Mohon tunggu...
Adinda Kurnia
Adinda Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Makan Bajamba Masyarakat Minangkabau

23 Juni 2021   14:45 Diperbarui: 23 Juni 2021   15:15 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu provinsi yang sangat menjunjung tinggi nilai budaya dan tradisi nenek moyangnya, hal ini membuat Sumatera Barat memiliki ragam tradisi menarik. Salah satu budaya atau tradisi yang ada di Sumatera Barat adalah Makan Bajamba. Makan Bajamba berasal dari dua kata yaitu "Makan" dan "Jamba". Makan secara umum kita ketahui yaitu proses atau kegiatan mengonsumsi sesuatu yang dapat menambah energi, sedangkan Jamba adalah sebuah dulang yang di dalamnya berisi nasi uduk dan lauk-pauk tersusun dengan rapi. Sehingga, makan bajamba atau biasa dikenal dengan makan barapak dapat diartikan sebagai salah satu teknik makan yang unik, dimana dalam kegiatan ini orang-orang akan berkumpul dalam satu ruangan dengan mengelilingi hidangan (makanan yang sudah disediakan).

Pada umumnya, makan bajamba memiliki beberapa jenis tergantung dari daerahnya masing-masing, dimana dalam pelaksanannya menggunakan piring besar atau yang lebih dikenal dengan pinggan sebagai tempat nasi (sepiring nasi biasanya dapat dikonsumsi oleh 4 hingga 7 orang), daun pisang (semua nasi dan lauk akan dituangkan pada daun pisang tersebut), menggunakan bungkus nasi plastik dan ada juga yang menggunakan piring kecil (1 orang 1 piring) kemudian dihidangkan pada sebuah tikar. Makan Bajamba biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu yang memiliki arti sangat dalam bagi masyarakat tersebut, seperti acara adat, acara pernikahan, acara niniak mamak, acara agama, dan beberapa acara penting lainnya. Kegiatan makan bajamba ini memiliki sejarah atau filosofi bagi masyarakat Sumatera Barat, dimana pada awalnya makan bajamba dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari daerah Koto Gadang (pada saat ini dikenal dengan Kabupaten Agam) dengan tujuan untuk meningkatkan silaturrahmi dan keakraban sesama masyarakat, dengan bertemu dan melihat satu sama lainnya yang tentu dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan serta untuk menyamakan kedudukan masyarakat di depan umum.

Dalam proses pelaksanaannya, makan bajamba tidak hanya sekadar makan biasa, akan tetapi ada tata cara yang harus dilakukan. Tata cara yang dilakukan ialah dengan duduk berjajar di hadapan setiap setiap hidangan tanpa menggunakan alat makan (sendok dan garpu), selain itu tata cara makan yang dilakukan konon katanya didasarkan pada hadis dalam ajaran islam, seperti mengambil makanan yang ada di depan atau di hadapan kita, mendahulukan orang tua terlebih dahulu untuk mengambilnya, serta duduk dengan sopan (tidak mengangkat kaki layaknya seperti di kedai). Jenis makanan yang dihidangkan dalam makan bajamba pada umumnya adalah makanan khas Sumatera Barat saat melakukan acara-acara besar seperti rendang, gulai babat, asam padeh, gulai cubadak, dan masih banyak lagi jenis makanan khas lainnya.

Akan tetapi, akhir-akhir ini tradisi Makan Bajamba sudah jarang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya masyarakat Sumatera Barat yang berada di kota (seperti Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuah), hal ini disebabkan karena besarnya pengaruh dari luar yang menyebabkan mereka berasumsi bahwa tradisi Makan Bajamba merupakan kegiatan yang kuno atau tidak mengikuti tren. Namun, untuk di beberapa daerah yang berada di kabupaten atau kecamatan masih melaksanakan tradisi makan bersama ini, karena pengaruh dari luar yang tidak cukup besar.

Sebenarnya tradisi makan bersama anggota masyarakat tidak hanya dilaksanakan di Sumatera Barat saja, akan tetapi daerah-daerah lain juga melaksanakan tardisi yang sama dengan nama  yang berbeda seperti Provinsi Jawa Barat yang disebut dengan istilah Ngaliwet, Provinsi Bali yang dikenal dengan istilah Megibun, dan Provinsi Bangka Belitung dengan istilah Bedulang. Semua kegiatan tersebut hampir sama dengan Sumatera Barat, mereka menggunakan makanan khas asli daerah masing-masing sebagai hidangannya. Namun,  pada ketiga provinsi tersebut kegiatan makan bersama ini juga sudah jarang dilaksanakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun