Mohon tunggu...
Adinda Mutiara
Adinda Mutiara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Saya suka main

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perjalanan Menelusuri Linimasa Peradaban Indonesia di Museum Ullen Sentalu

12 Desember 2023   20:46 Diperbarui: 12 Desember 2023   20:59 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu hari yang cerah di akhir Bulan Oktober 2023 tepatnya tanggal 28, saya dan teman saya berniat untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Tepat sehari sebelumnya, kami melakukan riset sederhana melalui berbagai sosial media untuk mengetahui tempat wisata di kawasan Yogyakarta yang memiliki daya tarik memikat. Melalui beberapa pertimbangan, kami memutuskan untuk memilih Museum Ullen Sentalu sebagai destinasi tujuan kami. Museum Ullen Sentalu yang berlokasi di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman ini merupakan sebuah museum dengan koleksi yang kental kaitannya dengan kebudayaan Indonesia khususnya sejarah Mataram.

Pada pagi hari yang telah ditentukan, kami berkutat dengan segala hal yang perlu dipersiapkan untuk dibawa. Kami berdua berangkat menuju Museum Ullen Sentalu yang berjarak sekitar 26 km dari pusat Kota Yogyakarta sehingga perjalanan ini menempuh waktu kurang lebih empat puluh menit. Selama perjalanan kami berbincang dan menikmati pemandangan Gunung Merapi yang berdiri dengan gagahnya. Kala itu, Gunung Merapi tampak sangat jelas dan memanjakan mata sehingga menimbulkan rasa syukur dalam diri saya. 

Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sumber: Dokumentasi Salsabilla

Memasuki kawasan Kaliurang, setiap wisatawan akan dikenai retribusi dengan total Rp10.000 mencakup tiket masuk, asuransi, dan sumbangan PMI. Apabila sudah memasuki gerbang ini, tandanya destinasi tujuan sudah semakin dekat, perasaan tidak sabar untuk sampai semakin memenuhi hati kami. Betul saja, tidak berselang lama kami tiba di Museum Ullen Sentalu. Pohon pohon rindang dan hawa sejuk yang dapat kami rasakan ketika memasuki kawasan Ullen Sentalu seolah mengisyaratkan ucapan selamat datang. Museum yang diresmikan sejak tahun 1997 ini memiliki luas mencapai 1,2 hektar dengan fasad bangunan yang unik dengan menggabungkan unsur modern dan tradisional.

Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sebelum memasuki ruang koleksi, kami dipersilahkan untuk memilih jenis tur yang ingin kami ikuti. Di antara tiga opsi tur yang tersedia, kami sepakat untuk merasakan pengalaman Tour Skriptorium yang pada saat itu sedang dalam masa soft launching. Skriptorium merupakan sebuah tur yang memberikan gambaran dan mengajak wisatawan untuk bersama sama menambah pengetahuan tentang sejarah bumi Jawa sejak 1,8 juta tahun yang lalu hingga Indonesia abad ke-20. Tur ini dapat kami nikmati selama kurang lebih satu jam hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp60.000/orang. Setelah itu, wisatawan akan mendapatkan satu tiket fisik untuk setiap pembelian tiket masuk.

Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sumber: Dokumentasi Salsabilla

Tur Skriptorium ini dilakukan di dalam sebuah bangunan terbaru milik Museum Ullen Sentalu.  Dalam tur ini kami bersama dengan delapan wisatawan lain yang terdiri dari empat wisatawan laki-laki dan empat wisatawan perempuan, didampingi oleh seorang edukator bernama Kak Kenzie. Sebelum tur ini dimulai, kami diberikan informasi mengenai syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi selama melakukan tur. Salah satu ketentuannya adalah larangan untuk mengambil foto atau video selama tur berlangsung.  Kak Kenzie menjelaskan bahwa kebijakan ini diterapkan sebagai bentuk penghormatan terhadap hak cipta dan untuk memastikan pengalaman edukatif yang lebih mendalam. Meskipun demikian, tidak perlu risau karena setelah tur tersebut selesai wisatawan diberi kesempatan untuk mengabadikan momen di berbagai spot foto yang ada.

Dalam tur Skriptorium, wisatawan akan diajak untuk mengenang dan mempelajari linimasa sejarah Indonesia. Dibagi dalam 16 tahap, linimasa ini memaparkan perjalanan Indonesia dari masa prasejarah Jawa dan ditutup dengan era monarki mataram dalam bingkai Republik Indonesia pada abad 20. Informasi seputar sejarah Indonesia disajikan secara komprehensif melalui kombinasi tulisan dan visual dengan ukuran yang jelas, memudahkan wisatawan untuk memahami setiap periode dengan baik. Tata ruang pameran dalam tur ini juga diatur dengan sangat baik dari titik satu ke titik selanjutnya, sehingga terbentuk alur wisatawan yang lancar dan minim bentrokan antar kelompok pengunjung. Museum Ullen Sentalu memberikan perhatian khusus pada detail-detail ini, menciptakan pengalaman berwisata yang menyenangkan dan efisien. 

Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Tidak hanya itu, koleksi-koleksi berupa arca yang ditampilkan juga memberikan dimensi lain pada perjalanan ini. Beberapa arca adalah peninggalan asli yang dipinjamkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), sementara yang sebagian lainnya adalah replika. Selama tur berlangsung, suasana penuh kegembiraan tercipta dengan adanya diskusi dua arah antara Kak Kenzie dan wisatawan. Edukator di Museum Ullen Sentalu khususnya Kak Kenzie sangat ramah dan informatif sehingga banyak wawasan baru yang kami dapatkan melalui perjalanan wisata ini. 

Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Sumber: Dokumentasi Salsabilla
Setelah semua tahap linimasa dijelaskan, kami dipersilahkan untuk mengabadikan momen di salah satu ruang indoor terakhir sebelum bebas untuk menjelajah dan mengambil foto di area outdoor Museum. Ruangan ini menampilkan kumpulan foto etnis dari berbagai daerah di Indonesia, menyajikan panorama keragaman dan kekayaan budaya dengan tata letak yang menarik. Secara bergantian dan penuh antusias, kami saling bergantian mengambil dokumentasi sebelum akhirnya meninggalkan ruangan tersebut. Tidak lupa kami berpose di depan spot foto ikonik Museum Ullen Sentalu, yaitu replika miring dari relief Candi Borobudur. Saya juga memperhatikan dan merasakan bahwa meskipun berada di siang hari, atmosfer di sekitar museum selalu terasa teduh dan menenangkan. Selain itu, walaupun telah memasuki akhir pekan, suasana pada hari tersebut di kawasan Museum Ullen Sentalu tidak terlalu ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun