Setiap perkembangan atau pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pasti diikuti oleh eksternalitas. Sebelum masuk pada topik pembahasan utama, sebaiknya kita mengetahui dan memahami terlebih dahulu apa itu eksternalitas dan apa saja bentuk -- bentuk eksternalitas.Â
Menurut Fisher (1996) eksternalitas terjadi bila suatu aktivitas pelaku ekonomi (baik produksi maupun konsumsi) mempengaruhi kesejahteraan pelaku ekonomi lain dan peristiwa yang ada terjadi di luar mekanisme pasar.Â
Secara sederhana eksternalitas adalah dampak yang ditimbulkan akibat dari tindakan suatu pihak terhadap pihak lain yang dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif dalam kehidupan masyarakat.Â
Eksternalitas memiliki dua macam bentuk, yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah keuntungan terhadap pihak ketiga selain pembeli atau penjual barang atau jasa yang tidak direfleksikan dalam harga, sedangkan eksternalitas negatif adalah biaya terhadap pihak ketiga selain pembeli dan penjual pada suatu macam barang yang tidak direfleksikan dalam harga pasar.Â
Topik yang akan kita bahas kali ini adalah eksternalitas pada pembangunan BeeJay Bakau Resort. Â Seiring dengan berjalanannya waktu, kota -- kota yang ada di Indonesia semakin berkembang. Salah satunya adalah hutan bakau yang ada di kota Probolinggo. Berkat 3 pemuda brilian yang bernama Benjamin Mangitung, Justinus Tan, dan Juda Mangitung tempat ini berubah menjadi salah satu destinasi wisata favorit yang terletak di kota Probolinggo dan diberi nama BeeJay Bakau Resort. BeeJay Bakau Resort merupakan sebuah tempat wisata hutan mangrove atau bakau yang ada di kota Probolinggo. BeeJay Bakau Resort atau yang biasa disebut BJBR dibangun pada tahun 2012. Ketiga pemuda ini tergerak untuk menata hutan bakau karena kondisinya rusak serta banyak sampah yang menumpuk dan berbau busuk di muara Kali Banger tersebut.Â
Benjamin Mangitung adalah pengusaha lokal yang berinvestasi untuk mengubah kawasan seluas 89 hektar itu menjadi tempat wisata berbasis hutan bakau. Sekitar 15 hektar telah mereka manfaatkan hingga saat ini, menambah fasilitas wisata tanpa menebang pohon bakau yang ada. Sedangkan sisanya masih dibiarkan seperti semula.Â
"Tantangannya tidak hanya soal sampah, tetapi juga bagaimana mengembangkan Kawasan ekowisata bakau tanapa merusak tanaman yang sudah ada", ujar Benjamin. Untuk mewujudkan ide tersebut BeeJay Bakau Resort membangun jembatan yang terbuat dari kayu dengan mengikuti alur pohon bakau yang sudah ada.Â
BeeJay Bakau Resort membangun jembatan sepanjang 700 meter dengan mengikuti alur pohon bakau yang ada. Hal ini bertujuan agar tidak merusak pohon - pohon yang sudah ada, jadi jembatan tersebut dibuat menyesuaikan alur hutan bakau yang sudah ada. "Ketika ada titik yang tidak ada pohon bakaunya, maka di sana dipasang penyangga", kata Benjamin.Â
Dengan melewati jembatan itu, para wisatawan bisa menikmati keindahan alam dan mengenal ekosistem yang ada disana. Tak lupa juga, Benjamin bersama teman - temannya membuat restoran tepi laut dan bungalow sebagai tempat menginap para wisatawan yang ingin bermalam disana. Â
Penginapan tersebut terbuat dari kayu kelapa, dengan begitu hutan bakau akan tetap terjaga dan para wisatawan juga bisa menikmati keindahannya. Desain yang dibuat sangatlah unik, maka dari itu tempat ini sangat cocok untuk dijadikan objek fotografi.Â
Di BeeJay Bakau Resort ini juga terdapat banyak  fasilitas hiburan, seperti sepeda gantung, bioskop mini, gembok cinta, dan masih banyak lagi.Â