Mohon tunggu...
Adi Novendra Putra
Adi Novendra Putra Mohon Tunggu... Programmer - Teknik Informatika 22 - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Teknik Informatika 22 - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan dan Peluang Sistem Informasi dalam Kerja Jarak Jauh

4 September 2024   13:50 Diperbarui: 4 September 2024   13:54 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kerja Jarak Jauh Dalam Bidang Sistem Informasi (Sumber: Freepik.com/idn.id)

Tantangan dan Peluang Sistem Informasi dalam Kerja Jarak Jauh

Di era digital yang semakin berkembang ini, kerja jarak jauh telah menjadi fenomena yang tidak terhindarkan, dipercepat oleh pandemi COVID-19 yang menuntut pembatasan fisik dan sosial di seluruh dunia. Namun, seiring dengan meningkatnya adopsi kerja jarak jauh, pertanyaan penting tentang bagaimana menjaga keberlanjutan dari tempat kerja semacam ini muncul ke permukaan. Dalam artikel “Information Systems for Sustainable Remote Workplaces” yang ditulis oleh Aleksandre Asatiani dan Livia Norström (2023), dijelaskan bahwa meskipun teknologi informasi memainkan peran penting dalam memungkinkan pekerjaan jarak jauh, teknologi itu sendiri bukanlah solusi ajaib yang dapat mengatasi semua tantangan yang ada.


Menurut penelitian mereka yang menganalisis 187 artikel dari berbagai disiplin ilmu seperti studi organisasi, ekonomi, dan psikologi antara tahun 1999 dan 2020, ditemukan lima tema utama yang perlu diperhatikan untuk menciptakan tempat kerja jarak jauh yang berkelanjutan: karakteristik utama, batasan kerja-kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan, interaksi sosial, serta kepemimpinan (Asatiani & Norström, 2023). Misalnya, di AS dan Uni Eropa, persentase pekerja jarak jauh meningkat lebih dari dua kali lipat selama pandemi, menyoroti betapa cepatnya perubahan ini terjadi (Eurostat, 2021).
Artikel ini juga menyoroti peran sistem informasi (IS) dalam mendukung keberlanjutan ini, terutama melalui enam fungsi utamanya seperti penghubung, pembagi informasi, dan pengaman. Meskipun demikian, tantangan yang signifikan tetap ada, seperti teknostres, beban kerja yang berlebihan, dan isolasi sosial, yang semuanya membutuhkan pendekatan yang lebih holistik untuk menciptakan tempat kerja jarak jauh yang sehat dan produktif dalam jangka panjang. Dari perspektif ini, penting untuk mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana kita dapat memanfaatkan sistem informasi tidak hanya untuk mendukung pekerjaan jarak jauh, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan kerja yang berkelanjutan yang memperhatikan kesejahteraan fisik dan mental pekerja.


Kerja jarak jauh, meskipun menawarkan banyak manfaat seperti fleksibilitas waktu dan pengurangan biaya perjalanan, juga menghadirkan serangkaian tantangan unik yang harus diatasi agar keberlanjutan dapat tercapai. Berdasarkan penelitian Asatiani dan Norström (2023), terdapat dua kategori faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tempat kerja jarak jauh: karakteristik dasar yang kaku dan variabel kontekstual. Karakteristik dasar mencakup elemen-elemen seperti ketersediaan teknologi digital, konektivitas internet, dan perangkat komunikasi yang mendukung kolaborasi virtual. Sementara itu, variabel kontekstual melibatkan faktor-faktor yang lebih dinamis seperti budaya organisasi, struktur tim, dan preferensi individu terkait keseimbangan kerja-kehidupan.


