Lima tahun sudah aku berada di salah satu universitas terbaik di Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Saat ini aku terdiam di balkon melihat sekumpulan manusia dengan wajah ceria nan penuh lega dengan memakai selempang bertuliskan, officially S.Ars.
Teringat masa-masa yang indah bagiku, saat pertama kali kuinjak kampus ini dengan mudahnya. Saat aku masih aktif mengikuti berbagai kegiatan kuliah, organisasi dan menikmati masa-masa senggang lainnya.
Tak pernah ku sangka bahwa hidupku akan menemui rintangan sulit yang sedangkan hal tersebut aku pilih sendiri.Â
Empat tahun yang lalu, aku mengamati wajah penuh beban teman-teman SMAku. Aku memantau dengan tangan bersedekap di dada dan penuh rasa percaya diri.Â
Tiba-tiba temanku berkeluh-kesah, "aku bingung mau melanjutkan alur hidupku kemana," katanya dengan raut wajah gelisah. "Kok wajahmu masih bisa ceria?" tambahnya heran.
"Aku tak mengenal kata gelisah, pilihanku sih sudah mantap memilih UGM sebagai masa depanku,"
"Kamu yakin memilih itu? Saingannya kan juga banyak," protesnya.
"Kenapa harus takut? Sudah pasti lah aku diterima. Secara aku kan siswa berprestasi. Aku pasti lulus tepat waktu, mendapat IPK tinggi, menjadi asdos dan lulus cumlaude," jawabku dengan mantap. "Memangnya kamu mau pilih kampus apa?" tanyaku.
"Nggak tau sih, rencananya mau UIN. Yang penting kampus negeri."
"Oh UIN. Ya sudah semoga berhasil." Jawabku dengan seadanya.
Semua masukan orang lain terhadapku hanya masuk kuping kanan dan membiarkannya keluar ke kuping kiri.