggambarkan ia yang tak punya tangannya tak berhenti mendidik anaknya yang tumbuh normal. Lihat sampai salah satu page meliput khusus untuk dia.

Wanita semacam ini memang gambaran bahwa kekurangan tak membuat orang kalah dengan dirinya. Ada faktor yang lebih dahsyat dalam diri manusia. Begitu banyak manusia yang terlahir jauh lebih beruntung. Dengan kelengkapan tubuh yang tak kurang, otak pun tidak ada masalah. Namun tak sedikit yang mengeluhkan banyak hal.

Sarah Talbi, sosok yang bisa dilihat di beranda YouTubenya dia (silakan googling), jelas membuka mata kita lebar-lebar bahwa kekurangan apapun pada tubuh kita bukan suatu halangan. Apa yang ada di benak anda ketika mengetahui orang semacam dia?

Sarah hanya salah satu sosok yang menggambarkan bahwa karunia Allah itu tak berbatas. Penulis pernah tak sengaja mendengar langsung dari salah satu santri tokoh kondang Aa Gym, santri yang ia terlahir cacat sehingga dalam 20 tahunan terakhir tak bisa beraktivitas normal hanya berbaring tiduran saja. Yang mengejutkan ia bisa berdikari dengan beternak ayam. Ia seorang pengusaha di levelnya beternak ayam kampung dan dijual.

Menarik buat renungan kita, bahwa ketidaksempurnaan kita tidak menghalangi kita untuk beraktivitas. Malu rasanya melihat seperti Sarah Talbi, orang yg tak memiliki kesempurnaan pun mampu memberikan inspirasi. Lalu mengapa kita yg sempurna malah penuh dengan keluh kesah?

Kejadian ini memberikan pelajaran khusunya dengan penulis. Dulu ketika penulis belum sakit, termasuk karyawan dengan karir cemerlang, salah satu seorang manager senior di salah satu perusahaan multinational company. Lalu ketika penyakit kritis menyerang, habislah apa yg ada. Sampai kalau bepergian dengan kendaraan umum, terpaksa menggunakan fasilitas untuk diffable. 

Dulu sangat anti, tetapi sekarang sangat butuh. Di sini, mulai melihat bahwa begitu banyak orang yang "normal" pun memakai fasilitas itu. Dan melihat seorang Sarah, jadi malu, ia yg terlahir tak normal pun mampu memberikan inspirasi, tak mau kalah. Apakah kita seperti itu?

Bagaimana dengan anda? Silakan tulis komentar dibawah. Salam sukses luar biasa....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun