Mohon tunggu...
Adinda Nur Atiqah
Adinda Nur Atiqah Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya mahasiswi (:

A student of geography

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Framing Text (Kewirausahaan) di Kota Tasikmalaya : Kewirausahaan yang Menjaga Warisan Budaya

11 September 2024   12:00 Diperbarui: 11 September 2024   12:04 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tasikmalaya, salah satu kota yang terletak di jantung Jawa Barat. Kota tasikmalaya ini di kenal dengan sebagai orang sebagai Kota Santri, padahal sebenarnya Kota Tasikmalaya ini bukan hanya di kenal sebagai Kota Santri saja loh, Kota Tasikmalaya ini juga dapat di kenal dengan kota yang dapat memadukan keindahan budaya dengan semangat kewirausahaan. Di balik tenangnya suasana pedesaan dan keramahan masyarakatnya, Tasikmalaya menyimpan berbagai kekayaan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun dan kini menjadi kekuatan ekonomi lokal yang menginspirasi.

Kota Tasikmalaya ini menjadi rumah bagi berbagai jenis usaha tradisional yang tidak hanya menjadi simbol kebanggaan lokal, tetapi juga telah merambah pasar global. Yang di mulai dari produk kerajinan tangan yang melegenda hingga kuliner khas yang menggugah selera, kota ini mampu menampilkan simfoni kreativitas yang memukau. KotaTasikmalaya juga mampu menjadi Kota yang menyelaraskan antara tradisi dan inovasi. Di tengah tantangan zaman, semangat kewirausahaan masyarakatnya terus berkobar, menjaga warisan budaya sekaligus menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan.

Berikut hasil Framing Text dari Media Massa dan juga Jurnal :

Dari hasil Framing Text tersebut dapat kita liat bahwa jenis kewirausahaan yang berada di Kota Tasikmalaya sebagai Berikut :

  • Payung Gelius

Payung Geulis merupakan salah satu kerajinan tradisional yang menjadi ikon Kota Tasikmalaya. Diperkenalkan oleh Raden Suria Kusumah pada abad ke-18, Payung Geulis awalnya dibuat sebagai alat pelindung dari panas matahari dan hujan. Payung ini dibuat menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu dan kertas, dan dihiasi dengan motif-motif alam yang indah seperti bunga, daun, dan burung. Pewarnaan yang digunakan juga berasal dari pewarna alami, menjadikannya produk ramah lingkungan. Payung Geulis tidak hanya dikenal karena fungsinya, tetapi juga karena keindahannya yang artistik. Produk ini menggambarkan kekayaan budaya Tasikmalaya dan kini telah menjadi suvenir populer bagi wisatawan, serta simbol warisan budaya lokal.

  • Anyaman Mendong

Anyaman mendong adalah salah satu produk kriya unggulan dari Tasikmalaya. Mendong adalah sejenis tumbuhan yang diolah dan dianyam menjadi berbagai produk, seperti tikar, kotak tisu, hingga dekorasi dinding. Di awal 2000-an, produk ini sempat meredup karena persaingan dengan produk-produk plastik. Namun, dengan dukungan dari berbagai pihak seperti Bank Indonesia dan inovasi dari para pengrajinnya, kerajinan mendong berhasil bangkit dan menembus pasar ekspor. Anyaman mendong kini menjadi produk yang dicari baik di dalam negeri maupun di luar negeri karena nilai seni dan fungsi praktisnya. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan dan inovasi yang dilakukan para pengrajin sangat efektif dalam meningkatkan daya saing produk

  • Kelom Gelius

Kelom Geulis merupakan produk sandal kayu khas Tasikmalaya yang dihiasi dengan ukiran-ukiran tradisional. Kata "kelom" berasal dari kata Belanda "kelompen," yang berarti sandal kayu. Sejak diperkenalkan pada tahun 1950-an di wilayah Gobras (kini Dusun Rahayu), sandal ini terus berkembang dan menjadi ikon fesyen lokal yang diminati tidak hanya oleh masyarakat Tasikmalaya, tetapi juga oleh konsumen internasional. Kelom Geulis terkenal karena desainnya yang cantik dan unik, dengan motif ukiran seperti bunga dan barong. Produk ini tidak hanya digunakan sebagai alas kaki sehari-hari, tetapi juga sering dipakai dalam acara-acara formal, menambah kesan elegan dan tradisional.

  • Gamparani

Gamparani adalah alas kaki kayu yang lebih sering digunakan oleh pria dalam situasi non-formal. Berbeda dengan Kelom Geulis yang lebih ditujukan untuk wanita dan digunakan dalam acara formal, Gamparani memiliki desain yang lebih sederhana dan fungsional. Alas kaki ini juga diukir dengan motif yang tidak terlalu rumit, namun tetap mencerminkan kekayaan budaya Tasikmalaya. Walaupun kurang dikenal dibandingkan dengan Kelom Geulis, Gamparani tetap menjadi bagian penting dari warisan kerajinan tangan Tasikmalaya yang menawarkan keseimbangan antara fungsi dan estetika,

  • Bordir Tasikmalaya

Bordir Tasikmalaya adalah salah satu jenis kerajinan tangan yang sudah dikenal luas. Produk bordir dari Tasikmalaya terkenal karena motifnya yang halus dan rumit, biasanya berupa motif flora dan fauna yang terinspirasi dari alam sekitar. Bordir ini sering diaplikasikan pada kain tradisional, pakaian, dan berbagai produk tekstil lainnya, menjadikannya produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, bordir Tasikmalaya memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bordir dari daerah lain karena lebih menonjolkan detail dan ketelitian dalam setiap motifnya.

  • Batik Tasikmalaya

Batik Tasikmalaya juga merupakan jenis kerajinan tangan yang mencerminkan kekayaan budaya lokal. Batik Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dalam penggunaan motif flora dan fauna serta ikon budaya seperti Payung Geulis dan Kelom Geulis. Motif-motif ini tidak hanya mencerminkan keindahan alam Tasikmalaya, tetapi juga memiliki makna filosofis yang dalam. Warna-warna yang digunakan dalam batik Tasik, seperti coklat, putih, dan hitam, memiliki simbolisme tersendiri yang menggambarkan kesederhanaan, kesucian, dan kewibawaan. Batik Tasikmalaya terus berkembang dan menjadi produk yang diminati di pasar lokal dan internasional.

  • Nasi Tutug Oncom

Nasi Tutug Oncom adalah kuliner khas Tasikmalaya yang terbuat dari nasi yang dicampur dengan oncom, bahan makanan hasil fermentasi kedelai. "Tutug" dalam bahasa Sunda berarti ditumbuk, sesuai dengan proses pembuatan hidangan ini, di mana oncom ditumbuk dan dicampur dengan bumbu seperti kencur, bawang merah, dan bawang putih sebelum dicampur dengan nasi. Awalnya, Nasi Tutug Oncom adalah makanan rakyat kecil pada era 1940-an, namun kini telah menjadi hidangan populer yang dinikmati oleh berbagai kalangan. Hidangan ini biasanya disajikan dengan sambal goang dan lauk sederhana seperti ayam goreng atau lalapan.

  • Cilok Goang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun