Sahabatku pernah mengatakan kata-kata ini :
"Don't trust too fast. Because actually, feelings can change so sudden"
Aku hanya menatapnya lekat-lekat, dan di detik setelahnya hanya tawa yang bisa aku berikan sebagai balasan dari kata-katanya.
Seakan aku paham benar tentang hal itu. Seakan suatu saat aku akan benar-benar percaya pada seseorang lalu ia berubah secara tiba-tiba dan meninggalkanku begitu saja. Hahaha betapa lucunya. Itulah mengapa aku tertawa setelah mendengarnya.
6 tahun berlalu, dan kata-katanya masih saja terngiang di dalam benakku. Kata-kata yang benar-benar membuatku takut untuk percaya terlalu dalam kepada seseorang.Â
Hingga datanglah hari itu. Hari yang belum pernah kuduga akan terjadi. 'Lelaki baru' kembali datang kedalam kehidupanku. Semuanya berawal dari canda tawa hingga berubah menjadi sebuah perasaan nyaman terhadap satu sama lain. Dia perhatian. Sangat perhatian. Posesif? tidak juga. Karena kami cukup tahu bahwa kami hanyalah teman bagi satu sama lain.Tidak lebih.
Kemudian, hari demi hari berjalan dengan biasa. Tapi kali ini, semuanya berjalan terlalu biasa. Seakan aku kembali di kehidupanku yang biasa dan tak pernah mengenal sosok 'lelaki baru' itu. Seakan kita tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya. Aku tak ingin mengatakan hal ini, namun kenyataannya sungguh sangat jelas. Bahwa ia telah berubah.
Yap, secepat itu. Aku kerap memikirkan tentang kesalahan-kesalahanku yang mungkin membuatnya berubah hingga seperti saat ini. Tapi aku tak menemukan letak kesalahanku. Semuanya berjalan mulus-mulus saja. Tidak ada pertengkaran yang terjadi di antara kami. Semuanya baik-baik saja. Dan disaat itu pula aku tersadar, bahwa letak kesalahannya bukan padaku, bukan pada kami, tetapi padanya. Mungkin dia sudah merasa bosan dengan percakapan kami, atau mungkin memang denganku. Tak apa, biar saja dia hanya menjadi salah satu lembar pelajaran lagi untuk hidupku.
Bahwa semuanya terasa begitu benar. Bahwa aku tidak boleh terlalu cepat percaya bahkan hingga merasa nyaman pada seseorang yang masih baru didalam kehidupanku. Karena aku tidak akan pernah tahu kapan hatinya akan berubah dan kemudian meninggalkanku kembali seorang diri secara perlahan.Â
Cukup sudah. Perkataan yang terngiang di pikiranku selama 6 tahun lamanya telah terbukti dengan akuratnya. Terima kasih banyak atas semuanya. Terima kasih telah membuatku percaya terhadap ucapan sahabatku yang rasanya sudah sangat lama. Terima kasih sudah pernah singgah, membuatku percaya, lalu pergi begitu saja. Terima kasih telah kembali menghadirkan rasa trauma seperti yang sebelum-sebelumnya. Pelajaran yang bisa diambil, sama seperti anak kecil yang dinasehati oleh ibunya "Jangan cepat percaya sama orang asing. Kalau kamu dikasih permen, jangan mau. Tolak saja."Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H