Di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi, bahasa Indonesia, bahasa pemersatu bangsa kita, tak luput dari berbagai tantangan. Salah satu fenomena menarik yang perlu disorot adalah keberadaan kata dan istilah bahasa Indonesia yang masih asing bagi sebagian masyarakat, bahkan di kalangan penutur aslinya.
Pernahkah Anda menemukan kata seperti "gawaian", "pelayan", "pranala", atau "baper"? Kata-kata ini, meskipun merupakan bagian dari bahasa Indonesia, mungkin masih terasa asing bagi sebagian orang. Fenomena ini seolah menjadi paradoks, di mana bahasa persatuan kita terasa asing di negeri sendiri.
Bahasa, sebagai entitas yang dinamis, memang selalu berkembang dan beradaptasi. Hal ini wajar terjadi, mengingat bahasa merupakan cerminan budaya dan peradaban yang terus bergerak maju. Namun, fenomena bahasa Indonesia yang masih asing ini perlu dicermati lebih dalam, karena dapat menimbulkan berbagai dampak, seperti kesalahpahaman, hambatan perkembangan bahasa, dan melemahnya identitas bangsa.
Mengapa Ada Kata atau Istilah Bahasa Indonesia yang Asing?
Fenomena kata atau istilah bahasa Indonesia yang asing bagi sebagian masyarakat memiliki beberapa akar penyebab, antara lain:
1. Perkembangan Kosakata Baru:
Bahasa Indonesia, seperti bahasa lainnya, terus berkembang dan menyerap kosakata baru dari berbagai sumber, terutama bahasa asing. Kata-kata baru ini, seperti "gawai" (untuk perangkat elektronik), "pelayan" (untuk server), "pranala" (untuk hyperlink), dan "baper" (untuk mudah tersentuh perasaan), mungkin belum familiar bagi semua penutur bahasa Indonesia, terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan atau yang kurang terpapar media massa.
2. Penggunaan Bahasa Gaul dan Istilah Spesifik:
Kaum muda dan komunitas tertentu sering kali menggunakan bahasa gaul dan istilah spesifik yang tidak familiar bagi masyarakat umum. Contohnya, kata "chill" (untuk santai), "spill" (untuk membocorkan informasi), "GOAT" (untuk Greatest Of All Time), "receh" (untuk lucu atau menghibur), dan "bucin" (untuk budak cinta). Hal ini dapat memperkaya kosakata bahasa Indonesia, namun juga dapat menjadi penghalang bagi mereka yang tidak terbiasa dengan istilah-istilah tersebut.
3. Kurangnya Paparan dan Edukasi: