Mohon tunggu...
iwan adiningrat
iwan adiningrat Mohon Tunggu... -

seorang manusia yang sedang belajar, dan akan belajar, dan terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bangun Karena Tirai Itu Telah Terbuka

5 Oktober 2012   01:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:14 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah tamparan kecil, menyentuh kulit kasar ini hingga dengan segera aku terbangun.

Terbangun dari tidur yang tidak tahu awal mula hingga aku bisa tertidur. Ketika aku terbangun, seolah-olah aku menjadi terjengah oleh suasana sepi akan tetapi menyenangkan, entah apa ini?

Sejenak aku terdiam, sambil mematematikakan seluruh otak, hingga aku teringat pada sebuah rumus, sebelum menyentuh inti, telusuri dahulu unsur-unsurnya. Memang unsur-unsur itu  begitu menggoda, ia selalu dapat membuat mata jadi terbuka terus, telinga akan selalu mendengarkannya, dan seluruhnya menjadi terfokus.

sarang-sarang telah terbuka menjadi sebuah rajutan benang akan nilai keabadian, sehingga secara perlahan dapat merajut sebuah kain penutup dari perihal nyata akan tetapi mempunyai nilai yang nihil. Bukan nihil secara menyeluruh, akan tetapi tidak pantas untuk senantiasa terjebak dibawah, masih ada tangga yang senantiasa tersedia, ketika kita akan naik.

Nilai kemandirian tertanam dalam sosok kehidupan setelah kusibak tirai itu menjadi kesendirian yang indah. Karena dengan ini pula kesendirian itu pula yang akan menjadi keteguhan sebuah karang dalam menjalani sebuah nilai hakiki, walaupun secara perlahan terkikis, tetapi ia akan habis bersama dengan habisnya nilai hakiki menjadi sebuah nilai tunggal, tanpa ada jamak maupun keseluruhan.

Secara bahasa, aku ucapkan terima kasih telah bangunkan aku dari tidur tadi. Sebab, jika aku tertidur pasti aku akan menjadi manusia bebal tanpa mengenal kehidupan itu seperti apa. Yang ada hanyalah kehidupan mimpi-mimpi semu, tak berbatas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun