Budaya patriarki muncul di banyak negara, tak terkecuali di Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “patriarki adalah perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu”.
Perempuan hanya dikaitkan dengan pekerjaan rumah seperti contohnya memasak, menyapu, dan lain sebagainya. Banyak dari perempuan yang tidak boleh melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas karena pandangan orang tua yang menganggap bahwa kelak di masa depan perempuan akan bekerja di dapur, untuk apa bersekolah tinggi-tinggi. Bahkan banyak dari orang tua mengatakan biaya yang digunakan untuk menempuh pendidikan lebih baik digunakan sebagai bekal biaya untuk menikah muda saja.
Tidak adanya kesetaraan gender membuat perempuan memiliki akses yang terbatas mengenai pendidikan sehingga kasus kemiskinan pada perempuan semakin meningkat. Peran perempuan di kehidupan politik seringkali diabaikan, pendapat mereka tidak pernah didengar. Laki-laki seolah-olah mendapat peran penting dalam segala persoalan yang ada.
Hukum di Indonesia masih bisa dikatakan sebagai hukum yang lemah. Peraturan perundang-undangan mengenai perempuan telah ada, namun implementasinya belum sepenuhnya ditegakkan.
Berdasarkan hasil analisis penulis mengenai pandangan generasi muda terhadap budaya patriarki di Indonesia dapat disimpulkan bahwa beberapa responden yang berusia 17-25 tahun masih beranggapan bahwa laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Terbukti bahwa budaya patriarki masih tertanam dalam diri.
Generasi muda merupakan agent of change yang kelak akan mengubah keadaan bangsa Indonesia ke depannya. Generasi muda diharapkan untuk paham tentang konsep kesetaraan gender agar dapat mengubah pola pikir manusia mengenai peran laki-laki serta perempuan.
