Mohon tunggu...
Adinda DwiSofia
Adinda DwiSofia Mohon Tunggu... Lainnya - Adinda Dwi Sofia

-

Selanjutnya

Tutup

Money

Surplus Neraca Pembayaran: Mungkinkah Indonesia Akan Bangkit dari Keterpurukan Perekonomian

13 Mei 2020   22:13 Diperbarui: 19 Mei 2020   14:29 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berbicara perekonomian, saat ini perekonomian Indonesia dalam masa keterpurukan akibat penyebaran virus Covid - 19. Perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan akibat dampak perekonomian global yang mengalami resesi saat ini. Saat ini ekonomi global sedang berusaha keras agar dapat bangkit untuk melawan dampak dari Covid - 19.

Diprediksi ekonomi global akan menyusut 1% pada tahun 2020, prediksi tersebut dapat berubah seiring kontraksi yang sangat panjang akibat pembatasan kegiatan ekonomi yang panjang. Kebijakan lockdown dan physical distancing  terhadap warga negara yang negaranya terinfeksi virus Covid-19 mengakibatkan kegiatan ekonomi global tutup untuk sementara waktu. Perekonomian global akan terpuruk dalam jangka panjang. Efek dari terpuruknya perekonomian global ini yaitu pertumbuhan global yang akan melemah, meningkatnya tingkat utang, dan masih banyak instrument ekonomi yang akan terganggu.

Kondisi perekonomian Negara berkembang akan tergantung kondisi perekonomian Negara maju, dimana pernyataan tersebut merupakan sebuah hukum alam untuk kondisi perekonomian global. Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dimana Indonesia masih tergantung dengan Negara maju dalam berbagai hal. Misalkan saja kegiatan yang selalu terlihat oleh masyarkat yaitu kegiatan ekspor dan impor. Semenjak banyak Negara yang terinfeksi virus Covid - 19, kegiatan ekspor impor mengalami hambatan yang sangat besar.

Dalam hal ekspor, tujuan utama pasar Indonesia yaitu Negara seperti China, AS, India, Singapore dll. Telah diketahui Negara tersebut mengalami kontraksi ekonomi yang berdampak pada penurunan perintaan produk Indonesia yang biasanya akan diekspor. Dari kegiatan ekspor impor yang terganggu ini akan berdampak pada ketidakseimbangan komponen ekonomi yaitu defist neraca pembayaran. Dalam masa pandemic ini telah diketahui bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami depresiasi, difikirkan secara awam depresiasi nilai tukar rupiah ini akan membawa keuntungan bagi ekspor. Keuntungan tersebut akan terjadi apabila impor di Indonesia relative dalam keadaan rendah.

Dalam halnya untuk mencegah defisit neraca pembayaran, pemerintah harus mendorong sebuah industry yang dapat meningkatkan atau menopang ekspor. Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan bahan tambang dan tanaman holtikultura. Pemerintah Indonesia dapat menggunakan potensi dari bahan tambang dan tanaman holtikultura sebagai stimulus pendorong ekspor Indonesia. Survey mengatakan Negara - Negara akan meminta bahan mentah untuk d ekspor di negaranya, hal tersebut dapat digunakan Indonesia untuk meningkatkan ekspor. Indonesia harus bangkit dalam keadaan yang sangat dilema akan kontraksi ekonomi global dan dalam kondisi seperti Indonesia mewajibkan pemerintah untuk mengendalikan defisit neraca pembayaran.

Saat ini yang harus Indonesia amati dalam hal ekspor dan impor yaitu keadaan harga minyak dunia yang anjlok. Pada gelombang kedua penyebaran covid - 19 ini hanrga minyak dunia mengalami penurunan yang sangat drastis. Arab Saudi sebagai pusat minyak mentah di dunia telah membuat kebijakan untuk pemangkasan produksi minyak. Diperkirakan permintaan minyak dunia pada saat ini terjun bebas dan anjlok sebesar 30 %. Penurunan tersebut tidak dapat dicegah oleh Arab Saudi, meskipun pasar mendapatkan sentimen positif. Dalam hal meningkat harga minyak dunia Arab Saudi yang memutuskan memangkaskan kembali produksi sepakat memangkasnya sebesar satu juta barrel per hari pada bulan Juni. Meskipun ada kebijakan dalam menangani harga minyak dunia, faktanya keadaan pasar dinilai masih dalam keadaan patut diperhatikan dengan keadaan harga minyak yang belum stabil. Di Indonesia dampak yang dirasakan akan penurunan harga minyak bisa dibilang dampak positif. Ketika harga minyak dunia turun, neraca pembayaran akan merasakan dampak positifnya. Harga minyak dunia yang anjlok akan mengurangi defisit neraca pembayaran.

Akhir - akhir ini neraca pembayaran Indonesia mengalami surplus yang mengakibatkan tingkat kekhawatiran terhadap perekonomian sedikit tertangani. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI pada kuartal I-2020 adalah sebesar USD2,62 miliar. Angka tersebut merupakan prestasi yang sangat baik mengingat bahwa pada kuartal I-2019, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebesar USD62,8 juta. Saat ini dinilai bahwa ekpor Indonesia mengalami peningkatan dan penuranan pada impor. Meski ekspor pada saat pandemic ini relative rendah tetapi defisit neraca pembayaran juga rendah dikarenakan penurunan permintaan dan harga komoditas dunia.  

Dalam mempertahankan angka ekspor yang lebih tinggi dari angka impor, pemerintah Indonesia harus melakukan ekspor dengan memandang trend dagang saat ini. Seperti yang diketahu trend dagang seperti ekspor besi baja, mesin peralatan mekanik dan kertas karton. Barang - barang tersebut merupakan produk olahan yang mempunyai nilai tambah yang sangat tinggi. Pemerintah Indonesia juga harus terlepas dari ketergantungan komoditas yang mempunyai nilai tambah yang sangat rendah dan pemerintah Indonesia juga dapat menggunakan momentum ini untuk memperbaiki perekonomian Indonesia.

Meskipun angka impor menurun dibanding angka ekspor, angka impor perlu diperhatikan agar tidak melonjak, Indonesia masih perlu mengawasinya. Penurunan angka impor di prediksi menurun akibat besar sektor bisnis telah terdampak Covid-19. Bukan hanya itu saja kegiatan industry yang berhenti sejenak karena adanya pembatasan aktivitas juga merupakan alasan dari penurunannya impor.

Mulai saat ini pemerintah Indonesia harus membuat kebijakan relokasi impor pada impor bahan baku. Relokasi itu beralasan ketika penyebaran Covid - 19 telah terhenti maka impor bahan baku tersebut dapat membantu berlangsungnya industry. Pemerintah Indonesia juga harus memikirkan untuk mempertahankan angka defisit neraca pembayaran agar dapat mengalami surplus detiap bulannya. Indonesia dapat menggunakan momentum penyebaran covid - 19 ini sebagai peluang untuk membuka pasar baru agar Indonesia tidak selalu tergantung dengan pasar China dan Amerika Serikat.

Indonesia harus bangkit dari keterpurukan yang selama ini di derita. Meskipun penyebaran covid - 19 ini memiliki banyak dampak negative bagi perekonomian Indonesia, pemerintah Indonesia harus cermat dan creative dalam menganalisis peluang dan dampak positif dari covid - 19 ini. Jangan hanya selalu berdiam dan tergantung dengan Negara lain, jadilah Negara yang dapat diandalkan oleh Negara lain bukan jadi Negara yang hanya bergantung pada Negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun