[caption id="attachment_238121" align="alignleft" width="150" caption="Foto Tangga Buatan Baru Nglanggeran"][/caption] Kabupaten Gunungkidul selama ini dikenal sebagai daerah yang kering, tandus, susah air, dll. Tapi dibalik itu semua sebenarnya Gunungkidul menyimpan potensi alam yang luar biasa, mulai dari pantai-pantai pasir putihnya, goa, sungai, dan gunung-gunung atau bukit-bukitnya. Salah satunya adalah Gunung Api Purba Nglanggeran yang terletak di Patuk Gunung Kidul.
Alkisah dulu gunung ini bekas gunung api purba yang setelah mungkin jutaan taun akhirnya mati atau tidak aktif lagi. Sama halnya dengan gunung-gunung pada umumnya, puncak gunung Nglanggeran menawarkan view Jogja dan Klaten yang indah, kita juga dapat menikmati suasana sunset dari puncaknya.
Bedanya adalah gunung api purba Nglanggeran tidak setinggi gunung-gunung yang lain, untuk mencapai puncaknya kita hanya butuh waktu berjalan sekitar 1-1,5 jam saja. Meskipun demikian trek pendakian di Nglanggeran cukup beragam, mulai dari tanjakan yang dihimpit semak-semak, rute batu-batu besar, sampai kita harus melewati celah antara dua tebing yang lebarnya hanya cukup dilalui oleh satu orang saja.
Pada beberapa tanjakan yang terjal dan licin terdapat tali atau kayu-kayu yang dijadikan sebagai alat berpegangan, atau juga ada tangga yang terbuat dari potongan cabang-cabang pohon.
Pengalaman petualangan yang ditawarkan oleh gunung purba Nglanggeran tentu saja akan menjadi pengalaman menarik yang tak terlupakan bagi para pengunjung, khususnya pengunjung yang bukan pendaki gunung, karena meskipun hanya 1,5 jam namun sensasinya ketika berhasil mencapai puncak akan luar biasa. Jerih payah perjuangan menempuh jalur dengan tingkat kesulitan dan tantangan yang bervariasi tadi terbayar dengan pemandangan dari puncak yang luar biasa.
[caption id="attachment_238121" align="alignleft" width="636" caption="Foto Tangga Buatan Baru Nglanggeran"]
Sayangnya, ketika sekitar dua minggu lalu saya kembali mengunjungi gunung purba Nglanggeran, di beberapa tanjakan yang cukup menantang saat ini sudah dibangun tangga buatan yang disemen (tidak alami), beberapa gardu pun sudah dibangun, bahkan mungkin beberapa tangga akan ditambahkan lagi karena di beberapa titik dekat tanjakan sudah ada tumpukan pasir.
Alih-alih meningkatkan fasilitas untuk pengunjung, menurut saya tangga-tangga buatan tersebut justru mengurangi daya tarik dan nilai jual Nglanggeran. Saya kira akan jauh lebih baik jika pengunjung yang 'dipaksa' bersusah payah berjuang ke puncak, seperti yang saya katakan di atas, biar pengunjung merasakan sensasi berpetualang yang mungkin selama ini jarang mereka temui. Atau mungkin ada pengunjung yang ingin merasakan sensasi naik gunung hanya saja tidak memungkinkan untuk mendaki gunung-gunung lain yang lebih tinggi.
Kalau alasannya untuk keamanan pengunjung, penambahan pegangan kayu alami di sisi tanjakan yang licin mungkin sudah cukup bagus, karena tidak menghilangkan sisi natural gunung tersebut, apalagi jenis wisata yang ditawarkan adalah wisata alam, seharusnya biarkan tetap alami apa adanya.
Dulu ketika awal saya berkunjung ke nglanggeran, saya sudah langsung jatuh cinta dengan tempat tersebut, dan selanjutnya setiap minggu saya selalu kembali berkunjung, dan sekarang ketika sudah banyak tangga baru, rasanya kok males mau balik lagi, apalagi membayangkan kalo besok jumlah tangganya sudah lebih banyak lagi, benar-benar tidak menantang.
Sudah coba menyampaikan protes ke pengelola, namun kata pengelola semua tangga-tangga tersebut adalah proyek dari atas (dinas pariwisata kah?) sedangkan pengel0la sendiri katanya sebenarnya juga menghendaki agar Nglanggeran tetap seperti apa adanya (tanpa tangga buatan baru).