Pada tahun 2020, lebih dari 40% pekerja di AS beralih ke model kerja jarak jauh penuh waktu akibat pandemi (Gallup, 2020). Namun, perubahan drastis ini juga membawa konsekuensi serius terkait kesehatan mental dan fisik. Studi lain yang dikutip oleh Asatiani dan Norström (2023) mengungkapkan bahwa 30% pekerja jarak jauh melaporkan peningkatan stres yang disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan dan kurangnya batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (Vaziri et al., 2020). Sebagai solusi, sistem informasi dapat berfungsi sebagai alat penting untuk memitigasi masalah ini. Misalnya, IS dapat digunakan untuk mengotomatisasi tugas-tugas rutin, menyediakan data real-time untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, dan meningkatkan komunikasi antar anggota tim.
Namun, efektivitas sistem informasi sangat bergantung pada konteks penggunaannya. Artikel tersebut menyoroti bahwa implementasi IS dalam pekerjaan jarak jauh tidak selalu menghasilkan hasil positif tanpa adanya konteks organisasi yang tepat dan kemampuan untuk memanfaatkan IS secara optimal. Misalnya, peran IS sebagai "pengaman" dapat membantu menilai dan menegakkan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan tempat kerja. Namun, jika tidak ada komitmen dari manajemen untuk benar-benar menerapkan langkah-langkah tersebut, hasil yang diharapkan mungkin tidak tercapai (Dao et al., 2011).


Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan mitigasi konflik kerja-kehidupan melalui penggunaan IS sangat tergantung pada dukungan dari kepemimpinan. Dalam banyak kasus, hanya ketika manajemen secara aktif mendorong pekerja untuk menjaga batasan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dampak positif dari penggunaan IS dapat dirasakan secara maksimal (Lautsch et al., 2009). Studi ini juga menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki kontrol lebih besar terhadap jadwal mereka dan otonomi dalam pekerjaan mereka cenderung mengalami kesejahteraan yang lebih baik (Butler et al., 2009). Di sinilah peran penting IS sebagai "penghubung" menjadi krusial, memungkinkan pekerja tetap terhubung dengan tim mereka tanpa kehilangan otonomi mereka.
Secara keseluruhan, artikel Asatiani dan Norström (2023) menyoroti pentingnya penggunaan sistem informasi yang tepat untuk mendukung keberlanjutan tempat kerja jarak jauh. Meskipun teknologi informasi dapat berperan signifikan dalam memfasilitasi kolaborasi dan produktivitas, keberhasilannya sangat bergantung pada bagaimana teknologi tersebut diintegrasikan dengan praktik organisasi dan konteks budaya. Penelitian menunjukkan bahwa hanya dengan pendekatan holistik yang menggabungkan dukungan dari manajemen, otonomi pekerja, serta strategi komunikasi yang efektif, manfaat dari kerja jarak jauh dapat dimaksimalkan.


Tempat kerja jarak jauh yang berkelanjutan memerlukan keseimbangan antara kebutuhan produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Mengingat bahwa lebih dari 30% pekerja jarak jauh melaporkan peningkatan stres dan isolasi sosial (Vaziri et al., 2020), sangat penting bagi organisasi untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang mendorong keterlibatan pekerja dan mendukung kesehatan mental mereka. Mengadopsi pendekatan yang mempertimbangkan faktor teknologi, sosial, dan pribadi secara bersamaan akan memungkinkan organisasi untuk tidak hanya bertahan, tetapi berkembang dalam era kerja digital ini.
Dengan demikian, keberlanjutan tempat kerja jarak jauh bukan hanya soal menyediakan alat dan teknologi yang tepat, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mempromosikan keseimbangan, inklusi, dan rasa saling menghormati. Ini adalah tantangan yang perlu diatasi oleh semua pihak – dari pembuat kebijakan hingga manajer dan pekerja sendiri – untuk membangun masa depan kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Referensi :

Asatiani, A., & Norström, L. (2023). Information systems for sustainable remote workplaces. Journal of Strategic Information Systems, 32, 101789. https://doi.org/10.1016/j.jsis.2023.101789

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun