Mohon tunggu...
Adinda Nurul Aini
Adinda Nurul Aini Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember NIM : 191910501003

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Keterkaitan Teori Lokasi Industri dengan Agroindustri Tebu Jember

22 Maret 2021   03:19 Diperbarui: 22 Maret 2021   05:33 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara maritim karena sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan. Selain dikenal sebagai negara maritim, Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk di Indonesia bekerja di sektor pertanian atau memiliki mata pencaharian sebagai petani. Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak sumber daya alam, baik di darat maupun di perairan. Hasil tani di Indonesia berupa beras, tembakau, kelapa sawit, singkong, kopi, karet, tebu, dan masih banyak lagi.

Sektor pertanian di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan perekonomian. Kini sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang harus terus ditingkatkan untuk menyokong pembangunan ekonomi daerah.  Selain itu, saat ini pembangunan ekonomi bergeserdari pertanian ke sektor industri. Industry yang menglah hasil-hasil pertanian menjadi produk olahan disebut agroindustri.

Agroindustri merupakan industri yang memproses hasil pertanian sebagai bahan baku. Sedangkan menurut Soekartawi (2000) membagi pengertian agroindustri dalam dua hal, yang pertama yaitu agroindustri sebagai industri yang berbahan baku utama dari produk pertaian dan yang kedua yaitu agroindustry sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan pembangungan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Agroindustri bertujuan sebagai sarana peningkatan nilai tambah, meningkatkan lapangan pekerjaan, memperluas pasar bagi produk pertanian, dan menunjang usaha peningkatan pendapatan serta kesejahteraan petani.

Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan hanya tumbuh di daerah yang memiliki iklim tropis. Nama latin tebu yaitu Saccharum officinarum Linn. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang pertumbuhannya sangat bergantung dengan iklim. Jika iklim tempat tanaman tebu ini buruk, maka akan berpengaruh pada kualitas tanaman yang menyebabkan kualitas tanaman menurun. Tanaman tebu dapat tumbuh di seluruh Indonesia utamanya berada di pulau Jawa dan Sumatra. Salah satu penghasil tebu di pulau Jawa berada di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten Jember merupakan daerah yang memiliki kekayaan alam. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Jember berpeluang menjadi kota industri berbasis agraris. Kabupaten Jember juga memiliki kondisi geografis yang sangat subur yang menyebabkan komoditi pertanian dan perkebunan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini. Kabupaten Jember dikenal dengan komoditas tembakau dan kopinya. Selain dikenal dengan komoditas tembakau dan kopi, Kabupaten Jember juga memiliki salah satu komoditas unggulan yaitu tebu yang sudah terkenal di daerah Kabupaten Jember maupun di daerah lainnya bahkan di seluruh Indonesia. Dalam mengembangkan hasil holtikultura, para petani menjain kemitraan dengan pabrik sebagai perantara untuk memasarkannya. Contohnya seperti hasil panen tebu disetor ke pabrik-pabrik untuk dijadikan gula. Di Kabupaten Jember sendiri, terdapat Pabrik Gula Semboro (PG Semboro) yang terletak di Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember. Terdapat dua jenis tebu yang diolah oleh Pabrik Gula Semboro (PG Semboro), yaitu Tebu Sendiri (TS) dan Tebu Rakyat (TR). Tebu Sendiri (TS) artinya tebu yang diolah berasal dari wilayah Kabupaten Jember, sedangkan Tebu Rakyat (TR) artinya tebu yang diolah berasal dari wilayah lain di luar Kabupaten Jember. Tebu Rakyat (TR) di Pabrik Gula Semboro (PG Semboro) sendiri, salah satunya yang terbesar berasal dari Kabupaten Lumajang.  Agroindustri tebu ini tentunya memiliki potensi yang sangat besar bagi masyarakat di sekitarnya, contohnya dapat memperluas lapangan pekerjaan yang tentunya memberi peluang kerja kepada masyarakat. Selain itu, adanya agroindustri ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Berdasarkan gambaran umum dari studi kasus di atas tentunya akan timbul pertanyaan-pertanyaan. Apakah harga jual gula yang tebunya berasal dari daerah Jember sama dengan harga jual gula yang tebunya berasal dari luar daerah Jember? Jawabannya tentu tidak sama, harga jual gula yang tebunya berasal dari daerah sendiri atau daerah Jember tentunya lebih murah daripada dengan harga jual gula yang tebunya berasal dari luar daerah Jember. Mengapa demikian? Hal tersebut berkaitan dengan teori lokasi industri yang dikemukakan oleh Alfred Weber. Weber mengungkapkan bahwa faktor penentu lokasi industri digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor regional dan faktor aglomerasi/deglomerasi. Yang pertama faktor regional, terdapat dua faktor umum regional yang mempengaruhi biaya produksi, yaitu biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Yang kedua adalah faktor aglomerasi/deglomerasi, faktor aglomerasi merupakan adanya faktor-faktor seperti tersedianya fasilitas pendidikan berupa sekolah yang dapat melatih tenaga kerja, adanya fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, dan fasilitas-falitas pendukung lainnya yang membuat terjadi pemusatan industri pada lokasi tertentu. Sedangkan deglomerasi merupakan faktor yang menyebabkan suatu industri atau pabrik meninggalkan lokasi tertentu yang disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang baik atau kurang terampil, tingginya biaya operasional, dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan teori tersebut, agroindustri tebu digolongkan ke dalam industri weight losing, artinya produk yang dihasilkan dari suatu industri berupa gula lebih ringan daripada berat bahan bakunya yang berupa tebu. Pada industri weight losing ini sumber bahan baku harus dekat dengan lokasi pabrik. Hal tersebut dikarenakan biaya transportasi bahan baku akan lebih mahal dibandingkan dengan biaya transportasi hasil produksi menuju pasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun