Mohon tunggu...
Adinda Riski Oktasari
Adinda Riski Oktasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Sistem Moneter Internasional: Studi Kasus Krisis Moneter Asia 1997

29 Maret 2024   12:10 Diperbarui: 29 Maret 2024   12:20 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era globalisasi seperti saat ini, kegiatan ekonomi di dunia semakin mengalami keterhubungan dan ketergantungan. Hal ini menyebabkan sistem moneter internasional menjadi salah satu hal yang penting dalam kegiatan ekonomi internasional. Sistem moneter internasional adalah sebuah sistem yang mengatur transaksi pembayaran dan nilai tukar antara negara-negara di dunia. Sistem ini memungkinkan negara-negara untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi, seperti perdagangan barang dan jasa, investasi, serta pembayaran lintas batas negara.

Sistem moneter internasional memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi internasional. Tanpa sistem ini, kegiatan ekonomi antar negara akan terhambat dan menjadi tidak efisien. Sistem moneter internasional membantu memastikan konversi mata uang antar negara, menetapkan nilai tukar, serta menyediakan mekanisme penyelesaian pembayaran perdagangan internasional. Selain itu, sistem moneter internasional membantu menjaga stabilitas ekonomi global, mengawasi fluktuasi nilai tukar, hingga memberikan dukungan keuangan dalam situasi krisis.

Walaupun sistem moneter internasional berperan penting dalam kegiatan ekonomi internasional, sistem moneter internasional juga memiliki tantangan dalam penerapannya. Salah satu tantangan utama dalam sistem moneter internasional adalah fluktuasi nilai tukar mata uang. Perubahan yang tiba-tiba dan signifikan dalam nilai tukar dapat menciptakan ketidakpastian bagi pelaku bisnis dan investor, serta mengganggu stabilitas ekonomi negara-negara di dunia. Selain itu, faktor-faktor seperti spekulasi pasar, ketidakseimbangan perdagangan, dan intervensi pemerintah dalam pasar valuta asing juga menyebabkan ketidakstabilan ini.

Salah satu contoh fluktuasi nilai tukar mata uang yang memicu krisis ekonomi adalah Krisis Moneter Asia 1997. Pada saat itu, sektor keuangan di negara-negara Asia seperti Thailand, Indonesia, Filipina, dan Korea Selatan mengalami krisis hebat. Krisis ini bermula ketika pemerintah Thailand membuat kebijakan yang membiarkan baht mengambang bebas setelah sebelumnya diikat oleh dolar AS. Keputusan ini membuat investor kehilangan kepercayaan pada mata uang baht, yang menyebabkan serangan spekulatif terhadap mata uang baht. Situasi ini menyebabkan pemerintah Thailand kehabisan devisa untuk mempertahankan nilai tukar baht. Kondisi ini menyebabkan baht mengalami depresiasi dan Thailand masuk ke dalam kondisi krisis. Krisis ini kemudian menyebar ke negara-negara lain di Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan.

Krisis Moneter Asia 1997 disebabkan oleh beberap faktor. Salah satu faktor utama penyebab krisis moneter Asia 1997 adalah fenomena "hot money bubble" atau gelombang uang panas. Para investor yang mencari keuntungan cepat tertarik oleh suku bunga yang tinggi di negara-negara Asia, dan sebagai hasilnya, mengalirkan modal besar-besaran ke kawasan tersebut dalam waktu singkat. Namun, ketika kondisi ekonomi global berubah secara mendadak, terjadi penarikan tiba-tiba dari dana spekulatif tersebut Hal ini menyebabkan kolapsnya gelembung uang panas dan memicu krisis moneter di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, keputusan pemerintah Thailand untuk mengambangkan mata uangnya, baht, menjadi faktor lain yang memperparah situasi. Hal ini menyebabkan mata uang baht mengalami depresiasi. Kondisi keuangan yang rapuh, ditandai dengan defisit current account dan utang luar negeri yang tinggi, membuat Thailand kesulitan mempertahankan nilai mata uangnya. Krisis menyebar cepat ke negara-negara tetangga, menciptakan dampak ekonomi yang signifikan, termasuk penurunan tajam pada nilai mata uang, pasar saham, dan harga aset.

Fluktuasi nilai tukar mata uang merupakan salah satu faktor utama yang memicu terjadinya krisis Moneter Asia 1997. Saat investor kehilangan kepercayaan pada mata uang suatu negara, mereka cenderung menarik modal mereka secara tiba-tiba dan menyebabkan depresiasi nilai mata uang pada negara tersebut. Krisis Moneter Asia 1997 menunjukkan betapa rentannya negara-negara terhadap gangguan eksternal yang mempengaruhi nilai tukar mata uang mereka. Selain itu, Krisis Moneter Asia 1997 memberikan pelajaran yang berharga tentang pentingnya stabilitas nilai tukar mata uang dalam menjaga kestabilan ekonomi suatu negara dan kawasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun