Selasa, 7 September 2023, mahasiswa IPB University telah melakukan wawancara dan diskusi bersama pihak kecamatan (nama kecamatan) . Tim yang tergabung ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) ini beranggotakan Adinda Rizki Putri Sulistiyanto (ESL), Daffa Ibra Danendra (ESL), Farrel Gilbran (Statistika), Dirgam Dapa Haidar Saparilla (SKPM), dan Dita Kurnia (KSHE). Tim didampingi oleh Bapak Ir. Nindyantoro, MSP dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.Â
Dalam pertemuan ini dibahas mengenai keterlibatan pihak pemerintahan kecamatan Babakan Madang yang dapat dijadikan baseline data untuk merumuskan strategi kebijakan terhadap eksistensi Lamban Langgakh (rumah panggung) sebagai mitigasi bencana longsor di tengah transformasi modernisasi. Dari pihak kecamatan kami berdiskusi bersama Bapak Iskandar selaku sekretaris kecamatan. Hal-hal terkait rumah panggung di Desa Bojongkoneng dijelaskan bahwa sebenarnya keberadaan rumah panggung saat ini bukan atas kesadaran masyarakat atau himbauan pemerintah setempat dalam upaya mitigasi bencana melainkan karena faktor ekonomi masyarakat pemilik rumah panggung yang belum mampu membeli atau membangun rumah modern.Â
Adapun jika melihat keterlibatan pemerintahan kecamatan terhadap eksistensi rumah panggung disampaikan kalau sejauh ini belum ada keterlibatan penuh. "Sebenarnya saat ini rumah panggung yang bagus itu lebih mahal daripada rumah tembok pada umumnya, lalu kalau kita lihat dari efektivitas rumah panggung terhadap mitigasi bencana kita tidak bisa asal menginstruksikan, melainkan perlu tim ahli terlebih dahulu untuk bisa melakukan penelitian di kawasan Bojongkoneng khususnya, apakah memang medannya mengharuskan untuk dibangun rumah panggung atau hanya sebagian wilayah saja, perlu keterlibatan banyak pihak untuk melakukan pengkajian kontur tanah guna menyelaraskan implementasi rumah panggung, ketika sudah ada rekomendasi ahli maka dari pihak kecamatan baru bisa mensosialisasikan terkait rumah panggung." Ujar Pak Iskandar selaku sekretaris Kecamatan Babakan Madang.Â
Pada bahasan terkait rumah panggung ini diketahui pula bahwa dahulunya memang di Desa Bojong Koneng bangunan yang mendominasi di wilayah tersebut adalah rumah panggung yang menjadi hunian tetap warga disana. " Rumah panggung ini dulunya memang sudah menjamur di Desa Bojong Koneng namun saat masuk tahun 2000-an banyak warga yang mulai merenovasi rumah panggungnya menjadi rumah modern/tembok hal itu juga sebenarnya disebabkan setelah hadirnya pengembang-pengembang properti khususnya yang membangun perumahan di wilayah Desa Bojong Koneng yang lambat laun mempengaruhi warga sekitar juga untuk membangun rumah tembok." Ujar Pak Iskandar selaku sekretaris Kecamatan Babakan Madang.Â
Bapak Iskandar menyatakan bahwa perihal bantuan yang diberikan oleh pemerintah sejauh ini baru bantuan sosial itupun tidak menyasar secara langsung kepada pemilik rumah panggung melainkan menyesuaikan data yang dimiliki pihak desa terkait rumah tangga yang membutuhkan baik itu pemilik rumah panggung maupun bukan. Dalam wawancara bersama sekretaris kecamatan Babakan madang juga diketahui bahwa sebenarnya dari pihak pemerintah ada keinginan untuk menjadikan rumah panggung ini salah satu bagian dari rencana desa wisata di Desa Bojong Koneng namun melihat fakta dilapangan bahwa rumah panggung masih perlu perhatian khusus maka sejauh ini destinasi wisata di Desa Bojong Koneng baru di ranah keindahan alamnya saja.Â
Hasil dari diskusi mendalam bersama pihak kecamatan yang telah dilaksanakan menyambut baik. Pihak kecamatan sangat menunggu dan menyambut dengan baik terhadap hasil kajian yang harapannya dapat ditindaklanjuti sebagai masukan-masukan untuk dijadikan sebagai policy brief.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H