Mohon tunggu...
Adinda Keysha
Adinda Keysha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Fakultas Vokasi Program Studi Bahasa Inggris Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Code-Switching: Tantangan Bahasa di Era Digital

16 Desember 2024   10:59 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:15 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

            Di era digital ini, arus informasi mengalir tanpa pembatas. Budaya asing masuk dan menyebar ke masyarakat luas dengan mudah, hal ini terlihat dari perubahan tren fashion, musik, gaya hidup, hingga bahasa. Generasi muda, yang lahir dan tumbuh bersama era digital, menjadi mayoritas penyerap pengaruh asing ini.

            Masuknya budaya asing yang begitu cepat menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia, negara yang kaya akan keberagaman budaya. Salah satunya adalah tantangan dalam menjaga keutuhan bahasa Indonesia, yang dalam Pasal 36 UUD 1945 ditegaskan sebagai bahasa persatuan dan simbol kedaulatan bangsa, beresiko tergerus keutuhannya akibat dari maraknya penggunaan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda.

            Di masa ini, tentunya kita sudah tidak asing dengan penggunaan percampuran bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam satu kalimat saat sedang berkomunikasi, atau yang disebut sebagai fenomena code-switching.

"Kamu udah submit tugas puisi bahasa Indonesia? Deadline-nya malam ini, lho."

"Aduh, belum nih. Aku masih stuck."

            Apakah percakapan di atas terasa janggal? Mungkin tidak. Justru, ini sudah menjadi hal yang lazim dalam percakapan sehari-hari. Berdasarkan penelitian (Siahaan dkk., 2024), sebanyak 25% remaja di Indonesia menggunakan pencampuran bahasa atau code-switching. Biasanya, ini terjadi karena kita merasa bahwa kata asing dirasa lebih mewakili konteks yang sedang dibicarakan. Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan fenomena code-switching ini terjadi.

            Pertama, pengaruh lingkungan. Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa atau lebih dalam percakapan sehari-harinya akan lebih rentan melakukan code-switching. Hal ini tentunya didasari dari kebiasaan orang tersebut dalam penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari.

            Kedua, paparan media digital. Penggunaan media digital tentunya menjadi hal yang umum di masa ini, terutama di kalangan generasi muda. Paparan media ini dapat mempengaruhi cara seseorang dalam berkomunikasi. Derasnya informasi yang didapat melalui media digital memudahkan kita untuk mengadaptasi hal-hal baru dari luar, termasuk bahasa asing.

            Ketiga, keinginan untuk mengikuti tren. Adanya media digital juga mendorong munculnya istilah-istilah baru dalam suatu bahasa atau yang kita sebut sebagai slang. Sebagai generasi yang aktif dalam penggunaan media digital, generasi muda tentunya dengan mudah menyerap slang asing untuk mengikuti pola komunikasi yang sedang tren saat ini.

            Jika ditinjau kembali berdasarkan alasan-alasan tersebut, sebenarnya fenomena code-switching ini memang suatu hal yang tak terhindarkan. Tuntutan untuk beradaptasi dengan perkembangan di era globalisasi dan era digital, serta sifat bahasa yang dinamis, menjadi alasan lain fenomena ini terjadi.

            Namun, tentunya berbagai pertanyaan muncul dalam benak kita. Sebenarnya, fenomena ini menunjukkan kemampuan kita dalam mempelajari bahasa asing, atau justru ketidakmampuan dalam mempertahankan bahasa nasional? Lalu, jika memang tidak terhindarkan, bagaimana cara kita menghadapinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun