Mohon tunggu...
Adinda Melanita
Adinda Melanita Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS AIRLANGGA

Saya merupakan mahasiswa program studi S1 Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Saya merupakan mahasiswa yang memiliki ke ingin tahuan tinggi, bertanggung jawab dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pengusiran Hujan, Mitos atau Fakta?

10 Juni 2022   07:20 Diperbarui: 10 Juni 2022   07:22 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral. Sumber ilustrasi: PIXABAY/ktphotography

Pertandingan MotoGP tahun 2022 yang diselenggarakan di Mandalika, Desa Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, tidak lepas dari radar atensi publik, karena kejadian pengusiran hujan oleh Rara Isti Wulandari, yang tak lain adalah pawang hujan. Banyak warga Indonesia yang berkomentar mengenai kejadian tersebut, sebagian mengatakan bangga karena memperkenalkan budaya tradisional Indonesia di ajang balap bergengsi, namun tak sedikit juga yang mengatakan jika hal tersebut memalukan dan kuno. Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga ikut memberikan komentar mengenai kejadian tersebut, “Ini bagian dari atraksi kearifan lokal, budaya yang bisa menjadi daya tarik tersendiri, tapi tentunya Allah SWT yang berkehendak balapan tertunda satu jam dan bisa terlaksana, ini jadi momen yang berkesan bukan hanya pembalap tapi juga masyarakat Indonesia” ujarnya, dikutip dari keterangan resmi, Senin.

Menurut BMKG, berhentinya hujan pada saat MotoGP 2022, bukan karena adanya pawang hujan yang melakukan ritual pengusiran hujan, tetapi karena durasi hujan yang sudah dijabarkan dalam perkiraan cuaca BMKG. “Kalau dilihat prakiraan lengkap di tanggal itu memang selesai di jam itu. Kira-kira jam 16.15 itu sudah selesai, tinggal rintik-rintik itu bisa dilakukan balapan kalua dilihat dari prakiraan nasional analisis dampak yang kita miliki BMKG” jelas Guswanto, BMKG sendiri sudah memperkirakan akan terjadi hujan di Mandalika pada 17-20 Maret 2022, dan adanya hujan petir juga sudah diprediksi aka nada pada tanggal 20 Maret 2022.

Akurasi analisis mengenai terjadinya hujan sebesar 83,3 persen, bahkan akurasi untuk turun hujan petir pada hari Minggu, 22 Maret 2022 mencapai 100 persen. I Putu Sumiana, selaku coordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Zainuddin Abdul Madjid, Lombok, Mengatakan jika pihaknya tidak bisa meyakini apakah pawang hujan sungguh-sungguh bisa membuat hujan berhenti ataupun datang, karena belum ada teknologi ataupun ilmu yang membuktikan hal tersebut

Peristiwa pengusiran hujan tersebut merupakan hal supranatural yang tidak bisa dihilangkan dari masyarakat Indonesia. Namun ternyata, ritual ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia saja, tetapi juga mancanegara. Media mencatat ritual tolak hujan juga dilakukan oleh rumah mode Prancis pada tahun 2018, begitu juga majalah Vogue yang mengatakan jika brand Louis Vuitton mempekerjakan pawang hujan dari Brasil pada saat melakukan penyelenggaraan peragaan busana di Rio de Janeiro, Brasil dan Kyoto, Jepang.

Ritual pengusiran hujan dilakukan dengan membawa benda/objek ritual tertentu. Apabila tidak terpenuhi, maka ritual tidak akan berhasil. Hal tersebut dilakukan agar makhluk-makhluk halus di atas kekuatan manusia tidak mengganggu, dengan pemberian makanan secara simbolik kepada roh halus, diharapkan roh tersebut akan jinak, dan mau membantu hidup manusia (Endaswara, 2003b:195) bantuan yang diharapkan yaitu untuk memanggil atau menolak hujan

Dalam buku Drawings of Balinese Sorcery, Hooykaas (1980:45) mengklasifikasikan jika tolak hujan dan pengujanan panggil hujan dalam kategori keeping watch, change and defence, atau penjaga, pengubah, dan bela diri. Tolak hujan dipadankan dengan the art of clearing the sky sedangkan panggil hujan dipadankan dengan the art of making wind and rain. Mantra tolak hujan dan panggil hujan merupakan gabungan mantra dan sarana teks, seperti sajen dan rerajahan gambar yang di dalamnya terdiri dari huruf dan figur.

Figur Bhatara Yama yang merupakan dewa penguasa surga batas akhir hidup digunakan untuk menolak hujan, sedangkan untuk mengundang hujan dapat menggunakan rajagan Bhatara Guru, Bhatara Wisnu, Hanoman kera putih, atau Bhima yang merupakan salah satu dari Pandawa lima. Ritual ini dilakukan dengan puasa mutih, atau hanya dengan makan nasi tanpa garam dan minum air putih selama tiga hari. Pawang hujan akan datang ke lokasi, tiga hari sebelum acara dilakukan untuk mengikat sepasang janur, dan menggunakan sapu lidi yang dipasang terbalik dengan ujungnya dipasang bawang merah, bawang putih, dan cabai.

Di jepang, untuk menolak hujan menggunakan boneka Teru-teru bōzu, atau boneka putih yang digantung di jendela, dan terbuat dari kertas atau kain putih. Boneka ini merupakan jimat yang diyakini mempunyai kekuatan ajaib yang bisa mendatangkan cuaca cerah dan untuk menghentikan atau mencegah hujan. Dalam Bahasa jepang, teru merupakan kata kerja yang berarti “bersinar” atau “cerah”, dan bōzu berarti bhiksu

Pengusiran hujan oleh pawang hujan masih belum bisa dibuktikan secara sains, namun telah ada sejak jaman dahulu dan dipercaya oleh para leluhur, dan tidak hanya ada di Indonesia, melainkan di beberapa negara juga menggunakan pawang hujan. Kepercayaan terhadap pawang hujan merupakan hak individu masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun