Mohon tunggu...
Adinda Nazma Nurramadhani
Adinda Nazma Nurramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hobi: membuat popcorn

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Konsep Diri Positif dan Negatif: Refleksi dari Pengalaman pada Seorang Remaja

17 Desember 2024   23:24 Diperbarui: 17 Desember 2024   23:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Observasi Wawancara (Sumber: Dokumen Pribadi)

Konsep diri adalah gambaran yang kita miliki tentang diri kita sendiri, yang terbentuk dari pengalaman, perasaan, dan cara kita melihat diri kita dalam berbagai aspek kehidupan. Setiap orang memiliki pengalaman yang unik, dan hal ini tercermin dalam cara mereka membangun dan mengelola konsep diri, baik positif maupun negatif. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana seorang remaja, Nurmaidah Istiqomah, membangun konsep diri positif dan menghadapinya dengan tantangan-tantangan yang datang.

Konsep Diri Positif: Kepercayaan Diri yang Menyala

Nurmaidah Istiqomah, seorang siswi kelas 10 SMA Triguna Utama yang kini berusia 16 tahun, menggambarkan dirinya sebagai seorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik, terutama dalam berkomunikasi. Kepercayaan diri ini membuatnya nyaman berbicara di depan banyak orang dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Namun, meskipun memiliki kemampuan berbicara dengan lancar, Nurmaidah juga menghadapi tantangan besar dalam mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Seperti yang dia sebutkan, dia sering kali terjebak dalam "overthinking" atau berpikir berlebihan, yang membuatnya sulit untuk menyuarakan apa yang sebenarnya dia rasakan.

Meskipun terkadang merasa sendirian, Nurmaidah berhasil mengatasi perasaan tersebut dengan membuka diri kepada teman-teman, guru, dan keluarga. Dengan cara ini, dia menyadari bahwa ketakutannya terhadap penilaian orang lain adalah hasil dari kecemasannya sendiri. Ini menunjukkan bahwa konsep diri yang sehat tidak hanya dibentuk oleh persepsi orang lain, tetapi juga oleh kemampuan untuk mengenali dan mengatasi ketakutan internal.

Untuk tetap optimis di tengah tantangan hidup, Nurmaidah mengandalkan sikap positif dan kebaikan hati. Dia berusaha selalu tersenyum dan berbuat baik kepada orang lain meskipun dirinya sedang menghadapi kesulitan. Menurutnya, memfokuskan diri pada mimpi dan tujuan hidup yang ingin diwujudkan adalah cara terbaik untuk menjaga semangat hidup. Ini menunjukkan bahwa memiliki tujuan yang jelas dapat memberikan motivasi untuk tetap berjalan meskipun hidup penuh dengan rintangan.

Dalam menghadapi konflik, Nurmaidah memilih untuk berpikir lebih dalam dan merenungkan masalah dengan kepala dingin. Dia lebih memilih menyelesaikan masalah secara langsung dengan pihak terkait, tanpa melibatkan orang lain yang tidak berkepentingan. Selain itu, dia juga mempraktikkan sikap memaafkan untuk menghindari kebencian yang bisa memperburuk situasi. Ini mencerminkan kedewasaan dalam mengelola emosi dan menjaga hubungan interpersonal yang sehat.

Penting juga untuk melihat bagaimana Nurmaidah memandang kekurangannya dengan cara yang positif. Dia berusaha untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain, dan selalu ingat bahwa dirinya memiliki hal-hal yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dari memiliki banyak teman hingga kemampuan untuk menikmati waktu sendirian di tengah tekanan sosial, dia menyadari bahwa kebahagiaan datang dari dalam diri.

Konsep Diri Negatif: Tantangan dalam Menerima Kekurangan

Meskipun memiliki banyak kekuatan dalam dirinya, Nurmaidah juga menghadapi tantangan yang membentuk konsep diri negatif. Salah satu hal yang membuatnya merasa kurang dihargai adalah jarangnya mendapatkan pujian atau hadiah atas prestasi yang dicapainya. Hal ini sering kali membuatnya merasa bahwa usahanya tidak cukup dihargai oleh orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, meskipun memiliki kepercayaan diri dalam banyak aspek, Nurmaidah mengakui bahwa ada kalanya dia merasa kurang percaya diri, terutama terkait dengan penampilannya. Dia merasa tidak percaya diri jika pakaian yang dikenakan tidak sesuai dengan tubuhnya atau ketika teman-temannya lebih memilih untuk bergaul dengan orang lain. Perasaan ini mencerminkan bagaimana pandangan kita terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti penampilan atau hubungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun