Mohon tunggu...
Julianto
Julianto Mohon Tunggu... -

Lulusan STAN yang bermimpi dan berharap Indonesia Maju dan Sejahtera seperti Afrika Selatan yang berhasil menyelenggarakan Piala Dunia 2010 walaupun di tahun 90-an masih bergelut dengan politik Apartheid-nya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Biker Pemberani Versus Koboi Pengecut Berpangkat Kapten

2 Mei 2012   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13359225842104566974

Belum hilang dari ingatan kita rekaman video kekejaman geng motor yang sangat tidak manusiawi dan berulang-ulang ditayangkan di televisi, muncul lagi rekaman video yang juga tidak manusiawi yang dilakukan oleh oknum aparat sebagaimana pelaku kekejaman geng motor.

[caption id="attachment_178576" align="aligncenter" width="620" caption="Sang Koboi Pengecut Berpangkat Kapten-www.kompas.com"][/caption]

Bedanya kali ini, dalam rekaman tersebut pelaku kekerasan secara gamblang mengendarai kendaraan dinas TNI dan menenteng pistol. dan kemudian pihak TNI secara resmi telah mengakui bahwa yang bersangkutan adalah anggotanya yang berpangkat kapten. Dalam adegan bak aksi laga dalam sinetron kejar tayang, sang kapten dengan “gagah berani” setelah sebelumnya menembakan pistol ke udara, berkali-kali berusaha memukul lawannya, seorang warga sipil pengendara sepeda motor, dengan stik.

Sang koboi berpangkat kapten ini, meskipun hanya menghadapi seorang warga sipil tak bersenjata, dengan tanpa memikirkan kepentingan pengendara lainnya, memarkirkan kendaraan dinas seenaknya, kemudian tidak cukup dengan bekal sebuah pistol ditangan kiri, tangan kanan pun menggenggam stik pendek dan segera menyerang sang biker yang tidak bersenjata.

Walaupun saat menontonnya emosi saya naik, tapi ada yang menarik dari rekaman ini, yaitu keberanian sang biker. Meskipun dalam ancaman pistol dari sang kapten, sang biker tetap berani menghadapi serangan yang sangat tidak berimbang itu. Beberapa kalisang biker berusaha menangkis serangan stik sang koboi. Dan untungnya kejadian tersebut ada yang merekamnya. Sehingga ini segera menjadi perhatian public yang berujung pada pengakuan dari institusi TNI, meskipun dalam keterangan persnya pihak TNI masih terkesan berusaha melindungi sang koboi.

Saya tidak berbicara tentang siapa yang benar dan siapa yang salah dalam kejadian itu. Tetapi ini adalah tentang oknum aparat bersenjata dan mengendarai kendaraan dinas (yang dibeli dari uang rakyat, yang bisa jadi berasal dari pajak yang dibayar sang pengendara motor juga) yang berperilaku arogan di jalanan dan dengan sewenang-wenang menyerang warga sipil tidak bersenjata.

Parahnya, koboi ini adalah oknum perwira TNI. Kalau saja pelakunya adalah oknum TNI berpangkat rendah, bisa jadi akan berbeda ceritanya, karena prajurit rendahan tentunya akan susah untuk menenteng-nenteng pistol, meskipun itu adalah air softgun. Bisa jadi yang terjadi adalah duel adu otot tanpa senjata. Dan ini lebih jantan daripada kelakuan sang koboi berpangkat kapten ini yang begitu pengecut, melawan warga sipil saja membawa-bawa pistol dan stik.

Ini sangat tidak masuk akal, karena untuk menjadi seorang perwira sampai pangkat kapten adalah proses yang tidak mudah. Kalaupun sang koboi adalah lulusan akabri, ini akan menjadi aib bagi akabri itu sendiri. Karena dalam pendidikannya tentunya sangat berbeda antara mendidik calon perwira dengan calon tamtama. Dalam pendidikan di akabri yang lebih banyak dibentuk adalah soft skill dengan otak sebagai modal utamanya, bukan otot yang diutamakan. Lebih parahnya lagi dalam kejadian itu bukan otak maupun otot yang digunakan tetapi menggunakan pistol dan stik.

Militer adalah alat negara yang harus tunduk kepada konstitusi dan pemerintahan sipil hasil pemilu. Mereka bekerja dan digaji oleh negara yang berasal dari uang pajak rakyat. fasilitas yang mereka pakai pun seperti kendaraan dinas adalah dari pajak rakyat. makanya sangat tidak pantas kalau ada arogansi dan kesewenangan-wenangan dari oknum yang berasal dari mereka. Apalagi di negara kita tidak ada paksaan untuk menjadi anggota militer. Mereka dengan sukarela mendaftarkan diri, bahkan ada yang demi bisa menjadi anggota TNI, rela mengeluarkan uang puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Semoga sang biker pemberani selalu sehat dan panjang umur. Dan mudah-mudah ini akan menjadi momentum untuk membangkitkan keberanian dari masyarakat lainnya untuk melawan segala bentuk kesewenang-wenangan. Dan terima kasih kepada jurnalis warga yang telah merekam dan menyebarluaskan kejadian ini. Semoga ini terus disebarluaskan agar sang koboi mendapatkan hukuman yang setimpal dan kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi di bumi Indonesia ini yang seharusnya menjadi masyarakat madani, karena jelas dalam konstitusi kita, kita adalah negara demokrasi yang menjunjung tinggi prinsip supremasi sipil sebagai perwujudan kekuasaan rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun